Wali Kota Chen duduk di ruang rapat dengan wajah penuh kecemasan. Jari telunjuk dan kelingking tangan kanannya terus-menerus mengetuk meja. Meski suaranya tidak keras, ritme ketukannya sangat cepat. Hatinya sedang kacau.
Sekretaris berdiri di belakangnya tanpa ekspresi sama sekali.
Zhu Yi yang ditemani Wu Peirong tiba di ruang rapat. Melihat Zhu Yi mendorong pintu masuk, Wali Kota Chen langsung berdiri dan bergegas mendekat, menggenggam tangan Zhu Yi: "Tuan, maaf mengganggu istirahat Anda di malam hari ini!" Wu Peirong yang menyaksikan sikap Wali Kota Chen terhadap Zhu Yi diam-diam menghela napas. Ternyata keputusan kantor polisi kota yang tidak terlalu membatasi kerja Zhu Yi di tim khusus memang benar. Jelas level mereka berdua tidak setara.
Zhu Yi tersenyum dan melakukan basa-basi dengan Wali Kota Chen sebelum langsung menuju inti permasalahan: "Apakah Wali Kota Chen datang membahas kasus buku kecil itu?" Wali Kota Chen tersenyum kecut: "Benar. Tiba-tiba di tengah malam muncul banyak eksemplar buku itu. Penerimanya kebanyakan sudah tahu latar belakang buku tersebut, wajar jika mereka panik. Meski sudah melakukan beberapa upaya, kami tak bisa meredakan ketakutan mereka. Makanya setelah berdiskusi dengan pimpinan kantor polisi kota, kami mengamankan sejumlah tokoh penting. Tapi ini bukan solusi permanen!"
Zhu Yi mengangguk. Ia sudah memahami maksud kedatangan Wali Kota Chen. Solusi terpenting saat ini adalah memberikan jaminan keamanan kepada para korban dengan mengerahkan tim khusus untuk menjelaskan bahwa buku itu tidak berbahaya. Namun pengaruh "Buku Panduan Bunuh Diri" terlalu kuat. Penjelasan sepintas dari tim khusus takkan cukup. Tim harus menyajikan bukti yang meyakinkan, seperti penjelasan ilmiah mengapa sebuah buku tak mungkin membunuh orang.
Tapi di sini muncul masalah baru. Untuk menjelaskan hal ini, harus ada paparan detail tentang teknologi kontrol gelombang otak. Pertama, atasan sudah memberi instruksi ketat untuk menjaga kerahasiaan teknologi dan informasi terkait. Kedua, jika rahasia ini bocor ke publik, kepanikan yang timbul justru akan lebih parah daripada efek buku tersebut.
Zhu Yi mengernyitkan alisnya, melihat staf pengiring yang datang bersama Wali Kota Chen: "Wali Kota Chen, saya ingin bicara berdua dengan Anda." Wali Kota Chen menjawab "Hm", memberikan isyarat mata pada sekretaris. Sekretaris dan beberapa staf pengiring segera meninggalkan ruang rapat. Wu Peirong juga bersiap pergi, namun Zhu Yi menghentikannya: "Lao Wu, kamu tetap di sini."
Hanya tersisa tiga orang di ruang rapat. Zhu Yi mengeluarkan rokok dan menawarkan pada mereka: "Wali Kota Chen, berdasarkan situasi terkini, kasus ini cukup rumit..." Zhu Yi menjelaskan secara detail titik pusat kasus ini tanpa menyembunyikan apapun. Sebagai pejabat berpengalaman, Wali Kota Chen memiliki kecerdasan dan kesadaran yang luar biasa. Setelah mendengar penjelasan Zhu Yi, ia memicingkan matanya – situasi ternyata jauh lebih kompleks dari perkiraannya.
Namun menurut paparan Zhu Yi, kasus ini telah memasuki fase akhir. Dalam satu dua hari ke depan, operasi penutupan mungkin akan sempurna. Wali Kota Chen mempercayai Zhu Yi sepenuhnya. Ia mengetahui latar belakang dan rekam jejak Zhu Yi. Tidak heran mereka bersusah payah mendatangkan Zhu Yi ke Xinzhou. Proses merekrut Zhu Yi dulu memang membutuhkan usaha ekstra.
Tapi urusan yang dihadapi saat ini membuatnya bingung. Meski Zhu Yi mengatakan kemunculan buku catatan hanyalah strategi dan cara orang itu, kemungkinan menggunakan buku itu untuk membunuh sangat kecil, namun dari sudut pandangnya, bahkan jika kemungkinannya hanya 0.1%, dia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Posisinya berbeda dengan Zhu Yi - sebagai walikota Xinzhou, munculnya begitu banyak buku catatan berarti jika ada satu orang pun yang tewas setelah kemunculannya tanpa upaya perlindungan apapun darinya, itu adalah kelalaian tugas dan ketidakbertindakan!
