Xiao Hui sudah ditarik kembali. Dari kondisi saat ini, pengawasan terhadap Su Lan bisa dihentikan sementara. Xiao Hui juga mengatakan Su Bai tampak sangat memperhatikan adik perempuannya ini, mungkin karena pengaruh Su Qing. Saudara kandungnya sudah terjebak dalam masalah, hanya tersisa Su Lan di sisinya.
Sekalipun dia sudah tahu urusan Su Lan, setidaknya mereka tetap saudara satu ibu.
Dibandingkan Su Qing yang menghalalkan segala cara, Su Bai masih punya rasa kemanusiaan. Tidak diketahui bagaimana pandangan Su Lan terhadap Su Qing - keluarga atau setan!
Xiao Hui bangun dan melihat Shu Yi dengan Zhen Nanfang duduk sunyi di ruang tamu. Penasaran dia bertanya: "Kalian melamun apa sih?" Zhen Nanfang tersenyum: "Melamun sebentar setiap hari bagus untuk otak."
Xiao Hui berkata pada Shu Yi: "Kakak Shu, kalau nanti tidak ada urusan, aku mau keluar jalan-jalan. Belakangan ini terus-terusan mengurung diri di Keluarga Su bikin sesak napas." Shu Yi tersenyum tipis: "Biarkan Nanfang menemanimu pergi."
Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Xiangjiang.
KTT Ekologi masih berlanjut. Presentasi delegasi Che Rui pagi ini sangat sukses, dengan konten yang berfokus pada penelitian mutasi organisme. Namun pandangan mereka kurang jelas, lebih condong ke penelitian teoretis, bahkan belum mencapai tahap awal.
Tapi dari presentasi mereka terlihat tim ini telah berusaha keras dalam penelitian di bidang ini, juga mengungkap perhatian pihak berwenang Singapura terhadap proyek ini.
Ini adalah strategi Che Rui mengikuti metode Shu Yi: "Melempar Batu Menanyakan Jalan".
Mereka menduga orang itu akan memanfaatkan KTT ini mencari pembeli tepat, membuat lawan merasa mereka adalah klien potensial.
"Bukankah kalian sedang meneliti? Tapi penelitian kalian masih primitif. Asal mau mengeluarkan uang, kalian bisa dapat teknologi utuh dan matang." Menurut Shu Yi, setelah mendengar presentasi Che Rui, lawan seharusnya berpikir begitu. Tapi mereka akan mencoba kontak hati-hati, dan pasti menyelidiki latar belakang delegasi dari Singapura ini dulu.
Shu Yi tidak meragukan kemampuan mereka dalam mengintip latar belakang.
"Umpan sudah dilempar, sekarang tinggal menunggu ikan yang akan terjerat. Tapi takkan secepat itu, menurut perkiraan Che Rui, jika orang itu benar-benar ingin menghubungi kita, seharusnya baru akan terjadi nanti malam."
Sore hari ada acara kunjungan wisata yang tidak menarik minat Che Rui, sehingga ia tetap tinggal di hotel. Awalnya dia mau mencari Shu Yi untuk minum teh, tapi setelah dipikir lebih baik berhati-hati, akhirnya memilih menginap di hotel.
Yang mengejutkan, lewat jam tiga sore telepon Zhao Shuang sudah masuk: "Direktur Che, ikan sudah menyambar umpannya!" Suara Zhao Shuang terdengar bersemangat, dia sendiri juga tak menyangka reaksi lawan bisa secepat ini.
Che Rui sedang membaca majalah, membalik halamannya: "Oh? Ceritakan!" tanyanya dengan tenang.
"Ada pria yang menelepon saya, mungkin dapat nomor saya dari buku daftar hadir delegasi. Katanya dia punya beberapa barang yang pasti menarik minat kita, tapi tidak menyebutkan detail. Dia mengajak saya jam lima sore ke Klub Tongxin di Gunung Dayu untuk berdiskui lebih lanjut."
Che Rui meletakkan majalah, memicingkan matanya: "Apa kau sudah dalam perjalanan sekarang?" Jam sudah lewat tiga sore. Zhao Shuang seharusnya mengikuti acara kunjungan. Dari lokasi mereka ke Gunung Dayu minimal butuh dua jam perjalanan mobil, jadi disimpulkannya Zhao Shuang pasti sedang menuju kesana.
