Hati Che Rui terasa seperti jatuh ke lembah kekalahan. Ternyata pria bermarga Li benar-benar mengenal An Bo.
Otak Che Rui saat ini sedang bekerja keras, meski wajahnya tetap bermuka masam. Ia menatap pria bermarga Li sementara sudut bibirnya masih menyiratkan sikap meremehkan.
Che Rui tidak membantah, juga tidak melakukan gerakan apapun.
Senyuman sinis yang penuh makna itu menggantung di udara.
Sebenarnya dia memang tidak punya pilihan lain. Urusan ini datang terlalu tiba-tiba tanpa persiapan sama sekali.
Di kepalanya berkelebat dua kemungkinan: Pertama, jika pria bermarga Li ini benar-benar dari Singapura, maka identitas palsunya sudah terbongkar. Meski mereka tidak mengetahui jati diri aslinya, misi ini tetap bisa dianggap gagal.
"Kemungkinan kedua, pria bermarga Li ini sengaja mereka atur. Ia sama sekali bukan dari Singapura, hanya sekadar aktor dadakan. Tujuannya adalah menguji aku dengan cara paling sederhana - mengakali. Asal aku menunjukkan sedikit kepanikan, orang itu langsung bisa membongkar identitas palsuku. Jadi aku harus tetap kalem, tapi tetap harus memberi reaksi wajar. Sikap dingin penuh penghinaan disertai senyuman sinis adalah yang paling pas."
Hanya saja saat ini Che Rui sama sekali belum bisa mengambil keputusan akurat.
"Tuan An, bagaimana menurut Anda?" Tatapan pria paruh baya itu tajam bagai pisau.
Che Rui tersenyum: "Tuan Tang, aku tidak kenal siapa dia. Di pusat penelitian nasional punya banyak kenalan, tapi tak pernah dengar ada wakil direktur bermarga Li." Tang Li menatap Che Rui seolah ingin menembus pikiran lelaki itu.
Ini tidak wajar. Secara logika, setelah pernyataanku tadi, Tang Li seharusnya minimal melirik si pria bermarga Li. Meski tahu itu asli, refleks manusiawi pasti akan melakukannya. Gerakan spontan tanpa berpikir.
Jangan-jangan pria bermarga Li ini memang diaturnya? Hanya dengan begitu dia sama sekali tidak terkejut.
Che Rui sudah punya gambaran, meski belum yakin betul. Ia menatap pria bermarga Li: "Kalau begitu ku tanya, siapa nama direktur kalian? Berapa usianya?" Pria bermarga Li tertegun sejenak, malah menoleh ke Tang Li. Wajah Tang Li berubah pucat. Baru saat itu Che Rui benar-benar lega.
"Dia berhasil mengambil risiko dengan tepat! Andai saja dia tidak paham betul situasi, terampil membaca ekspresi orang, dan tetap tenang menghadapi perubahan, drama ini pasti gagal total. Segala usaha selama berhari-hari akan hancur seketika."
Ia menyeringai dingin, menatap Tang Li: "Tuan Tang, begini caranya tidak ada artinya. Setelah beberapa kali tahap pengintaian, seharusnya cukup. Kalau kita terus saling curiga begini, lebih baik transaksi ini dibatalkan saja. Lagipula sampai saat ini aku belum melihat bukti konkret dari kalian. Masih belum jelas apakah benar ada barang yang kumaksud. Maaf, aku tidak mau terlibat lagi. Berpamitan! Besok kami langsung pulang ke Singapura!"
Che Rui berdiri hendak menuju pintu.
"Tunggu sebentar, Tuan An!" Tang Li memanggilnya. Che Rui berhenti. Tang Li berdiri: "Masalah ini sangat krusial. Tang Li harus ekstra hati-hati. Jujur saja, ini risiko sangat besar. Kalau sampai pihak berwenang tahu, ini bisa dianggap kejahatan berat!"
Che Rui mengerutkan alis: "Seberapa parah? Teknologi ilmiah kok bisa sampai dianggap kejahatan?" Tang Li tersenyum kecut: "Tadi Tuan An bilang kami belum menunjukkan bukti yang meyakinkan. Begini, ada video di sini bisa Tuan lihat."
Ia menoleh ke lelaki bermarga Li: "Kamu keluar dulu!" Lelaki itu dengan wajah kesal melirik Che Rui sebelum meninggalkan ruangan. Tang Li memberi isyarat pada pemuda di sampingnya untuk memutar video. Seolah lupa, ia tidak memperkenalkan dua wanita yang masih tersisa kepada Che Rui.
