Setelah meninggalkan Zhu Yi, otak Shu Yi masih kacau. Bisa dibilang dia tak pernah terpikir Lin Chuan punya masalah internal. Tapi dari nada bicara Zhu Yi, sepertinya kecurigaan terhadap Lin Chuan sudah dimulai tak lama setelahnya bergabung dengan tim khusus. Terkadang Shu Yi tidak bisa tidak mengagumi sikap Zhu Yi yang meragukan segalanya dan menolak segala sesuatu ini.
Sejak menjabat sebagai Kepala Biro Divisi 9, mentalitas Shu Yi sudah banyak berubah. Dia cukup percaya diri dengan kemampuan kerjanya. Tapi sekarang jelas masih ada jarak kemampuan yang besar antara dirinya dengan Zhu Yi. Dia berpikir, kalau bukan karena Zhu Yi, kapan dirinya baru akan mulai curiga pada Lin Chuan? Shu Yi menyeringai mengejek diri sendiri. Bahkan hari ini setelah Lin Chuan "bermasalah", dia sama sekali tak pernah menduga Lin Chuan punya masalah.
Saat sedang berkhayal tak karuan, HP-nya berdering. Ternyata Fang Chen yang menelepon.
"Fang Chen, ada keperluan apa?" Shu Yi berkata dengan tenang. Suara Fang Chen terdengar dari telepon: "Pak Polisi Shu, aku, aku teringat suatu hal, tidak tahu apakah ini bisa membantu kasus." Shu Yi mengerutkan alis: "Hal apa?"
Fang Chen melanjutkan: "Malam itu saat keluar dari 'Empat Musim Merah', tepat sebelum aku mulai sakit kepala, pernah bertemu seseorang. Orang itu berjalan menghampiriku, wajahnya penuh senyum saat mendekat. Dia bertanya apakah aku Fang Chen, aku mengangguk. Dia bilang 'bagus', lalu pergi. Aku ingin menahannya untuk menanyakan maksudnya, tapi persis saat itu kepalaku mulai sakit."
Shu Yi bertanya: "Kamu yakin ini bukan halusinasi?" Fang Chen seolah tertegun, lama baru menjawab ragu: "Seharusnya tidak." Shu Yi tersenyum kecut. Fang Chen sendiri tak bisa membedakan realita dan ilusi, mana mungkin dia percaya. Tapi dia tetap bertanya lagi: "Masih ingat rupa orang itu?"
Fang Chen menjawab: "Ingat. Usianya sekitar 40-an, posturnya tidak tinggi, kurang dari 1,7 meter. Badannya sedang, tidak gemuk juga tidak kurus. Seperti Bapak, pakai kacamata tapi modelnya bingkai emas. Oh iya, rambutnya disisir ke belakang gaya pompadour!" Saat mendengar ini, hati Shu Yi berdesir. Sekarang dia mulai menyadari identitas orang yang dimaksud.
"Pak Polisi Shu, kau dengar?" Fang Chen melihat Shu Yi lama tak bereaksi, bertanya pelan. Shu Yi baru tersadar, menyahut "Hm": "Ada urusan lain?" Fang Chen menjawab: "Si Tikus juga suruh tanya, apa kalian menyisakan orang yang mengawasi kami?" Shu Yi terkejut lagi, sama sekali tak pernah mengatur siapa pun untuk mengawasi Fang Chen dan Lou A-Shu. Sepertinya ada yang mengincar mereka.
Shu Yi tahu otak Fang Chen tidak cerdas, bertanya: "Apa Lou A-Shu ada di sebelahmu?" Fang Chen menyahut: "Ya, dia di sini." Shu Yi berkata: "Suruh dia angkat telepon." Lou A-Shu menyambung: "Pak Polisi Shu!" Shu Yi tegas: "Jangan omong kosong, dengarkan! Aku tidak menyuruh orang mengawasimu. Lou A-Shu, sepertinya Fang Chen sedang diincar. Kau banyak akal, cari jalan lewati mereka. Kuberi nomor lain, ini dari Tan di kantor polisi..."
Shu Yi belum selesai Lou A-Shu memotong: "Tak perlu. Nomor Pak Tan sudah ada. Tapi aku tak percaya orang kantor polisi mereka. Di tempat hantu ini, mereka lebih jahat daripada anak jalanan!" Karena Lou A-Shu bersikeras, Shu Yi tak bisa memaksa: "Kalau begitu hati-hatilah, usahakan masuk ke kota. Aku akan segera berangkat ke sana. Jaga komunikasi!"