Zhu Yi mengerti kekhawatiran Wali Kota Chen. Wu Peirong berkata: "Bagaimana jika meminta Pasukan ikut menjaga orang-orang ini?" Zhu Yi menjawab dengan tenang: "Saya akan mengatakan hal yang tidak enak didengar - sekarang kita sudah tahu teknik membunuh mereka. Bahkan jika kita menyuruh prajurit mengikuti mereka 24 jam sehari dengan, tetap tidak akan ada gunanya. Membunuh dengan gelombang otak memang sulit diantisipasi!"
Wajah Wali Kota Chen penuh kepahitan. Dia tentu tahu Zhu Yi mengatakan fakta sebenarnya. Dia menghela napas: "Saya percaya itu, tapi ada hal-hal yang meski tahu merupakan pekerjaan sia-sia, tetap harus dilakukan. Setidaknya dibandingkan tidak melakukan apa-apa, kita sudah berusaha maksimal."
Zhu Yi tersenyum, senyumannya mengandung kepasrahan. Ini lebih mencerminkan kepasrahan Wali Kota Chen - karena melakukan atau tidak adalah manifestasi bertindak atau tidak bertindak, sedangkan hasil akhir menjadi tidak begitu penting.
Saat ini di kamar Zhu Yi, Shu Yi sedang berbisik-bisik dengan Lin Chuan. Du Xiaojun menutup mata seolah sedang beristirahat, sementara Tong Yu asyik mengobrol santai. Pintu didorong terbuka, yang masuk adalah Xiao Lin: "Pak Shu, Tuan Zhu meminta Anda datang sebentar!" Shu Yi tampak bingung, bukankah Zhu Yi sedang menemui Wali Kota Chen? Untuk apa memanggilnya? Jika memang perlu, seharusnya tadi langsung diajak. Tapi Shu Yi tidak sempat berpikir panjang, lagipula Xiao Lin adalah kenalan lama, tentu tidak mungkin menipunya.
Shu Yi memberi salam pada yang lain, lalu mengikuti Xiao Lin pergi.
Lin Chuan memandang sosok Shu Yi yang menjauh, senyum tipis yang tak terbaca muncul di wajahnya. Kini Du Xiaojun pun membuka mata, tatapannya masih tertuju pada Tong Yu. Sebenarnya dia terus waspada, malam ini terlalu banyak kejadian aneh, keadaan di luar sudah kacau balau. Justru di saat seperti ini harus ekstra hati-hati, dia harus mencegah Tong Yu mengambil keuntungan dari situasi rumit.
Shu Yi mengikuti Xiao Lin sampai ke pintu ruang rapat. Sekretaris Wali Kota Chen mengerutkan alis melihat mereka: "Ada perlu apa?" Sebelum Shu Yi sempat bicara, Xiao Lin lebih dulu menjawab: "Ini Kepala Departemen Shu dari tim khusus, diundang Tuan Zhu." Sekretaris itu sepertinya pernah mendengar nama Shu Yi, senyuman mengembang di wajahnya: "Oh begitu!" Katanya sambil membuka jalan.
Shu Yi mendorong pintu masuk, Xiao Lin tidak ikut, hanya membantu menutup pintu rapat-rapat.
Ketiga orang di dalam rumah melihat seseorang masuk. Saat Zhu Yi mengenali bahwa yang datang adalah Shu Yi, ia bertanya: "Shu Yi, ada apa?" Tapi ia segera menyadari keanehan pada Shu Yi. Ekspresi Shu Yi terlihat lesu, namun Wali Kota Chen tidak menyadarinya: "Saudara ini siapa?" Tiba-tiba Shu Yi melesat cepat, mengunci tenggorokan Wali Kota Chen dengan satu tangan sambil mengarahkan pistol ke arah Wu Peirong!
Wu Peirong berseru: "Shu Yi, kau gila! Kau tahu sedang melakukan apa? Lepaskan Wali Kota Chen sekarang, lepaskan senjatamu!" Zhu Yi menarik lengan Wu Peirong. Kini ia sudah mengerti pasti Shu Yi sedang dikendalikan orang lain. Pada situasi ini, percuma saja mau bicara logis dengannya.
Hati Zhu Yi seperti dihunjam belati. Ia tak tahu apa yang akan diperintahkan pada Shu Yi. Wali Kota Chen ada di genggamannya, belum lagi pistol di tangan. Sebenarnya meski tanpa senjata pun, tak ada satu pun di sini yang bisa menjadi lawan seimbang baginya. Jika Shu Yi mau, tiga orang di ruangan ini bisa dikalahkannya dalam hitungan detik tanpa sedikitpun ketegangan.
