Shen Hui membawakannya segelas anggur merah mendekati jendela. Di tangan satunya memegang telepon: "Aku sudah tahu. Kembalilah!"
Shen Hui mematikan telepon. Gelas di tangannya menghantam dinding dengan keras. Kakinya menyepak sofa hingga terbalik: "Bangsat, benar-benar bangsat!" Setelah melampiaskan emosi, akhirnya dia kembali kalem.
Berjalan ke meja kerja besar, jarinya menekan tombol merah di tepi meja.
Tak lama, seorang lelaki kurus berkulit pucat berbaju jas hitam masuk.
"Bos!" Ekspresi wajaknya datar, mirip vampir dalam film Barat.
"Luo Xiaojuan dan Shao Jinwu harus mati. Apapun metodenya, kuharap mereka takkan melihat mentari esok hari!"
Sorot mata Shen Hui berkedip dengan kilatan kejam yang ganas.
"Siap!" Lelaki kurus itu tetap tanpa ekspresi, setelah berkata langsung berbalik dan bersiap pergi.
"A Si!" Lelaki itu berhenti sejenak, perlahan berputar dan menatapnya.
"Ingat, jangan sampai jatuh! Kalau tidak, kau dan keluargamu akan mati!" Suara Shen Hui sama sekali tidak terkontaminasi emosi. A Si mengangguk, kilau air mata samar terlihat di sorot matanya.
Shu Yi menerima telepon dari Zhen Nanfang, langsung menghubungi He Jinkun untuk mengerahkan tim. Apapun yang terjadi, Luo Xiaojuan harus dimanfaatkan. Karena Zhen Nanfang sudah menahan Shao Jinwu, maka inisiatif mutlak harus dipegang. Turunkan Luo Xiaojuan! Selama dia membuka mulut, langsung serang Shen Hui!
Shen Hui jelas-jelas ikan besar. Sekalipun bukan dalang kasus ini, pasti tokoh inti kelompok itu. Shu Yi yakin betul. Saat ini yang terpenting adalah menundukkan Luo Xiaojuan sampai bersuara!
Zhen Nanfang dan timnya tidak pergi. Mereka masih berjaga di luar rumah tua keluarga Su.
Ini perintah Shu Yi: Jangan biarkan Luo Xiaojuan kabur!
Shao Jinwu bertanya dengan suara malu-malu: "Saudara Xiao Zhen, bisakah kau jelaskan sebenarnya apa yang terjadi?" Zhen Nanfang meliriknya: "Ini bukan wilayahmu. Urus saja dirimu sendiri."
Shao Jinwu menghela napas panjang: "Sebenarnya semua yang kuketahui sudah kukatakan, sungguh!" Zhen Nanfang menyeringai: "Apa kau ingin kubebaskanmu sekarang? Baiklah, selama kau tidak takut mereka memburumu, silakan pergi sekarang juga!"
Mendengar perkataan Zhen Nanfang, Shao Jinwu mana berani pergi. Ia terpaksa dengan jujur tinggal di dalam mobil.
Tiba-tiba, Luo Xiaojuan muncul dari dalam rumah tua itu.
Pasukan He Jinkun baru bisa tiba minimal dua puluh menit lagi. Zhen Nanfang dan kedua rekannya buru-buru turun dari mobil.
Shao Jinwu bersembunyi di dalam mobil, tak berani bergerak sembarangan.
"Luo Xiaojuan!" Zhen Nanfang menghadang jalan Luo Xiaojuan: "Mohon ikut kami ke kantor!"
Luo Xiaojuan diam seribu bahasa. Tatapannya tertancap pada Zhen Nanfang, memancarkan murka. Perlahan matanya mulai berubah hijau menyala, rambutnya memerah, kulit tubuhnya menghitam dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang!
Zhen Nanfang pertama kali sadar: "Cepat, serang! Jangan biarkan dia bermutasi!" Wu Song segera bergerak mencengkeram pergelangan tangannya. Namun rekannya yang lain masih terpaku, semua ini terlalu misterius. Belum pernah ia melihat kejadian seperti ini - apa ini hantu? Sejujurnya Wu Song juga ketakutan, tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu.
Zhen Nanfang mulai menyerang. Dengan sisa tenaga ia berhasil mencengkeram tangan Luo Xiaojuan yang lain. Tapi siapa sangka kekuatan Luo Xiaojuan sekarang sudah di luar kendali. Dengan gerakan menyentak liar, Wu Song dan Zhen Nanfang terlempar beberapa meter.
“Kau melamun apa!” Wu Song kesal berteriak pada rekannya sambil mengeluarkan pistol. Zhen Nanfang berkata: "Tangkap hidup-hidup!"