Video memperlihatkan sebuah tempat tertutup seperti laboratorium eksperimen, dua lelaki berusia awal dua puluhan muncul dalam frame. Bukankah mereka dua pemuda yang berada di samping Tang Li ini? Che Rui merasa ngeri, mungkinkah kedua orang ini adalah manusia mutan? Jika iya, maka sesuai penjelasan Shu Yi, mereka seharusnya seperti keberadaan A Si. Meski "Delapan Vajra" yang disebut-sebut A Si dan kawanannya terlihat seperti manusia normal, wajah mereka pucat tanpa setetes darah. Sementara kedua orang ini justru bermuka merah merona, terlihat lebih sehat daripada banyak orang dalam kondisi sub-health!
Dalam rekaman terlihat, kedua pemuda itu ragu-ragu menelan sebotol cairan obat berwarna biru muda. Penampilan mereka awalnya biasa-biasa saja, tidak segagah sekarang. Namun setelah menelan obat, perubahan mulai terlihat jelas pada tubuh mereka. Frame berikutnya menunjukkan latihan duel fisik melawan belasan orang. Luar biasa, mereka berhasil mengalahkan semua lawannya dalam sekejap.
"Atas nama integritas pribadi, saya jamin keaslian video ini tanpa rekayasa. Mereka berdiri di belakang saya saat ini. Jika Anda mengira kemampuan ini merupakan skill bawaan, kami siap memberikan sampel obat untuk satu orang. Tapi Anda harus membayar uang muka. Tim kami akan memantau seluruh proses eksperimen. Begitu hasil yang dijanjikan tercapai, wajib hukumnya bagi Anda untuk melakukan pelunasan akhir sekaligus. Kami tidak takut ditipu, karena begitu uji coba dilakukan, Anda akan menyadari kekuatan kami jauh lebih mengerikan dari bayangan Anda."
Senyuman masih tersungging di wajah Tang Li, namun nada bicaranya mengandung dingin yang tak wajar.
Wanita Indonesia itu berkata dengan bahasa Mandarin kaku: "Tuan Tang, saya bukan meragukan ucapan Anda, teknis ini kami mau!" Setelah berkata demikian, wanita Indonesia itu melirik Che Rui dan wanita kulit hitam.
Che Rui diam, namun wanita kulit hitam membuka mulut: "Mengapa harus diberikan padamu? Teknis ini pasti akan kuambil!" Setelah berkata demikian, ia berdiri dan melototi wanita Indonesia itu seolah siap berkelai jika terjadi perselisihan.
Tang Li cepat menjelaskan: "Kalian berdua, tenanglah, tenanglah!"
Baru kemudian kedua wanita itu duduk kembali. Che Rui yang duduk di antara mereka sama sekali tidak bereaksi, menunjukkan penyesalan karena tidak bisa menyaksikan keramaian.
Tang Li tersenyum: "Kalian bisa memutuskan untuk membeli teknologi ini hanya berdasarkan sebuah video, ini menunjukkan kepercayaan pada saya. Terima kasih! Tapi, sampai saat ini kita belum membahas masalah harga. Saya khawatir nanti kalian kehilangan minat setelah mendengar harga yang saya tawarkan."
Wanita kulit hitam berkata: "Katakan, berapa harganya?"
Tang Li menjawab: "800 juta dolar AS!"
Begitu harga disebutkan, kedua wanita itu terdiam. Che Rui berkomentar tenang: "Tuan Tang, ini benar-benar harga selangit!" Tang Li tersenyum: "Harga ini tidak tinggi sama sekali. 800 juta dolar AS setara dengan 5-6 miliar yuan Tiongkok. Kalian mungkin tidak tahu, biaya riset dan eksperimen kami saja sudah mendekati 300 juta dolar AS. Keuntungan kami sebenarnya sangat kecil."
Wanita kulit hitam berkata: "Delapan ratus juta dolar AS bukan jumlah kecil, bisakah dikurangi menjadi enam ratus juta? Enam ratus juta saya bisa putuskan sendiri, kalau lebih harus konsultasi dulu." Tang Li menatap wanita Indonesia itu, si wanita Indonesia sepertinya sedang menghitung sesuatu. Dia lalu melihat ke Che Rui, Che Rui berkata: "Tuan Tang, delapan ratus juta memang bukan jumlah kecil, dan apakah Tuan Tang benar-benar merasa teknologi ini layak dengan harga segitu?"
