Shu Yi dan rombongan tiba di rumah sakit. Hanya Su Bai dan Tang Qiu yang ada di sana.
Harus diakui kepala pelayan keluarga Su ini memang sangat kompeten. Urusan yang dititipkan Shu Yi sudah diselesaikannya. Shu Yi pernah berkata pada Su Bai, yang penting bisa menahan hingga malam ini. Jadi Tang Qiu menjamin sebelum fajar menyingsing, Su Qing pasti tidak akan tahu tentang masalah ini.
Bagi para pekerja rumah tangga ini, perkataan Tang Qiu bagaikan titah suci. Seperti yang dikatakan Su Bai, terkadang anak buah lebih takut kepada Tang Qiu daripada kepada dirinya sendiri.
"Meski begitu, kita tidak bisa menyingkirkan kemungkinan dia mengetahui kasus ini melalui saluran lain. Jadi kita tetap harus mempersiapkan respons." Shu Yi berbisik. Su Bai mengerutkan alis: "Saluran lain yang kau maksud?" Shu Yi tersenyum kecut: "Meski aku tak ingin lagi membahas hubungan kalian bersaudara, aku yakin dia pasti mengawasi gerak-gerikmu dengan ketat, sama seperti kau mengawasinya."
Wajah Su Bai memerah tipis. Perkataan Shu Yi memang benar - dirinya memang telah mengirim mata-mata untuk mengawasi Su Qing. Sejak insiden kejutan yang dilakukan Su Qing, dia selalu waspada terhadap adiknya itu.
Krisis Perusahaan Su akhirnya teratasi setelah upaya manajemen krisis-nya. Namun qi perusahaan tersebut terluka parah dengan aset menyusut hampir tiga puluh persen. Tentu saja, pasar saham ibarat arena permainan. Selama ada kabar baik, rebound bukanlah hal mustahil. Ini semua permainan "Monopoli" belaka, siapa yang bertahan sampai akhir dialah pemenangnya.
Sebagai perusahaan raksasa, Perusahaan Su masih memiliki kemampuan bertahan terhadap risiko seperti ini.
Tapi kondisi internal perusahaan masih kacau. Sebagian pemegang saham telah berpihak pada Su Qing yang terus menggalang kekuatan, berusaha mati-matian menggulingkan Su Bai dari posisinya.
“Lantas bagaimana kalian akan menghadapinya?” Su Bai terlihat justru memberikan dukungan penuh pada Shu Yi. Sebenarnya, ia sudah menyadari bahwa serangan balik Su Qing dan kasus rumah angker keluarga Su bukanlah dua hal yang terpisah, keduanya memiliki hubungan kausal. Jika Shu Yi benar-benar bisa menyelesaikan kasus ini, barulah keluarga Su akan benar-benar aman, dan posisinya sendiri baru akan benar-benar kokoh.
Zhen Nanfang menghela napas: “Kalau tahu akan seperti ini, kenapa dulu kau buru-buru menjemputnya kembali?”
Su Bai memenuhi wajahnya dengan kepahitan: “Saat ini bukan hanya perusahaan Su Group, bahkan keluarga Su sendiri dilanda keresahan. Setelah mengetahui keberadaan Su Lan, jika aku tidak membawanya kembali ke keluarga Su, oknum-oknum berniat jahat dalam keluarga pasti akan memanfaatkan hal ini. Sebenarnya aku sangat tahu bahwa meninggalkannya di sisi Pak Shu justru paling aman, tapi aku harus melakukan ini.”
Shu Yi menjawab: “Kau tak perlu merasa bersalah. Sebenarnya inilah hasil akhir yang kuharapkan. Tentu saja, aku juga tidak ingin terjadi apa-apa pada Nona Su. Tapi selama dia meninggalkan tempatku, masalah pasti akan terjadi cepat atau lambat. Meski ini buruk baginya, tapi untuk penyelesaian seluruh kasus justru merupakan hal positif. Kurasa Tuan Su juga sedang mencurigai satu hal: bahwa kemungkinan besar Su Lan sama sekali bukan bunuh diri.”
Su Bai mengangguk: "Hm, karakternya aku tahu. Kalau bilang dia bunuh diri, aku memang tidak terlalu percaya. Meski aku sempat menegurnya, tapi saat itu emosinya justru tenang. Saat aku bicara soal kemungkinan pembatalan pernikahan dengan keluarga Ye, dia malah membela keluarga Ye. Dia juga tidak ingin pernikahan ini dibatalkan. Kalau masih ada harapan di hatinya, mengapa dia mau bunuh diri?"
Shu Yi berkata pada Zhen Nanfang: "Urusan itu kau yang selesaikan." Yang dimaksud Shu Yi adalah rencana "pura-pura mati" Su Lan. Su Bai berkata pada Tang Qiu: "Kau ikut dia. Bantu apa pun yang dia perlukan."
