Kecepatan serangan Ye Zhen sangat cepat, tanpa diketahui dari mana sebilah belati muncul di tangannya. Sorot dingin berlalu, tenggorokan lawannya mengucur darah, tapi anehnya orang itu tidak jatuh, malah menyambar kembali ke arah Ye Zhen dengan sisa tenaga.
Ye Zhen tidak terkejut. Ia langsung mengait leher orang itu, belati ditusukkan keras ke jantungnya, diaduk dengan kuat lalu dicabut dan ditusukkan ke perut. Kemudian tangannya mencengkeram dada korban, mati-matian merogoh hingga mengeluarkan benda berdarah yang mirip jantung tapi bertekstur lebih keras dan tak berdenyut.
Akhirnya, tubuh itu ambruk tak bergerak lagi.
Alis Ye Zhen berkerut. Membunuh memang mudah, tapi ia harus mencari cara mengurus mayatnya. Ia masuk ke kamar mandi, membersihkan tangan dan belatinya. Dengan tenang, ia mengambil karung goni besar dari lemari, memasukkan mayat itu. Saat melihat karung masih mengeluarkan darah, ia mengerutkan kening lagi. Setelah mencari koper besar, dengan susah payah mayat itu berhasil dimasukkannya.
Usai membersihkan semua noda darah dengan saksama, ia mengangguk puas.
Menatap koper itu, Ye Zhen berpikir sejenak lalu mengangkatnya. Mendekati pintu, ia mengintip koridor dengan hati-hati. Memastikan tak ada orang, barulah ia membawa koper keluar.
Berjingkat-jingkat meninggalkan villa, baru ia menghela napas lega.
Dari villa keluarga Ye ke tepi pantai hanya sekitar perjalanan tujuh belas menit. Meski Ye Zhen membawa koper besar berisi mayat seberat 65-70 kilogram, langkahnya tetap cepat. Jika Shu Yi melihat adegan ini, pasti dia akan terperanjat. Bahkan dirinya sendiri pun tidak mudah melakukan hal seperti ini.
Sampai di tepi pantai, Ye Zhen mengambil napas dalam-dalam, menghapus sidik jari di koper, lalu menyeretnya ke laut. Setelah sekitar setengah jam lebih, barulah dia kembali. Dia yakin meski polisi menemukan mayat ini, tidak akan mencurigainya. Koper kulit itu barang biasa yang dijual di seluruh dunia, begitu juga karung goni. Mustahil melacaknya melalui kedua barang ini.
Semua ini dilakukan tanpa sepengetahuan Tuhan maupun hantu.
He Jinkun awalnya mau menyuruh orang mengawasinya, tapi Du Hongze menyarankan untuk tidak terlalu ketat. Keluarga Ye sudah tidak puas, jika terus diprovokasi bisa benar-benar memicu kemarahan mereka. Mereka masih punya wewenang menuntut lebih lanjut.
Lewat pukul dua pagi, Shu Yi akhirnya menerima telepon dari Su Bai. Kabarnya Su Lan mencoba bunuh diri. Untungnya ditemukan tepat waktu, setelah pertolongan di rumah sakit, nyawanya sudah tidak terancam.
Shu Yi memicingkan matanya. Upaya bunuh diri Su Lan gagal. Ia tak tahu harus merasa lega untuk Su Lan atau menyesali diri sendiri. Dari lubuk hatinya, sebenarnya dia juga berharap ada sesuatu yang terjadi pada Su Lan. Tapi jika benar-benar tidak ada masalah sama sekali, maka hasil yang ditunggunya pasti tidak akan terwujud.
"Apakah banyak yang tahu tentang ini?" Shu Yi bertanya pelan. Su Bai tertegun sejenak: "Tidak banyak. Selain pembantu tua di rumah, hanya aku, Tang Qiu, dan supir." Shu Yi berkata tenang: "Lakukan blokade informasi ketat. Ke luar umumkan Nona Su gagal diselamatkan dan sudah meninggal. Untuk pihak rumah sakit, carilah cara untuk menutupinya!"
Perkataan Shu Yi membuat Su Bai terkejut. Ia tak paham mengapa Shu Yi melakukan ini, tapi yakin pasti ada maksud tertentu. "Hm," gumamnya, "Baik, segera akan kusuruh Tang Qiu mengurus." Shu Yi bertanya lagi: "Tahu alasannya bunuh diri?" Su Bai menghela napas: "Mungkin karena aku menegurnya tadi malam."
Shu Yi tidak merenung lebih jauh. Ia tahu teguran ringan Su Bai tak mungkin memicu aksi ekstrem itu. Pasti ada sebab lain di balik upaya bunuh dirinya, atau mungkin ini sama sekali bukan percobaan bunuh diri.