Zhao Shuang menjawab: "Hm, saya sudah menyewa taksi ke sana. Benar-benar bajingan ini, mengatur waktu tanpa mempertimbangkan kesulitan saya. Katanya dia hanya akan menunggu sampai jam setengah enam. Untung jalanan tidak macet, kalau tidak belum tentu bisa sampai tepat waktu."
Che Rui mengerutkan alis. Jika orang itu benar-benar punya ketulusan, setidaknya dalam pengaturan waktu tidak akan terburu-buru seperti ini. Ada perasaan tak tenang yang menggelayuti hatinya.
"Zhao Shuang, segera kembali!" suara Che Rui berat.
Zhao Shuang tertegun sejenak: "Direktur Che, apa maksudnya?" Che Rui berkata tenang: "Jangan pergi menghadiri janji temu, cepat kembali!" Zhao Shuang tidak bertanya lagi mengapa, hanya menyuruh taksi putar balik ke hotel.
Perintah Che Rui adalah mutlak. Meski hati Zhao Shuang masih bingung, dia takkan mempertanyakan.
Saat mendorong pintu masuk, Zhao Shuang baru bertanya: "Direktur Che, sebenarnya apa yang terjadi? Akhirnya ada ikan yang menyambar umpan, mengapa kau malah berubah sikap?" Direktur Che menyeringai: "Tidakkah kau sadar kamulah ikan itu?" Zhao Shuang tersenyum canggung, tetap belum mengerti maksud Che Rui.
Che Rui menghela napas: "Lao Zhao, pikirkan - bukankah waktu janji temu yang mereka tentukan terlalu mendadak? Jika benar berniat bertemu, kenapa tidak menjadwalkan longgar? Lokasi pertemuan juga bermasalah." Zhao Shuang kini tenang, setelah dipikir-pikir memang seperti kata Che Rui.
"Artinya mereka bukan orang yang ingin kita temui?" Zhao Shuang tak sungkan mengambil rokok di meja teh dan menyalakannya.
Che Rui menggeleng: "Masih belum pasti. Mungkin iya, mungkin tidak." Zhao Shuang kembali bingung, tapi dia tahu pola pikir Direktur Che terlalu melompat-lompat, mustahil diikuti. Tak ditanyakan lagi kebenarannya, toh Che Rui pasti akan memberi penjelasan.
"Pertama yang kupikirkan adalah apakah kita sudah menunjukkan celah. Jika kita memang menunjukkan celah, kemungkinan besar orang itu adalah pihak yang ingin kita temui. Hanya saja mereka berada di tempat gelap sementara kita di tempat terang. Ia menjemputmu sebenarnya untuk tahap pengintaian, meskipun tidak menutup kemungkinan mereka akan menahanmu dan berusaha mengorek informasi dari mulutmu. Ada kemungkinan lain seperti yang kaukatakan, bahwa mereka bukan target yang kita cari melainkan pihak lain dengan tujuan yang belum kita ketahui."
Setelah Che Rui selesai berbicara, Zhao Shuang masih merasa menyesal. Menurutnya meski begitu dirinya harus menggiring bola ini, sekadar mengetahui latar belakang orang itu pun sudah merupakan hal positif.
Melihat ekspresi Zhao Shuang, Che Rui tersenyum: "Bukankah bagaimanapun bisa menyelidiki identitas mereka adalah hal yang menguntungkan?" Zhao Shuang tidak menyangkal.
Che Rui melanjutkan: "Jika mereka benar-benar orang yang ingin kita temui, berani menjemputmu berarti sudah melakukan persiapan matang. Sebaliknya, mereka sama sekali tidak memberi kita waktu persiapan. Dari waktu yang mereka tentukan saja sudah terlihat - ini transaksi antara dua tim asing yang saling curiga. Jika kita datang buru-buru tanpa siaga penuh, bahkan tanpa krisis sekalipun, justru akan menguatkan kecurigaan mereka terhadap kita."
"Begini, meski kau pergi dan mereka tidak melakukan apa-apa padamu, mereka tak akan lagi menghubungi kita secara proaktif. Aksi kita pun dinyatakan gagal. Berlarut-larut lama, baru mulai sudah turun panggung. Jika mereka bukan target kita, apapun motif mereka mengundang, bagi kita tak ada artinya. Meski mereka juga penjahat, lalu kenapa? Urusan di luar kasus ini tak perlu kita campuri."
Zhao Shuang mengangguk. Ia sangat mengagumi Che Rui. Pemuda beberapa tahun lebih muda ini jauh lebih cerdas darinya.