Tang Qiu mengikuti Zhen Nanfang pergi. Su Bai mempersilakan Shu Yi duduk: "Tuan Shu, bisakah Anda jelaskan apa maksud Lao Shu ini? Mengapa harus menyuruh Xiao Lan pura-pura mati?" Shu Yi menjawab dengan tenang: "Anda pasti sudah dengar kami menemukan Ye Zhen, kan?" Tentu saja Su Bai tahu. Informasi seperti ini cepat menyebar di kalangan mereka.
"Tak kusangka, putra tertua keluarga Ye yang terhormat ternyata bekerja sebagai pelatih kuda di klub pacuan." Suara Su Bai terdengar menyimpan ejekan. Shu Yi tersenyum tipis: "Jangan meremehkannya. Bagaimana jika kukatakan semua ini dilakukannya demi Su Lan?" Su Bai tertegun. Dia sama sekali tidak mengerti bagaimana hilangnya Ye Zhen bisa terkait dengan Su Lan. Dari mana mulanya?
Shu Yi menatap Su Bai: "Kau seharusnya bisa merasakan bahwa semua yang terjadi ini memang menyasar keluarga Su, kan? Dan ini bukan hujan rintik-rintik, melainkan badai! Awalnya masalah di rumah angker, hampir 30 orang, yang mati tetap mati, yang hilang tetap hilang. Sudah berhari-hari mereka menghilang, menurutmu seberapa besar peluang mereka untuk selamat? Kasus ini sejak awal sudah diliputi bau darah yang pekat. Orang itu ingin menghabisi keluarga Su, tujuannya adalah membuat keluarga Su hancur dan mati."
Su Bai tidak berkata-kata, hanya mengangguk dengan muram.
Shu Yi melanjutkan: "Yang aneh, Ye Zhen sepertinya tahu sesuatu tentang kasus ini. Dan dia pasti sudah menjalin chemistry dengan mereka. Jadi saat dia kabur, sekilas terlihat seperti menghindari pernikahan dengan Su Lan, tapi sebenarnya tidak. Dia menukar keamanan Su Lan dengan menjaga kerahasiaan keluarga Su. Pasti dia juga sudah berkomunikasi dengan Su Lan. Tuduhan bahwa ada orang yang ingin menyakiti Su Lan sebenarnya adalah rencana matang mereka berdua. Hanya ada dua tujuan: pertama, melumpuhkan kewaspadaan lawan, membuat semua orang mengira otak Su Lan bermasalah sehingga mereka tidak akan mengganggunya lagi. Kedua, memastikan Su Lan bisa benar-benar lepas dari pusaran masalah ini, tidak terjebak dalam air keruh ini."
Su Bai mengerutkan alis: "Tunggu, penjelasanmu justru membuatku tambah bingung. Jika Ye Zhen sudah punya chemistry dengan mereka, mengapa dia masih menyuruh Su Lan melakukan ini? Bukankah itu usaha yang berlebihan?"
Shu Yi tersenyum: "Kepercayaan, karena meski Ye Zhen telah mendapatkan janji mereka, dia tidak sepenuhnya percaya pada orang itu. Dia menggunakan cara ini untuk menambahkan lapisan kamuflase bagi Su Lan. Kau ingat Su Lan selalu bilang ada yang ingin membunuhnya, pasti akan menarik perhatian kalian dan kepolisian. Dengan begitu, baik keluarga Su maupun kepolisian mungkin akan memberinya perlindungan. Orang yang ingin menyentuhnya akan sulit mendapatkan kesempatan bertindak. Aku penasaran, siapa di antara mereka yang memikirkan taktik ini. Meski terlihat kuno, cukup efektif di wilayahmu."
Su Bai menghela napas: "Tapi dia tetap mengalami sesuatu."
Shu Yi mengangguk pelan: "Tapi dia belum mati. Orang itu seharusnya hanya ingin memperingatkan mereka, agar jangan main licik." Su Bai menatap Shu Yi, tidak mengerti apa yang ada di otak pria ini. Urusan serumit ini bisa dijelaskannya secara sistematis.
"Kau sudah tahu kalau orang itu akan memberi mereka peringatan?" tanya Su Bai.
Shu Yi menggeleng: "Aku bukan dewa, mana mungkin sudah tahu sebelumnya. Aku baru menebak setelah memastikan dari Su Lan bahwa dia dan Ye Zhen sedang berakting. Kabar ini masih terkait dengan kasus Pulau Nan Ya. Aku menyuruh orang membawa diam-diam Su Lan dari pulau itu, membuat mereka marah. Orang-orang yang hilang itu adalah korban kemarahan mereka. Mereka menggunakan cara ini untuk menunjukkan ketidaksukaan pada gerakan ilegal Ye Zhen dan Su Lan. Ini membuktikan bahwa selalu ada yang mengawasi Su Lan!"
