Tang Qiu pernah menemui Su Lan sebelum keberangkatannya!
Alis Su Bai berkerut erat. Su Qing pernah mengingatkannya untuk berhati-hati dengan Tang Qiu dan Su Lan yang sangat akrab. Awalnya Su Bai benar-benar tak menganggap serius hal ini. Bagaimanapun, Su Lan adalah adik kandungnya sendiri, bagian dari Keluarga Su. Ia tak mau dan tak tega mencurigai keluarga sendiri.
Tapi sekarang, mendengar kabar ini, hatinya terasa perih tak karuan.
Dengan lembut Su Bai membuka pintu kamar Su Lan. Su Lan sedang berbaring di tempat tidur sambil memegang majalah.
Melihat Su Bai masuk, wajahnya memerah. Ia buru-buru duduk: "Kakak!"
Su Bai tersenyum tipis lalu duduk di kursi di tepi tempat tidur: "Belakangan banyak terjadi hal di rumah, jadi kakak tak sempat menemanimu lebih sering." Su Lan menggeleng: "Tak apa, aku baik-baik saja!"
Su Bai menghela napas: "Ah, aku tahu hatimu tidak tenang sejak Ye Zhen mati, setiap hari mengurung diri di kamar. Xiao Lan, Kakak sangat khawatir melihatmu seperti ini."
Su Lan merasakan aliran hangat di hatinya. Memandangi "kakak" yang wajahnya kurus kering ini, hatinya seperti tong pecah yang tumpah berantakan, berbagai rasa berkecamuk.
"Kak, belakangan ini kau pasti sangat lelah!" kata Su Lan dengan tulus.
Su Bai tersenyum: "Siapa suruh jadi kakak? Bukankah ada peribahasa: Angin berhembus di lereng besar, ada masalah cari kakak?" Su Lan hanya tersenyum tanpa menyambung, tak tahu harus berkata apa.
Su Bai memicingkan matanya seolah mengambil tekad besar: "Xiao Lan, ada sesuatu yang ingin kakak tanyakan." Su Lan meletakkan majalahnya: "Katakan saja, Kak. Antara kakak-adik tidak perlu banyak sungkan." Su Bai mengangguk: "Hm. Tadi malam Tang Qiu datang mencarimu?"
Su Lan tidak menyangkal: "Ya, dia datang, tapi akhirnya kulempar keluar."
Su Bai jadi penasaran: "Oh?"
"Dia mengandalkan posisinya sebagai penasihat keluarga dan kepercayaanmu, lalu jadi semena-mena. Kau tahu dia bilang apa? Dia bilang menyukaiku, minta aku mau bersamanya. Dia juga bilang kau pasti setuju karena... karena kau tak bisa lepas darinya. Lalu dia berani macam-macam, akhirnya baru pergi setelah aku marah. Kak, kakak tidak akan benar-benar mengizinkan aku mengikuti orang seperti itu, kan?"
Wajah Su Bai berubah pucat. Ekspresi Su Lan tidak terlihat seperti berbohong. Tak disangka Tang Qiu berani bersikap tidak sopan pada adiknya! Su Lan menggenggam lembut tangannya, baru sekarang ia tersadar. Dengan lembut ia menepuk-nepuk punggung tangan Su Lan: "Bagaimana mungkin? Dia cuma anjing peliharaan Keluarga Su, tidak, bahkan lebih hina dari anjing!"
"Ngomong-ngomong Xiao Lan, kau belum tahu ya? Tang Qiu mati!"
Su Lan terlihat terkejut: "Mati? Bagaimana mungkin? Tadi malam masih baik-baik saja." Su Bai terpaksa menjelaskan garis besar kejadian kemarin. Su Lan yang tak pernah peduli urusan luar selalu mengurung diri di kamar, jadi ia hanya memberi penjelasan sekilas.
Su Lan mendengarkan dengan wajah panik: "Kak, kalau begini orang-orang akan mencurigaimu, mencurigai Keluarga Su kita. Bagaimana ini?" Su Bai menikmati perhatian keluarga. Hatinya sedikit lega, ternyata dirinya terlalu berprasangka. Su Lan tetaplah Su Lan yang dulu, tetap kakak kandungnya.
