Di saat bersamaan, Xiao Sheng juga menghujamkan pisau tangan ke arah Tong Yu. Tong Yu terjatuh ke tanah, meski masih sadar: "Mengapa? Mengapa begini?" Du Xiaojun tersenyum, senyum pemenang: "Sebenarnya kontrol gelombang otak bisa ditumpuk. Saat kendaliku lebih kuat dari kalian, yang terkontrol hanya bisa mengikuti kemauanku."
Di ruang rapat, Shu Yi seolah terbangun dari mimpi. Setelah Lin Chuan dipukul sampai pingsan, kendali atas Shu Yi benar-benar hilang. Dengan pandangan bingung, Shu Yi menatap segala yang ada di hadapannya: "Guru, apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Zhu Yi baru mulai legah. Ia berdiri: "Sekarang bukan saatnya menjelaskan. Mari kita kembali ke kantor dulu!"
Beberapa orang dengan gesit menuju ke kantor Zhu Yi. Situasi sudah sepenuhnya dikuasai. Lin Chuan dipukul sampai pingsan, Tong Yu juga sudah diborgol oleh Xiao Sheng. Wali Kota Chen tidak mengerti apa yang terjadi di sini, namun Zhu Yi sudah paham. Ia menatap Du Xiaojun: "Terima kasih!" Du Xiaojun menggelengkan kepala: "Tidak perlu sungkan. Tapi urusan ini belum benar-benar selesai." Ia melirik Tong Yu: "Semoga dia bisa memberi tahu kalian sesuatu. Tuan Zhu, apakah saya sudah boleh pergi dari sini?"
Zhu Yi memicingkan matanya: "Xiao Du, saya harap kamu mau tinggal sementara waktu. Ada beberapa hal yang ingin saya bahas berdua denganmu." Du Xiaojun menyeringai: "Sebenarnya tanpa kau katakan pun aku tahu. Kalian pasti tidak akan membiarkanku tetap eksis di masyarakat ini, bukan?" Zhu Yi tersenyum kecut. Du Xiaojun benar-benar menebak perasaannya. Sebenarnya ini untuk kebaikan Du Xiaojun sendiri. Dari kejadian tadi, kemampuan Du Xiaojun dalam mengendalikan gelombang otak bahkan jauh melampaui mereka.
Keberadaan seperti ini merupakan bibit masalah yang tidak kecil bagi stabilitas masyarakat. Bahkan jika Zhu Yi menyuruhnya pergi, departemen-departemen terkait lainnya pasti akan mengambil tindakan terhadapnya. Zhu Yi menghela napas: "Aku hanya ingin memperkenalkan pekerjaan untukmu, agar kamu bisa menunjukkan kelebihan terbesarmu tanpa memicu kepanikan orang-orang. Kuharap kau bisa mengerti."
Du Xiaojun tak lagi bicara. Zhu Yi berkata pada Wali Kota Chen: "Wali Kota, masih banyak urusan yang harus kutangani di sini. Aku tidak bisa menemani Tuan." Wali Kota Chen tersenyum kecut: "Tapi bagaimana dengan masalahku?" Zhu Yi menjawab: "Tuan yang tentukan, tapi aku yakin tidak akan ada kejadian tak terduga." Wali Kota Chen seolah mendapat obat penenang. Setelah berpamitan dengan Zhu Yi, ia pun pergi.
Dongfang Xiao juga datang dengan buru-buru membawa dua orang. Wu Peirong bertanya: "Tuan, ada yang bisa kulakukan?" Zhu Yi tersenyum: "Direktur Wu, kedatanganmu di tengah malam ini sudah menjadi dukungan bagi pekerjaan kami. Untuk urusan konkret, biarlah Dongfang dan timnya yang menanganinya." Wu Peirong tidak berlama-lama. Ia tahu masih banyak pekerjaan Zhu Yi, sementara dirinya tak bisa membantu banyak. Setelah memberi beberapa instruksi pada Dongfang Xiao, ia pun pulang.
Shu Yi menceritakan kejadian tadi. Dongfang Xiao melotot: "Xiao Lin?!" Shu Yi mengangguk: "Ya, Xiao Lin-lah yang mengarahkanku ke ruang rapat." Dongfang Xiao segera memberi perintah pada Tu Zhifeng di sampingnya: "Cari Xiao Lin sekarang juga! Jangan sampai dia kabur!"
Di kamar lain, Zhu Yi menatap Tong Yu di hadapannya sambil menghela napas: "Xiao Tong, tidak ada yang mau kau katakan?" Tong Yu melirik Du Xiaojun yang duduk di samping Zhu Yi, tatapannya memancarkan kebencian. Ekspresi Du Xiaojun tetap kalem, seolah semua ini sama sekali tidak ada hubungannya dengannya.