Shu Yi menutup telepon dan langsung lari ke lantai bawah. Xu Dajun yang sedang hendak keluar melihatnya terburu-buru bertanya: "Pak Shu, ada apa?" Shu Yi balik bertanya: "Lao Xu, kamu ada urusan sekarang?" Xu Dajun terkekek: "Seperti kondisi saat ini, kalau mau cari kerjaan pasti ada. Tapi kalau mau nganggur juga bisa!" Shu Yi tak punya waktu untuk omongan kosongnya: "Kalau nggak sibuk, ikut aku pergi!"
Xu Dajun mengerutkan alis. Tampaknya Shu Yi benar-benar menghadapi masalah: "Perlu aku panggil bantuan?" Sebenarnya Shu Yi mengajaknya bukan untuk tambahan personel, tapi karena kemampuannya berkoordinasi dengan kantor polisi setempat. Shu Yi menggelengkan tangan: "Nggak perlu, Lao Xu. Nyetir mobilmu!"
Mobil meninggalkan kepolisian. Baru kemudian Xu Dajun bertanya: "Kamu belum bilang mau ke mana!" Shu Yi yang sedang mengeluarkan HP untuk menelepon Lou A Shu langsung menjawab: "Ke lapangan pacuan. Lao Xu, gaspol! Aku ada urgen." Xu Dajun menjawab tegas: "Siap!" Dia langsung menghidupkan sirene.
Shu Yi menelepon Lou A Shu. Beberapa dering kemudian, telepon pun diangkat.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Shu Yi. Lou A Shu menjawab: "Sejauh ini aman. Maaf Pak Polisi Shu, aku tidak patuh. Kami tetap di dalam rumah karena menurutku lebih aman."
Shu Yi berpikir memang benar, barusan mungkin aku terlalu panik. Di siang bolong begini mereka lebih aman di rumah daripada keluyuran sembarangan: "Hm, aku sekarang sudah di jalan. Kalau tidak macet, mungkin setengah jam lagi sampai. Bagaimanapun, kalian harus bertahan sampai aku datang. Kalau benar-benar darurat, lebih baik telepon polisi. Meskipun kalian tidak percaya mereka, setidaknya di siang bolong begini mereka tidak berani bertindak semena-mena. Pura-pura profesional mereka pasti masih bisa."
Melihat Zhu Yi menutup telepon, Xu Dajun bertanya: "Jangan-jangan Fang Chen yang bermasalah?" Shu Yi tersenyum kecut: "Tadi Fang Chen meneleponku, tanya apakah aku yang menyuruh orang mengawasinya. Padahal kita sama sekali tidak melakukannya. Jadi kukira ada yang mau berbuat jahat padanya." Masalah Fang Chen sebelumnya sudah dijelaskan Shu Yi secara garis besar pada semua orang, makanya Xu Dajun sampai bertanya seperti itu.
Xu Dajun mengerutkan alis: "Bagaimana kalau aku telepon Lao Tan dulu?" Shu Yi menjawab: "Jangan sekarang! Kata mereka tidak percaya dengan orang-orang dari kantor polisi setempat itu!" Xu Dajun tertawa: "Bener juga. Lao Tan dan anak buahnya yang belasan orang itu jaga dermaga kering, sudah kebagian banyak untung. Seperti kata pepatah, sering main di tepi sungai pasti basah juga. Tapi seperti katamu, seburuk-buruknya mereka tetap polisi. Di siang bolong begini harusnya mereka tetap bertindak profesional. Tenang, aku akan telepon dia."
Mendengar penjelasan Xu Dajun yang sejalan dengan pikirannya, Shu Yi berpikir: Sekalipun orang-orang dari Kantor Polisi Ma Chang tidak bisa diandalkan, pasti tidak berani mengabaikan telepon langsung dari Xu Dajun. Akhirnya Shu Yi pun tidak melarang lagi.
Xu Dajun menelepon, tak tahu apa yang dikatakannya pada Shu Yi. Shu Yi tidak mendengar, saat ini ia sudah tenggelam dalam pikiran. Sekitar tujuh belas menit kemudian, mobil berhenti. Baru sekarang Shu Yi tersadar: "Ada apa?" Ia melihat ke luar jendela mobil, ternyata ini tempat sepi. Shu Yi langsung menyadari: "Ini sama sekali bukan arah ke lapangan kuda!" Saat ia menoleh ke Xu Dajun, dilihatnya Xu Dajun memegang tombak, moncong senjata hitam legam mengarah padanya.
"Lao Xu, kau mau apa?" Shu Yi sama sekali tidak panik, malah terlihat tenang. Xu Dajun menghela napas: "Pak Shu, nasibmu sial karena kebetulan menemukan Fang Chen. Tapi kami juga berterima kasih, kalau bukan kau, kami takkan menyangka Fang Chen yang berkepala batu itu akan bersembunyi di lapangan kuda! Turunlah, jangan sampai mobilku jadi kotor."