"Lalu Direktur Che, apa yang harus kita lakukan? Aku sudah janji pada mereka untuk datang. Jangan-jangan kita kehilangan kontak dengan target..." Zhao Shuang terpotong oleh senyuman Che Rui: "Tidak perlu khawatir. Jika benar mereka, pasti akan menelepon lagi. Setelah beberapa kali pengujian dan yakin kita tak membahayakan, barulah mereka memutuskan kontak. Ketidakhadiranmu justru sesuai harapan mereka."
Che Rui menuangkan teh untuknya: "Lao Zhao, coba pertukaran posisi. Jika kau lawan kita, apakah pola pikirmu sama?" Zhao Shuang merenung lalu mengiyakan. Dengan tenang Che Rui melanjutkan: "Inilah empati. Ini transaksi gelap. Baik pembeli maupun penjual pasti ekstra hati-hati. Mereka boleh ceroboh dalam undangan, tapi kita tak boleh gegabah memenuhinya."
Shu Yi menerima telepon dari Che Rui. Terhadap penyelesaian Che Rui, ia juga sangat setuju. Seandainya berada di posisinya, ia pun tidak akan membiarkan Zhao Shuang pergi ke pertemuan yang diundang. Bagi Zhao Shuang yang pergi memenuhi janji, hanya ada dua hasil akhir: Pertama, Zhao Shuang akan binasa dengan risiko lebih banyak bahaya. Kedua, orang itu sama sekali tidak akan terlihat. Apapun hasilnya, selain menandai kegagalan misi, juga akan semakin meningkatkan kewaspadaan lawan.
"Direktur Che, di sini ada dua wajah baru. Akan kususupkan mereka ke dalam petugas pengamanan pertemuan puncak. Untuk urusan-urusan yang tidak memungkinkan kalian terlibat langsung, bisa berkoordinasi dengan mereka." Shu Yi menjelaskan kondisi saudara-saudara Mo kepada Che Rui. Ketika mengetahui mereka ternyata adalah murid andalan Chen Ke, Che Rui menunjukkan semangat. Dengan bantuan seperti ini, banyak hal akan lebih mudah dilaksanakan.
Dengan bantuan Kepolisian Xiangjiang, Mo Xiao dan Mo Ku berhasil menyusup ke Departemen Pengamanan pertemuan puncak dengan mudah. Mo Xiao bahkan ditunjuk sebagai Wakil Komandan. Pengamanan pertemuan puncak dipimpin oleh kepolisian dengan memusatkan personel pilihan dari beberapa perusahaan keamanan besar. Meski komposisi personel agak rumit, hal ini justru memudahkan Mo Xiao dan Mo Ku untuk mengamankan identitas asli mereka.
Saat makan malam, Zhao Shuang kembali menerima telepon dari lelaki itu. Dengan agresif lelaki itu menanyakan mengapa Zhao Shuang membatalkan janji. Zhao Shuang yang sudah menyiapkan alasan sejak awal, berhasil mengalihkan pembicaraan. Setelah beberapa kalimat, lelaki itu pun tidak lagi membahas masalah tersebut.
"Begini saja, jam sepuluh malam ini, kita bertemu di Taman Hiburan Laut Xiangjiang Besar!" Lelaki itu mengajukan kembali permintaan pertemuan. Zhao Shuang terdiam sejenak sebelum perlahan berkata: "Aku masih berharap bisa bertemu di darat. Perasaan tidak menginjak tanah yang kokoh membuat hatiku tidak punya gambaran!" Respons Zhao Shuang membuat lelaki itu mengira dirinya seorang yang pengecut dan hati-hati, sehingga tampak lebih tenang: "Baiklah, di Phoenix Bar, tidak jauh dari Pusat Pameran."
Zhao Shuang tersenyum kecut: "Tidak bisakah kau pilih tempat dengan lingkungan yang lebih tenang?"
Lelaki itu semakin yakin dengan penilaiannya: "Di sebelah Phoenix Bar ada klub bowling dengan ruang istirahat VIP, kurasa itu memenuhi kriteria mu." Zhao Shuang mengangguk: "Nanti akan ada seseorang yang ikut bersamaku." Lelaki itu bertanya: "Siapa?" Zhao Shuang menjawab: "Bosku. Urusan ini harus dia yang memutuskan. Aku cuma pekerja bayaran, bisa dibilang kaki tangan belaka!"
Tampaknya lelaki itu sudah mengetahui situasi ini: "Baik, tidak masalah. Aku harap kita semua bisa menunjukkan ketulusan yang semestinya."