Wu Peirong bertanya pelan: "Tuan, apa yang sebenarnya terjadi." Meski Wali Kota Chen sangat ketakutan, ekspresi wajahnya tidak menunjukkan banyak kepanikan. Dari raut wajah Zhu Yi, dia sudah mengerti bahwa alasan Shu Yi melakukan hal ini mungkin terkait dengan kontrol gelombang otak yang disebutkan Zhu Yi tadi. Dia tidak bergerak maupun berbicara - percuma berbicara dengan orang yang otaknya dikendalikan. Matanya menatap Zhu Yi, satu-satunya harapan sekarang ada pada Zhu Yi, mungkin dia punya jalan keluar.
Zhu Yi memicingkan mata. Dia juga tak punya cara. Sekarang dia hanya bisa berharap lawan bukan berniat membunuh, melainkan punya tujuan lain. Mereka bertiga mungkin hanya disandera! Sayangnya pihak luar tidak tahu situasi dalam ruangan. Dirinya pun tak bisa meninggalkan tempat. Menurutnya masalahnya pasti terletak pada beberapa orang di kantornya.
Shu Yi memang tidak melakukan gerakan apapun lagi. Selama orang dihadapannya tidak bergerak, dia tak akan menyakiti mereka.
Zhu Yi berkata tenang: "Direktur Wu, jangan impulsif. Selama kita tidak sembarangan bergerak, kita seharusnya aman. Dari situasi ini, kita bertiga sudah menjadi sandera. Kira-kira tak lama lagi mereka akan datang menawar syarat." Wu Peirong tersenyum kecut. Sekalipun dia mau bertindak gegabah, mana berani? Moncong senjata hitam legam itu masih mengarah padanya.
Di kantor Zhu Yi pun saat ini terjadi kekacauan. Xiao Hui mencengkeram Du Xiaojun, moncong senjata menekan dahinya. Wajah Du Xiaojun sangat masam, matanya menyala-nyala menatap Tong Yu. Xiao Sheng berseru: "Tong Yu, apa yang kau lakukan pada Xiao Hui?" Zhen Nanfang tersenyum kecut: "Masih belum kau sadari? Xiao Hui sudah dikuasai!" Xiao Sheng menangkap Tong Yu, telapak tangannya menyambar lehernya. Tong Yu melangkah mundur menghindar.
"Jika ingin Zhu Yi dan kawanannya selamat, lebih baik kalian tidak sembarangan bergerak!" Yang berbicara tak disangka adalah Lin Chuan! Xiao Sheng menghentikan serangan. Tong Yu tersenyum: "Du Xiaojun, haruskah kukatakan kau ini pintar atau bodoh? Kau pikir dengan beberapa patah kata bisa merebut Lin Chuan?" Du Xiaojun diam membisu. Zhen Nanfang menghela napas: "Katakan, sebenarnya apa yang kalian inginkan?" Tong Yu menatap Lin Chuan. Lin Chuan berkata tenang: "Sebenarnya kami tak ingin membunuh lagi, hanya ingin pergi dari sini!"
Zhen Nanfang mengangguk: "Kalian boleh pergi, tapi kalian harus jamin Tuan dan Lao Shu beserta kawanannya tidak apa-apa!" Lin Chuan tersenyum: "Shu Yi harus ikut kami, termasuk Walikota Chen yang ada di tangannya. Begitu kami pastikan keamanan, kami akan bebaskan mereka. Tentu, Du Xiaojun juga harus ikut pergi bersama kami."
Zhen Nanfang menatap Lin Chuan: "Aku tidak mengerti, kalau memang mau pergi, mengapa harus datang?" Du Xiaojun menyeringai dingin: "Mereka datang demi data itu. Kalau Lin Chuan tahu dari awal bahwa data yang dipegangnya asli, mereka tak akan repot-repot seperti ini. Sayang, dia baru tahu terlambat. Saat kuberitahu bahwa barang di tangannya asli, dia sudah bersamaku. Dia tidak tahu seberapa kuat kendaliku atas gelombang otak. Terus terang, dia takut bukan lawanku. Dan dia juga tidak sepenuhnya percaya padaku. Jadi dia memilih kembali ke tim khusus, bertemu Tong Yu, atau memastikan keaslian data itu melalui Xiao Sheng, baru kemudian pura-pura begini!"
Lin Chuan tersenyum tipis: "Tak bisa dipungkiri, Du Xiaojun, kau memang cerdas. Tapi secerdas apapun kau, takkan menyangka hasil akhirnya seperti ini?" Namun senyum di wajah Lin Chuan segera membeku. Xiao Hui yang semula menahan Du Xiaojun tiba-tiba melepaskannya, bergerak cepat menghampiri Lin Chuan. Tanpa basa-basi, sebuah pukulan maut menghantam kepala Lin Chuan. Lin Chuan terpukul sampai pingsan.