Shu Yi tersenyum kecut, membuka pintu mobil.
"Turun perlahan, lalu berdiri membelakangi pintu mobil. Jangan main kucing-kucingan. Aku punya mata, tapi peluru tidak." Xu Dajun tahu identitas Shu Yi. Meski belum melihat kelincahannya, ia menduga Shu Yi pasti punya trik tertentu. Karena itu ia sangat hati-hati.
Shu Yi melakukan sesuai perkataannya, Xu Dajun pun melompat turun dari mobil dan berjalan perlahan menghampirinya: "Ayo pergi!" Shu Yi bertanya datar: "Ke mana?" Xu Dajun tersenyum: "Tak perlu banyak tanya, nanti di lokasi kau akan otomatis paham." Shu Yi menghela napas: "Jika tebakanku benar, tadi kau bukan membantu Fang Chen menelepon polisi, tapi menyuruh anak buahmu menghadapi Fang Chen ya?"
Xu Dajun membalas: "Di sini kau salah sangka, aku memang sudah menghubungi Inspektur Lao Tan di kantor polisi. Tenang saja, Lao Tan pasti akan melayani mereka dengan baik." Shu Yi menyeringai dingin: "Kalian memang satu geng!"
"Kau pikir Tan Dayong sanggup menguasai dermaga kering di lapangan pacuan kuda? Pak Shu, jujur saja, permainan ini jauh lebih rumit!" Nada suara Xu Dajun penuh sikap merendahkan.
Shu Yi tersenyum: "Sebenarnya ini bukan urusanku. Yang kuingin tahu, peran apa sebenarnya yang kau mainkan dalam kasus ini?" Xu Dajun terdiam beberapa detik: "Aku hanya figuran. Seharusnya kau dan timmu, termasuk mentormu itu, jangan datang ke Xinzhou. Orang yang menghalangi rezeki orang lain biasanya berakhir tragis!"
Shu Yi kembali menghela napas: "Mengapa?" Pertanyaannya membuat Xu Dajun tertegun sejenak: "Mengapa apa?" Shu Yi bersuara: "Mengapa kalian harus membunuh begitu banyak orang?" Xu Dajun tertawa: "Eksperimen selalu butuh tikus percobaan, bukan?" Shu Yi mengerutkan alisnya: "Eksperimen?"
Xu Dajun melirik Shu Yi: "Lagipula sebentar lagi kau sudah jadi mayat, tidak ada salahnya memberitahumu. Sebenarnya tebakanmu benar, seluruh kasus ini sebenarnya sederhana - mengontrol gelombang otak manusia sepenuhnya melalui teknologi, termasuk bahasa dan tindakannya! Bukankah ini teknologi yang luar biasa? Dan tepat di tahap penyempurnaan akhir teknologi ini, tak disangka kalian malah muncul. Tapi mau bagaimana lagi, eksperimen harus terus berjalan. Karena begitu teknologi ini sempurna, bagi kami ini akan menjadi harta yang sangat berharga!"
Shu Yi menyeringai dingin: "Hanya demi uang, kalian tega mengorbankan nyawa orang, menggunakan manusia hidup-hidup sebagai kelinci percobaan? Lalu terus-menerus membantai mereka yang? Tidak, sebenarnya sebagian dari mereka tidak tahu apa-apa, tapi kalian lebih baik membunuh yang salah daripada melewatkan! Lao Xu, karena aku sebentar lagi mati, bisakah kau memberitahu siapa sebenarnya dalang di balik semua ini?"
Xu Dajun tersenyum: "Sebenarnya kau pernah berurusan dengannya lebih dari sekali. Tapi maaf, aku tetap tidak bisa memberitahumu. Sudah, berhenti di sini. Tempat ini bagus, aku yang memilihkannya khusus untukmu!" Sambil mengangkat pistolnya, Shu Yi tiba-tiba seperti teringat sesuatu: "Sebenarnya tadi kau sengaja menungguku? Kau tahu aku akan mengajakmu ke lapangan pacuan kuda?"
Xu Dajun mengangkat bahu: "Benar, apa yang dikatakan bos tidak salah. Asal orang kita sengaja mondar-mandir di dekat Fang Chen, pasti mereka akan meneleponmu. Sejak keluar dari rumah Zhu Yi, aku terus menunggumu. Menunggu saat kau menerima telepon itu. Dongfang Xiao pergi, kau butuh bantuan, otomatis akan memanggilku. Karena saat itu kau sudah tidak sempat mencari orang lain!"