Ia pun tidak bertanya lagi, menyuruh Su Bai segera bertindak.
Menutup telepon, Shu Yi bangkit dan memanggil Zhen Nanfang serta Xiao Hui. Ketiganya segera mengemudi menuju rumah keluarga Ye.
Xiao Hui memang adalah remaja bermasalah. Setelah naik ke mobil, dia bertanya lagi: "Kakak Shu, kenapa kita harus mencari Ye Zhen padahal yang bermasalah adalah Su Lan?" Shu Yi berkata dengan tenang: "Apa reaksi Ye Zhen jika Su Lan bermasalah? Masalah Su Lan sudah saya perkirakan sebelumnya. Justru yang ingin saya ketahui adalah respons Ye Zhen. Tidakkah kau perhatikan? Sebenarnya hubungan antara Ye Zhen dan Su Lan tidak seburuk yang mereka tunjukkan. Sebaliknya, perasaan mereka sangat dalam."
Zhen Nanfang menjelaskan: "Hilangnya Ye Zhen berkaitan erat dengan keamanan Su Lan. Bisa dibilang dia bersembunyi untuk melindungi Su Lan. Dia tahu ada yang ingin merugikan keluarga Su. Mungkin dia tidak mampu menghalangi, atau mungkin sengaja tidak mau membantu keluarga Su. Tapi karena cintanya pada Su Lan, dia tidak akan membiarkan mereka menyakiti Su Lan. Dia telah mencapai kesepakatan diam-diam dengan mereka yang ingin menghancurkan keluarga Su - dia tidak akan ikut campur urusan keluarga Su, tidak akan memberi peringatan apapun, tapi dia sama sekali tidak akan membiarkan mereka menyentuh Su Lan. Ini prinsipnya!"
Shu Yi mengangguk. Apa yang dikatakan Zhen Nanfang persis seperti yang dia pikirkan. Karena itulah saat pertama kali mengetahui masalah Su Lan, dia langsung mengajukan permintaan yang tampak tidak masuk akal ini kepada Su Bai.
Shu Yi ingin melihat sikap Ye Zhen terhadap tindakan bunuh diri Su Lan. Setelah mengetahui kematian Su Lan yang merusak kesepakatan dengan mereka, tindakan apa yang akan diambilnya? Apakah dia benar-benar akan membalas dendam pada mereka? Dan dengan cara apa dia akan membalas?
Saat tiba di rumah keluarga Ye, waktu sudah lewat jam tiga tengah malam. Zhen Nanfang menekan bel pintu, lama sekali baru ada seorang pembantu tua yang membuka pintu. Dia jelas masih setengah tidur, matanya berkaca-kaca memeriksa tiga orang yang berdiri di depan pintu.
"Kalian cari siapa?" Si pembantu tua sangat waspada.
Shu Yi tersenyum sambil menjawab: "Kami ingin bertemu Ye Zhen, ada urusan penting." Si pembantu tua menatap Shu Yi dengan bingung, urusan apa lagi yang penting di tengah malam begini. Dengan tenang si pembantu berkata: "Tuan besar, Nyonya, dan Tuan Muda semuanya sudah tidur. Lebih baik kalian kembali saat subuh."
Dia sama sekali tidak menunjukkan niatan untuk mengizinkan mereka masuk.
Zhen Nanfang melangkah maju: "Begini saja, Ibu hanya perlu menyampaikan ke Tuan Muda bahwa Nona Su mengalami masalah. Lihat saja apakah dia mau menemui kami. Jika tidak, kami langsung pergi." Si pembantu mulai ragu, dia sedikit banyak tahu tentang hubungan keluarga Ye dan Su.
"Urusan ini cukup disampaikan langsung ke Tuan Muda, jangan sampai Nyonya Rumah tahu." Shu Yi menambahkan.
Si pembantu berbalik masuk sambil menutup pintu. Masih ragu, apakah harus menyembunyikan hal ini dari Nyonya seperti saran Shu Yi, atau hanya memberi tahu Ye Zhen. Setelah berpikir, dia memutuskan untuk tidak melapor ke siapa-siapa. Lebih baik langsung ke Ye Zhen, toh pasti akan membuat salah satu pihak marah. Dia tak mau berurusan dengan Tuan Muda yang berkarakter aneh itu.
“Oh? Di mana mereka?” Ye Zhen terbangun dari tidurnya olehnya, wajahnya tampak tidak senang.
Pembantu tua itu gemetar ketakutan: "Mereka ada di depan pintu, apakah kita harus mempersilakan mereka masuk?" si pembantu bertanya pelan.
Ye Zhen berkata dengan tenang: "Tidak perlu, aku yang keluar. Kamu kembalilah tidur."