Tong Yu menyeringai: "Jika bukan karena dia, rencana kita sudah sempurna!" Ia menunjuk Du Xiaojun, sekaligus menyiratkan sikap meremehkan terhadap Zhu Yi. Andai bukan karena Du Xiaojun, Zhu Yi sudah lama dikendalikannya dengan mudah. Zhu Yi tersenyum: "Kau memang cerdas, tapi jangan karena kepintaranmu lantas menganggap tak ada lagi orang bijak di dunia ini. Setidaknya Du Xiaojun lebih unggul darimu, bahkan Lin Chuan tak kalah, belum lagi Hu Liang itu!"
"Aku tidak menyangkal kecerdasan mereka. Hanya saja, andai Du Xiaojun tidak muncul, kau sama sekali bukan lawan kami!" Usai Tong Yu bicara, Du Xiaojun tersenyum. Tong Yu melototinya: "Apa yang lucu?" Du Xiaojun menarik kembali senyumnya: "Aku tertawa melihat kedangkalanmu. Sebenarnya meski aku tidak hadir, kalian tetap akan kalah! Jebakan ini sudah disiapkan sejak lama, Tuan Zhu hanya menunggu kalian terjebak masuk saja."
Wajah Tong Yu berubah masam: "Kau mengada-ada! Dengan apa dia bisa melawan kita? Selama kita menguasai teknologi kontrol gelombang otak, dia sama sekali tidak bisa menjebak kita!" Du Xiaojun melirik Zhu Yi yang hanya tersenyum tanpa bicara. Du Xiaojun melanjutkan: "Sebenarnya meski tadi aku tidak ikut campur, kalian tetap tidak punya peluang menang. Pasti kalian tidak memperhatikan desain beberapa kamar di tim khusus ini?"
Zhu Yi menatap Du Xiaojun. Gadis ini memang memiliki kemampuan observasi yang luar biasa tajam.
Alis Tong Yu berkerut. Du Xiaojun berjalan mendekati dinding dan merobek kertas dinding baru yang ditempel. Mata Tong Yu membelalak - baru sekarang ia menyadari ada banyak pita perak mengilap tertanam tidak beraturan di dinding! Du Xiaojun bertanya pelan: "Tuan, remote controlnya pasti ada di badan Anda, kan?" Zhu Yi tersenyum kecut: "Bagaimana kau bisa tahu?"
Dengan tenang Du Xiaojun menjelaskan: "Aku menemukan rahasia di kamar Xiao Sheng. Anehnya di situ ada radio transistor kuno yang sama sekali tidak sesuai dengan desain ruangan. Karena penasaran, kuperiksa lebih detail - ternyata itu alat konversi frekuensi. Meski jangkauannya terbatas, cukup untuk mengganggu seluruh area tim khusus. Dan yakinlah remote control ini bukan hanya ada di tanganmu. Xiao Sheng atau Zhen Nanfang pasti juga memegangnya, kalau tidak mustahil mereka tetap tenang menghadapi kejadian tadi."
Du Xiaojun melanjutkan: "Kontrol gelombang otak pada dasarnya adalah sinkronisasi pancaran dan penerimaan gelombang. Asalkan mendapat interferensi kuat, teknik kontrol gelombang otak kalian sama sekali tidak berguna. Alasan mereka tidak mengaktifkan interferensi hanya karena ingin menyaksikan drama kacau ini." Wajah Tong Yu pucat pasi, ia menatap Zhu Yi: "Kau sudah curiga padaku sejak awal?"
Zhu Yi menggeleng: "Tidak. Bahkan saat memintamu kembali untuk membantu, aku tidak pernah meragukanmu. Tapi aku punya kebiasaan: tidak suka menaruh semua telur dalam satu keranjang. Lagipula, tentang kemampuanmu melawan teknologi kontrol gelombang otak, aku tidak 100% yakin. Jadi aku harus pakai cara paling primitif, paling bodoh, tapi paling efektif. Kontrol gelombang otak kalian sebenarnya adalah interferensi terhadap otak manusia. Maka kami juga bisa mematahkannya dengan interferensi komputer! Asalkan interferensi kami lebih kuat dari kalian!"
Zhu Yi menyalakan rokok: "Sekuat apa pun kontrol gelombang otak, hanya bisa bekerja saat target tidak waspada. Ini markas tim khusus, kandangku. Untuk melakukan pencegahan terhadap kontrol gelombang otak bukanlah hal sulit. Hei Si Jenius Kecil, tahu kenapa kalian kalah? Terlalu percaya diri! Atau lebih tepatnya, terlalu sombong!"