Jangan sampai dia mati, kalau tidak dengan apa kita bisa membongkar Shen Hui? Hanya dengan kesaksian Shao Jinwu sama sekali tidak punya kekuatan membuktikan.
Di lubuk hati Wu Song terasa getir. Ini bukan lagi Mami yang tersenyum manis di Kowloon City, melainkan monster. Dengan tenaga sekuat ini, tiga orang di pihaknya bahkan jika mengerahkan seluruh tenaga qi dari gigi geraham pun bukanlah lawannya.
Zhen Nanfang tetap tenang: "Kita hanya perlu menahan dia. Sebentar lagi Lao Shu akan datang membawa pasukan. Lagipula kurasa mutasinya juga ada batasan waktu!"
Tak lama berselang, Luo Xiaojuan melompat ke hadapan Zhen Nanfang, tangan langsung mencengkeram lehernya.
Wu Song menyepak tubuhnya tapi tak berpengaruh. Wu Song panik, menyepak untuk kedua kalinya. Tapi sasarannya bukan Luo Xiaojuan, melainkan Zhen Nanfang. Ia baru sadar Zhen Nanfang membeku ketakutan. Wajah Luo Xiaojuan saat ini persis seperti rakshasa dalam legenda. Sebenarnya Zhen Nanfang bukan takut, tapi sedang merenungkan apakah rakshasa yang dilihat biksu itu hari itu adalah wanita ini.
Tapi sekarang bukan saatnya kehilangan fokus. Sedikit saja lengah akan mematikan!
Zhen Nanyang terpelanting oleh tendangan Wu Song, jatuh ke tanah.
Sasaran Luo Xiaojuan tiba-tiba menghilang. Ia menjerit keras lalu beralih menyerang Wu Song.
“Wu Song, rekan-rekan sudah tersadar!” Ia langsung menyambar Luo Xiaojuan, merangkul erat wanita itu dari belakang.
Wu Song segera mengeluarkan borgol, hendak memborgolnya.
Tak disangka Luo Xiaojuan mengerahkan tenaga, melepaskan diri dari ikatan pria itu. Dengan dorongan punggung yang kuat, tubuh pria itu terlempar.
Wu Song kembali menjadi target serangan Luo Xiaojuan. Sang ahli geram bukan main, meski kemampuan bertarungnya tak diragukan, tapi bahkan tak layak duel terbuka. Kecepatan kalah, kekuatan pun bukan tandingan. Hampir saja ia mengeluarkan pistol menembak Luo Xiaojuan sekalian, biar beres.
Tepat saat Zhen Nanfang berseru: "Atasan meminta tawanan hidup!" Rupanya wanita ini sangat krusial. Dada Wu Song dihantam dua pukulan Luo Xiaojuan hingga air matanya meleleh.
"Benar, pertahankan posisi! Selama kita bisa mengulur waktu, pasti bisa menangkapnya!" Seru Zhen Nanfang sambil melesat ke arah Luo Xiaojuan. Berbekal ilmu bela diri dari biksu dan latihan rutin bersama Xiao Hui, stamina pemuda ini cukup tangguh.
"Kalian cari mati? Baik, kubuatkan kuburan!" Suara Luo Xiaojuan menggigit tulang seperti es abadi sembilan hari, bergema bak teriakan dari neraka.
Jika bukan karena melihat langsung Luo Xiaojuan bermutasi dari orang waras, bahkan Zhen Nanfang akan meragukan apakah dia benar-benar Xue Luosha!
Wu Song dan pemuda itu merasa jantung mereka tenggelam. Di siang bolong mereka benar-benar melihat hantu. Zhen Nanfang melihat keduanya menatap tajam ke mata Luo Xiaojuan yang diam membeku di tempat, hatinya tersentak: "Jangan lihat matanya!" Meski mereka tahu apakah mata Luo Xiaojuan saat ini punya efek mengelabui, dari ekspresi Wu Song dan rekannya terlihat ada keanehan.
Wu Song masih bisa cepat mengalihkan pandangan, tapi rekan kerjanya tetap tak bergerak.
Wu Song mengulurkan tangan untuk mendorongnya, tapi tiba-tiba tubuhnya membeku lagi. Bocah itu kini memegang pistol yang moncongnya mengarah ke Wu Song.
Zhen Nanfang mengumpat keras: "Goblok!" Awalnya dia hendak menyambar Luo Xiaojuan, tapi tiba-tiba berbelok arah, seluruh tubuhnya menghantam si bocah. Mengait pergelangan, membalikkan tekanan, melucuti senjata - selesai dalam sekali tarikan napas. Bahkan dia sendiri kagum, gerakan ini hampir tak pernah sukses saat latihan, kini bisa diselesaikan sempurna!