"Tenang saja, semuanya akan baik-baik. Sudah, Kakak masih ada urusan. Kau istirahatlah, aku cuma mampir menjenguk." Su Bai berdiri. Su Lan mengantarnya sampai di pintu. Tiba-tiba Su Lan memanggilnya: "Kak, ada satu hal... Aku tak tahu harus bicara atau tidak." Su Bai merapikan rambutnya yang berantakan sambil tersenyum: "Si gadis bodoh, antara kakak-adik apa yang tak bisa dibicarakan?"
Su Lan menggigit bibirnya, lama baru berkata: "Berhati-hatilah dengan Kakak Kedua!" Hati Su Bai gemetar tanpa alasan. Su Lan menyuruhnya berhati-hati pada Su Qing, padahal beberapa hari lalu Su Qing juga menyuruhnya berhati-hati pada Su Lan. Sebenarnya apa yang terjadi antara saudara kandung mereka?
"Xiao Lan, apa maksudmu ini?" Su Bai tentu ingin bertanya jelas. Su Lan ragu sejenak lalu berbisik: "Tang Qiu sepertinya sering berlatih dengan Kakak Kedua!" Su Bai mengangguk: "Aku mengerti."
Su Bai kembali ke kamarnya sendiri, duduk diam di samping meja kerja sambil menyalakan rokok. Ia merasa otaknya tidak cukup pintar - adik laki-laki dan adik perempuannya sama-sama mengingatkannya untuk berhati-hati terhadap satu sama lain di sini. Apakah ada kesalahpahaman antara mereka? Tidak, setidaknya ia tidak merasa ada kesalahpahaman. Lalu mengapa?
Su Bai memikirkan satu-satunya kemungkinan: salah satu dari Su Qing atau Su Lan memiliki masalah. Ia sangat tidak ingin berpikir demikian, tapi fakta yang ada memaksanya untuk mempertimbangkannya.
Secara emosional, Su Bai tidak ingin mencurigai satupun dari mereka. Mereka semua adalah orang-orang terdekatnya.
Su Bai menghisap rokoknya dengan ganas, satu demi satu. Seluruh rumah dipenuhi asap.
Menerima telepon dari Su Bai di tengah malam tidak membuat Shu Yi terkejut. Belakangan ini hari-hari Su Bai pasti sulit, mood-nya pun pasti tidak baik.
“Manajer Su, apakah Anda tahu sekarang jam berapa?” Shu Yi mengolok-olok. Su Bai baru menyadari ternyata sudah tengah malam, ia berkata dengan malu: "Maafkan saya, Pak Shu, saya hanya punya hambatan mental yang tak terurai, jadi nekat mengganggu istirahat Anda." Shu Yi menjawab: "Tak perlu sungkan, saya juga belum tidur. Katakanlah, hambatan mental apa itu?"
Su Bai terdiam sejenak: "Pak Shu, ketika Anda tiba-tiba menemukan orang terdekat Anda berubah menjadi sosok yang tak Anda kenal lagi, apa yang akan Anda lakukan?" Shu Yi menangkap implikasi halusnya, tapi sengaja tak merespons: "Manajer Su, sebenarnya ada masalah apa?" Su Bai akhirnya menceritakan perkataan Su Qing dan Su Lan yang terkait dengannya: "Awalnya saya pikir mungkin ada kesalahpahaman antara saudara mereka, tapi dengan kehadiran Tang Qiu di tengah, saya rasa ini bukan sekadar kesalahpahaman biasa."
Shu Yi bertanya pelan: "Apakah Anda mencurigai salah satu dari mereka bermasalah?"
Su Bai menghela napas: "Meski tak ingin mengakuinya, tapi memang begitu pikiran saya!" Shu Yi tersenyum: "Lalu siapa yang Anda curigai?" Su Bai sama sekali tak bisa menjawab, jika bisa menentukan target pasti dia takkan bingung mencari Shu Yi: "Saya tak tahu harus percaya siapa, mencurigai siapapun terasa sangat kejam."
Shu Yi mengangguk "Hm", situasi seperti ini pada siapapun akan menimbulkan perasaan serupa.
"Lalu apa rencana Anda selanjutnya?" Shu Yi bertanya lagi.
Su Bai tersenyum kecut: "Jika punya solusi, takkan saya mengganggu Pak Shu minta petunjuk."
Shu Yi berpikir sejenak: "Menurutku kasus ini bisa kau kesampingkan dulu, jangan buru-buru menyelidiki, lakukan saja rutinitas seperti biasa!"