Du Xiaojun tersenyum: "Sekarang mengertilah? Meski aku tidak muncul, rencana malam ini tetap akan gagal. Kehadiranku hanya memberikan pukulan kecil pada kepercayaan diri kalian."
Zhu Yi menggelengkan tangan: "Anak ajaib kecil, sekarang kau bisa ceritakan sesuatu yang menarik minatku?" Tong Yu mendengus dingin, kepalanya miring ke samping. Zhu Yi menghela napas: "Usiamu belum genap 15 tahun, bisa mencapai prestasi seperti ini sudah luar biasa. Jika kau mau membantu kami menyelesaikan kasus, mungkin aku bisa mengupayakan pengurangan hukumanmu. Masa depanmu masih panjang, masih banyak jalan yang harus kau tempuh."
Tong Yu tetap terdiam, melawan dengan keheningan.
Zhu Yi berkata: "Sebenarnya meski kau diam, aku tetap bisa menemukannya. Percayakah kau?" Tong Yu meliriknya sekilas. Zhu Yi melanjutkan: "Apa kau pikir selama kau tutup mulut, dia bisa mengeluarkanmu dari sini? Ya, aku tahu dia punya cara, tapi di sini takkan berhasil!" Tong Yu tertegun sejenak, dari nada bicara Zhu Yi seolah dia sudah tahu siapa yang berdiri di belakangnya.
Du Xiaojun ikut berbicara: "Tong Yu, kabarnya investasi ayahmu di Wall Street gagal dan menimbulkan banyak utang, benar?" Tong Yu memicingkan matanya: "Kau... bagaimana kau tahu?" Zhu Yi menjawab dengan tenang: "Ini sudah bukan rahasia lagi. Wall Street Financial Times sudah lama melaporkannya. Hanya saja tak tahu mengapa koran dalam negeri tidak menyebutkannya. Mungkin ada hubungannya dengan kakekmu, bukan?"
Tong Yu tersenyum kecut: "Sepertinya aku masih meremehkanmu. Kau sudah menyelidiki cara hidupku sejak awal?" Zhu Yi menjawab: "Kau salah. Kalau bukan karena Xiao Du yang menyebutkan ayahmu adalah Tong Haiyang, aku benar-benar tidak akan memperhatikan. Meski sebelumnya aku pernah curiga pada kakekmu, masa lalunya membuat keraguananku goyah. Tapi setelah tahu ayahmu punya utang besar, akhirnya aku mengerti!"
Di saat yang sama, pintu kamar terbuka. Shu Yi dan Kapten Timur Xiao masuk. Kapten Timur Xiao melirik Tong Yu, lalu berkata pada Zhu Yi: "Tuan, sumber buku kecil itu sudah kami temukan. Pemimpinnya adalah lelaki bernama Kakak Qi, seorang purnawirawan yang dulunya berada di bawah Departemen Kedua." Zhu Yi mengangguk. Kapten Timur Xiao melanjutkan: "Selain itu, sepuluh menit lalu Tong Haiyang bunuh diri dengan melompat dari gedung."
Mendengar perkataan Kapten Timur Xiao, Tong Yu melompat dari kursinya: "Tidak!" Du Xiaojun mengerutkan alis. Saat ini dia mulai merasa simpati pada Tong Yu.
Telepon Zhu Yi berdering. Dia melirik layar: "Hoi, ini Zhu Yi!"
Suara tua terdengar dari telepon: "Bisakah kita bicara berdua?" Zhu Yi menjawab: "Tentu, di mana?" Orang itu berkata: "Aku sekarang di depan pintu tim khusus kalian, Mercedes hitam. Tenang saja, aku tidak akan berbuat apa-apa." Zhu Yi tertawa: "Mau berbuat apa pun juga percuma, karena tanpa aku gambaran keseluruhan tidak akan terganggu!"
Setelah menutup telepon, Shu Yi bertanya pelan: "Apakah itu dia?" Zhu Yi mengangguk, Shu Yi mengkhawatirkan: "Guru, aku akan menemani Anda!" Zhu Yi tersenyum tipis: "Tidak perlu, dia bilang ingin bicara berdua denganku. Kalau kau ikut, mungkin tidak ada diskusi lagi." Shu Yi berkata: "Tapi..." Zhu Yi menggelengkan tangan: "Tenang saja, dia tidak akan berbuat apa-apa. Fakta bahwa dia mau bernegosiasi menunjukkan masih ada ruang dialog. Kalau tidak, pasti sudah kabur jauh!"
Zhu Yi menatap Tong Yu: "Kurasa aku tahu topik yang ingin dia bahas."