Wu Song baru lega, tapi saat itu juga Luo Xiaojuan sudah berada di belakang Zhen Nanfang. Telapak tangan menghantam bahunya, berubah menjadi cakar yang mencengkeram kuat. Dengan putaran bahu, Zhen Nanfang yang semula membelakangi kini berhadapan langsung. Lima jari tangan kanannya yang runjang siap mencakar dada Zhen Nanfang.
Wu Song kaget, mau membantu Zhen Nanfang, tak disangka bocah yang sudah dilucuti pistolnya itu seperti orang gila merangkul Wu Song, membuka mulut hendak menggigit lehernya.
"Aaa!" Wu Song menjerit kesakitan.
Di sisi Zhen Nanfang, ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Luo Xiaojuan, tapi mana mungkin? Hatinya getir, jangan-jangan kali ini harus gugur? Tidak mungkin segitu KEMUNDURAN-nya? Saat cengkeraman Luo Xiaojuan hampir menusuk jantungnya, sorot dingin melintas, disusul pisau pendek yang menghantam lengan Luo Xiaojuan, sayangnya kekuatan pukulan ini patut dipertanyakan, tusukannya terlalu dangkal.
Berkat berhenti sejenak inilah nyawa Zhen Nanfang terselamatkan. Luo Xiaojuan jelas tidak menyangka masih ada orang yang muncul melukainya, refleks ia melepaskan Zhen Nanfang dan menatap ke arah orang yang menebasnya.
Zhen Nanfang juga mengenali orang itu, ternyata Shao Jinwu yang selama ini bersembunyi di mobil. Setelah tebasan itu, seluruh tubuhnya membeku di tempat, wajahnya penuh kecemasan, ketakutan, dan ucapan yang tidak karuan: "Aku membunuh orang, aku... aku tidak sengaja!"
Luo Xiaojuan menjerit histeris, kedua tangan langsung mencengkeram Shao Jinwu!
Zhen Nanfang menariknya dengan kasar: "Diam saja apa, tak takut mati?!"
Di sisi Wu Song, akhirnya berhasil mengatasi bocah itu. Ia berkata: "Xiao Zhen, ini tidak bisa, kita sama sekali tidak bisa bertahan lama, baru dua menit sudah hampir gagal total!"
Zhen Nanfang terengah-engah: "Kita harus bertahan! Lao Shu lokasinya dekat dari sini, beberapa menit lagi pasti tiba! Sekalipun mati kita harus membelenggunya. Aku duluan, kalau aku terbakar, giliranmu! Apapun yang terjadi harus ditahan sampai Lao Shu datang!" Kali ini Zhen Nanfang benar-benar nekat. Ia tahu persis, jika tidak menangkap gerombolan ini, semakin banyak manusia mutan seperti ini akan membahayakan Tiongkok bahkan seluruh dunia!
Selama bergabung di Divisi 9, ini pertama kalinya muncul tekad untuk berkorban dalam hatinya.
Semangat Zhen Nanfang menular ke Wu Song. Awalnya masih ada rasa kesal harus mengikuti perintah "anak kemarin sore" belum genap 20 tahun. Melihat Zhen Nanfang mengabaikan nyawanya sendiri di tengah bahaya, hatinya tersentuh: "Xiao Zhen, sebagai personel lapangan ini tugas wajibku. Biar aku duluan!"
Tanpa menunggu respons, Wu Song langsung melesat mendekati Luo Xiaojuan sekali lagi.
Shao Jinwu di samping melotot. Adegan yang biasanya cuma ada di film itu kini terhampar di depannya. Darah pejuang dalam dirinya pun menyala: "Ada aku juga!" Zhen Nanfang menoleh: "Ikut campur apa?! Jaga diri baik-baik! Kalau kami semua terbakar, kau harus cari cara kabur dan laporkan semua ke Lao Shu! Shu Yi dan Inspektur He akan bantu kau menemukannya!"
Kali ini Wu Song mengerahkan segala kemampuannya. Ia tidak berani berhadapan langsung dengan Luo Xiaojuan, lebih memilih taktik pengelakan. Meski terkesan menghindar, cara ini bisa mengulur waktu. Tapi ini pekerjaan fisik yang melelahkan, hanya dalam dua menit stamina-nya sudah mulai menipis, gerakannya melambat.
Zhen Nanfang berseru: "Minggirlah, biar aku yang menghadapi!" Rupanya dia ingin memakai strategi pertarungan beruntun.