Su Bai masih bingung: "Mengapa dia harus pergi ke Pulau Lamma, dan mengapa meneleponmu?"
Shu Yi memicingkan matanya, pertanyaan ini juga pernah terpikir olehnya—mengapa Su Lan harus ke pulau itu? Jika semua ini hanyalah sandiwara antara dia dan Ye Zhen, mengapa harus menelepon dirinya? Tapi jawaban atas pertanyaan ini hanya diketahui olehnya sendiri.
Shu Yi menggelengkan kepala.
Xiao Hui melirik jamnya, dia sudah berjaga di depan rumah keluarga Ye selama satu jam, tapi Ye Zhen tetap tak bergerak. Jangan-jangan Kakak Shu salah prediksi, mungkin Ye Zhen sama sekali tidak akan melakukan aksi nyata?
Tepat saat kesabarannya hampir habis dan ingin mengirim SMS ke Shu Yi, dia melihat bayangan hitam melayang keluar dari arah villa. Xiao Hui langsung bersemangat—akhirnya targetnya mulai bergerak.
Ye Zhen adalah tipe orang yang hati-hati. Alasan dia tidak terburu-buru bertindak setelah kepergian Shu Yi adalah khawatir sedang diawasi. Tapi dia meremehkan tekad tim Shu Yi. Kedatangan mereka di tengah malam untuk memberitahukan kabar ini jelas bertujuan memancing reaksinya, mana mungkin mereka menyerah begitu saja?
Meski tahu masih ada yang mengawasi, dia harus keluar. Selama satu jam ini dia terus menahan kemarahannya. Bukan tidak ada keraguan dalam hatinya tentang perkataan Shu Yi—diam-diam dia menelepon keluarga Su untuk menanyakan pembantu tua di sisi Su Lan. Tapi tak disangka pembantu itu sudah melalui bimbingan ketat Tang Qiu, jawabannya persis sama dengan keterangan tim Shu Yi.
Kemarahannya tak tertahankan lagi. Meski sadar ada yang mengawasi, dia tak peduli lagi.
"Dia dengan hati-hati melihat sekeliling, tidak menemukan apa-apa, lalu berlari kencang ke satu arah. Kecepatannya luar biasa, tapi ini tidak menyulitkan Xiao Hui yang memiliki kecepatan kelas atas. Xiao Hui sulit percaya, dari mana stamina seperti ini datangnya pada seorang bangsawan muda kaya?"
"Ye Zhen tidak menyetir mobil, mungkin takut mengganggu orang tuanya. Ini membuat Xiao Hui lebih lega. Jika dia kabur dengan mobil, Xiao Hui hanya bisa menonton pasrah. Saat Shu Yi dan yang lain pergi, Xiao Hui khusus menyinggung masalah ini. Shu Yi menyuruhnya tenang, berkata Ye Zhen pasti tidak akan menyetir. Waktu itu Xiao Hui masih tidak percaya."
"Empat puluh menit kemudian, Ye Zhen tiba di depan pintu masuk sebuah villa tepi pantai. Dia berdiri di sana sekitar satu menit, tampak ragu-ragu apakah harus mendekat atau tidak."
"Akhirnya dia masuk. Xiao Hui segera bergerak cepat ke bawah jendela villa. Tidak mungkin dia masuk seperti Ye Zhen, hanya bisa mendengarkan dari kaki tembok."
""Tuan Muda Ye, ada apa ini? Wajahmu gelap di tengah malam begini datang ke sini, siapa yang mengusikmu?" Suara wanita terdengar dari dalam rumah."
"Ye Zhen mendengus dingin: ""Kalian berjanji tidak akan menyentuh Xiao Lan! Tapi sekarang? Dia sudah mati! Aku minta kalian ganti nyawa Xiao Lan!"" Tanpa basa-basi, Ye Zhen langsung menyerang. Xiao Hui mendengar suara pertarungan di dalam. Tak tahan, dia mengangkat kepala mengintip lewat jendela. Ye Zhen ternyata sedang bertarung dengan wanita itu, dibantu dua pemuda yang langsung menghadangnya. Jelas Ye Zhen bukan lawan mereka."
"Ye Zhen, kamu gila!" Wanita itu akhirnya marah besar.
Ye Zhen ditahan oleh dua pemuda, tiba-tiba matanya memancarkan cahaya hijau, rambutnya perlahan berubah menjadi merah. Wanita itu berteriak kaget: "Ye Zhen, kau...kau sampai berani memakainya?" Xiao Hui di luar jendela juga kaget, bukankah ini ciri raksasa berambut merah bermata hijau yang pernah disebut biksu? Tubuh Ye Zhen mulai menghitam perlahan. Xiao Hui terdiam sejenak, bagaimana mungkin begini? Hampir saja dia menjerit.