"Ini, ini tidak mungkin. Pihak Su Lan mungkin masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan Su Qing?" Kekhawatirannya beralasan. Ia dan Su Qing sengaja berakting untuk memancing musuh masuk lebih dalam. Jika Su Qing bermasalah, maka strategi yang ia susun justru akan menjadi jebakan bagi dirinya sendiri! Ia sangat paham hal ini, dan yakin Shu Yi juga seharusnya mengerti.
Shu Yi tersenyum: "Lalu bagaimana? Mengurung mereka berdua? Memaksa mereka mengaku?" Su Bai terdiam, tentu ini tidak mungkin dilakukan.
Shu Yi berkata dengan tenang: "Manajer Su, percayalah. Untuk menyelidiki siapa yang bermasalah, kita harus memberi mereka waktu, memberi panggung untuk mereka berakting. Bukankah pihak Su Qing sudah ada orangku yang mengawasi? Justru pihak Su Lan yang harus kau awasi sendiri. Bukan tidak menyelidiki, tapi usahakan jangan terlalu mencolok."
Su Bai memahami maksud Shu Yi: "Baiklah, sepertinya hanya ini jalan sementara. Tapi Pak Shu, saya ada permohonan yang agak sulit."
Shu Yi berbisik: "Silakan!"
Su Bai berkata: "Bagaimanapun, Su Qing maupun Su Lan adalah keluarga saya. Meskipun mereka melakukan kesalahan, saya harap Pak Shu bisa memberi mereka kelonggaran melihat martabat saya."
Meletakkan telepon, senyuman merekah di wajah Shu Yi. Kini kasus Tang Qiu mulai jelas. Baik Su Qing maupun Su Lan, selama mereka punya interaksi dengan Tang Qiu, pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengalahkan tipuannya pada Su Bai.
Di permukaan, Su Qing adalah tersangka utama. Meskipun aksinya merebut kendali Keluarga Su dari Su Bai merupakan strategi yang sudah didesain bersama sebelumnya, siapa tahu dia melakukan aksi palsu jadi nyata. Tak ada yang bisa menjamin dia tak tergoda oleh aset raksasa keluarga Su. Atau bahkan, kolaborasinya dengan Su Bai sendiri adalah bagian dari rencana besarnya.
Tang Qiu merupakan jalur dalam yang dia tinggalkan di keluarga Su. Dengan keberadaan Tang Qiu, setiap gerak-gerik sang kakak bisa dia pantau dengan sempurna.
Tapi ini bukan hal mutlak. Su Lan juga patut dicurigai. Sejak kemunculannya, performansi wanita ini selalu misterius dan membingungkan. Peristiwa pulau kecil, kematian Ye Zhen – semuanya terkait dengannya. Namun anehnya, tak ada celah yang terlihat dari dirinya. Tapi Shu Yi yakin, wanita ini sama sekali tidak sederhana. Bahkan menurut Shu Yi, tingkat kecurigaannya melebihi Su Qing.
Shu Yi menunjukkan senyuman pasrah. Kepasrahan ini bukan untuk dirinya, tapi untuk Su Bai. Situasi Su Bai saat ini ibarat "Dikepung Musuh dari Segala Penjuru". Serangan dua kekuatan eksternal, kecurigaan antar saudara internal – Shu Yi bisa membayangkan Su Bai bahkan tak bisa tidur nyenyak sekalipun.
Masalah internal jauh lebih menakutkan! Benteng sekuat apapun akan runtuh dengan sendirinya jika ada tuntas di dalamnya!
Su Bai seharusnya juga tahu, kalau tidak dia tidak akan panik menelepon dirinya sendiri. Tapi ada urusan yang hanya bisa diselesaikan sendiri. Su Bai sedang menghadapi rintangan maut. Jika bisa melewatinya, maka Keluarga Su akan selamat. Jika tidak, tamatlah riwayat mereka.
Meski awal mula Keluarga Su mungkin tidak gemilang, bahkan menelan nyawa seluruh Keluarga Yang, itu kan sudah terjadi seratus tahun lalu. Di era modern ini, tragedi semacam itu tak boleh terulang. Menurut Shu Yi, sejarah kelam itu kini sudah tak layak dinilai lagi. Tuduhan atas dosa leluhur juga tak seharusnya dibebankan pada generasi Su masa kini. Adegan pembantaian zaman baheula itu jelas tak pantas terpampang lagi di jaman yang sudah beradab ini!
Shu Yi menghela napas panjang. Terkadang benar-salah, baik-buruk memang sulit dijelaskan. Perbedaan sikap yang dimiliki setiap orang membuat kriteria kebenaran menjadi relatif.