Pintu terbuka kembali, orang yang muncul di hadapan Shu Yi dan rombongan adalah Ye Zhen.
Ye Zhen membawa mereka meninggalkan villa: "Katakan, ada urusan apa mencari saya?" Shu Yi berkata datar: "Su Lan bunuh diri." Mata Ye Zhen memicing: "Sejak kapan?" Shu Yi menjawab: "Sekitar sejam yang lalu, ditemukan oleh pembantu. Su Bai dan yang lain mengantarnya ke rumah sakit, sayang sudah terlambat!" Shu Yi menghela napas panjang.
“Apa? Kau bilang dia sudah mati?”
Shu Yi tersenyum kecut: "Tidak ada yang menginginkan ini, tapi memang begitulah kenyataannya."
Ye Zhen tidak berkata-kata, tapi Shu Yi merasakan fluktuasi emosinya.
Tak ada suara, sunyi senyap.
Akhirnya Ye Zhen berkata: "Terima kasih!" Berbalik dan berjalan kembali ke villa, sepertinya dia bersiap pulang.
Xiao Hui bertanya: "Apa sudah selesai seperti ini?"
Ekspresi Shu Yi tampak serius: "Apa kalian merasakan sesuatu?"
Xiao Hui berbisik: "Aura pembunuh, di tubuh Ye Zhen terasa aura pembunuh yang kuat. Tapi wajar, setelah mendengar soal kecelakaan Su Lan, pasti dia murka dan ingin membalas dendam." Shu Yi menggeleng: "Tidak, tubuhnya menyengat bau darah pekat!" Zhen Nanfang mengangguk: "Hm, tadi aku juga merasa aneh. Saat dia baru membuka pintu, aku langsung merasakan hal yang sama."
"Xiao Hui, kau tetap di sini. Awasi dia, tapi berhati-hatilah. Aku merasa dia sangat berbahaya. Ingat, jika ada situasi darurat, utamakan keselamatan dirimu sendiri. Jangan nekat bertarung keras." Shu Yi memberi perintah pada Xiao Hui. Xiao Hui mendengus dingin, sama sekali tidak percaya Ye Zhen bisa mengalahkannya. Shu Yi tersenyum kecut: "Jangan meremehkan lawan. Ingat kata-kataku."
Kemudian dia dan Zhen Nanfang naik mobil pergi. Zhen Nanfang bertanya: "Ke rumah sakit?" Shu Yi mengangguk membenarkan.
"Lao Shu, bagaimana kalau ternyata Ye Zhen juga pergi ke rumah sakit?"
Bukan tidak mungkin. Shu Yi berkata tenang: "Pergi pun dia tidak akan bisa menemui Su Lan. Selama keluarga Su tidak mengizinkan, mustahil baginya bertemu." Zhen Nanfang tertegun sejenak - benar juga. Dulu keluarga Ye dan Su memang sudah bermusuhan karena kasus hilangnya Ye Zhen. Wajar jika keluarga Su melarang Ye Zhen melihat "wajah terakhir" Su Lan. Tentu saja, keluarga Su harus menunjukkan kesedihan yang cukup meyakinkan.
Satu-satunya yang dikhawatirkan Shu Yi adalah lingkungan internal keluarga Su. Dengan kondisi Su Bai dan Su Qing yang seperti sekarang, rencana pura-pura mati Su Lan mungkin bisa menyembunyikan kebenaran dari orang luar, tapi bisakah dia menipu Su Qing? Orang luar masih bisa dicegah untuk bertemu, tapi Su Qing juga adalah kakak tertua Su Lan. Jika dia bersikeras ingin bertemu, bisakah kau menghalanginya?
Shu Yi menyalakan rokok: "Su Qing adalah masalah." Zhen Nanfang mengerti kekhawatiran Shu Yi. Dia berkata: "Masalahnya memang Su Qing, tapi kunci sebenarnya ada pada Su Lan." Shu Yi melirik Zhen Nanfang. Zhen Nanfang tersenyum: "Bagaimana jika Su Lan bersedia bekerja sama?" Shu Yi menatapnya dengan kebingungan, kemungkinan ini sama sekali tidak masuk akal: "Kau punya cara?"
Zhen Nanfang cemberut: "Ada satu cara, tapi kita harus mendapat persetujuan Su Bai. Membuat Su Lan berpura-padi menjadi mayat selama dua hari sebenarnya bukan hal sulit." Shu Yi memicingkan matanya: "Maksudmu, memainkan trik pada Su Lan agar dia benar-benar terlihat seperti mati?" Zhen Nanfang mengangguk: "Setidaknya untuk hal ini kemampuan kita cukup."