Tang Li mendengus dingin, lalu duduk sambil meraih tangan ke belakang. Seorang pemuda menyerahkan sebatang cerutu padanya, lalu menyalakannya.
"Tuan An, jangan kira saya tidak tahu. Sebenarnya satu-satunya target penjualan teknologi ini bagi kalian hanyalah pihak berwenang. Bayangkan, jika ada negara yang bisa menerapkan teknologi ini secara luas, maka mereka akan menjadi penguasa dunia masa depan! Setiap prajurit akan sekuat ahli super, konsep seperti apa itu? Delapan miliar dolar? Bahkan delapan puluh miliar pun pasti mereka akan berbondong-bondong membelinya!"
Che Rui tertawa terbahak-bahak. Tang Li melototinya: "Apa perkataanku sangat lucu?"
Che Rui berkata dengan tenang: "Sekilas perkataan Tuan Tang memang terdengar menggoda, tapi ada satu hal yang tidak saya mengerti. Jika teknologi ini benar-benar bernilai segitu, mengapa Tuan malah memberi kami diskon? Kenapa tidak langsung mendatangi berbagai pemerintah negara dan meraup keuntungan besar sendiri?"
Tang Li tertegun sejenak. Pertanyaan Che Rui ini benar-benar membuatnya terdiam.
Sebenarnya di lubuk hatinya sudah ada jawaban, tapi jawaban itu tak bisa diungkapkan kepada siapapun.
Che Rui menjawab: "Jika tebakanku benar, Tuan Tang, pasti ada efek samping dari teknis yang kau kembangkan ini. Artinya teknologi ini tidak sempurna, dan kekurangan ini belum bisa kalian atasi untuk sementara waktu."
"Atau mungkin, teknologi ini tidak begitu laku di pasaran karena dibatasi berbagai hal. Batasan terbesarnya adalah standar moral tradisional. Ambil contoh negara-negara demokratis, ini jelas melanggar semangat humanisme."
Tang Li tidak marah, malah tersenyum: "Tak kusangka, Bapak An ternyata orang yang ngerti! Kau tidak seperti akademisi, lebih mirip pengusaha."
"Kau benar. Justru karena mempertimbangkan berbagai aspek ini, kami membiarkan kalian dapatkan keuntungan ini. Kalau tidak, apa lagi yang kalian pikirkan?"
Che Rui baru mengangguk: "Begitu penjelasannya, aku jadi mengerti. Ini memang ada risikonya, tapi ucapan Tuan Tang tidak salah. Pasar pasti ada, hanya saja delapan milyar yang dihantamkan memang membutuhkan nyali. Begini saja, Tuan Tang, bisakah kami meminta waktu untuk berpikir dulu?"
Ia melirik kedua wanita itu, yang juga segera menyetujui.
Tang Li berpikir sejenak: "Memang benar. Delapan milyar jelas bukan jumlah kecil, dan kalian mungkin tidak punya kewenangan penuh. Baiklah, kuberi waktu dua hari. Besok setelah naik ke darat, harap segera berdiskusi dengan keluarga. Kapal ini sudah dipasang blokade radio. Karena kalian sudah di atas kapal, malam ini silakan bersenang-senang."
"Antarkan tamu!" kata Tang Li dengan tenang: "Dua hari lagi, akan kukirim utusan untuk menghubungi kalian."
Keluar dari ruang VIP, Che Rui langsung mencari Zhao Shuang. Keduanya berada di dek kapal. Che Rui menjelaskan kondisi secara garis besar. Setelah mendengar penjelasan itu, Zhao Shuang bertanya: "Direktur Che, menurut Anda apa yang harus kita lakukan?" Che Rui menghela napas: "Sebaiknya kita tunggu dua hari lagi. Meski Tim Aksi Satu ada di sini, kita sama sekali tidak tahu seberapa kuat kemampuan tim lawan. Jika mereka punya lima atau enam mutan seperti ini, jumlah personel kita yang sedikit ini ibarat menggunakan telur untuk menghantam batu."
"Hm, aku juga berpikir demikian. Tapi membiarkan mereka begitu saja terlalu mudah. Begini saja, aku akan menyuruh mereka menyebarkan informasi ini dan mendengar pendapat Pak Shu. Mungkin mereka bisa memberikan bantuan. Kita tangkap dulu Tang Li ini!" Zhao Shuang berbisik.
Che Rui berpikir sejenak: "Ini tidak tepat. Tunggu dua hari lagi. Setelah Shu Yi mendarat, baru aku hubungi dia lewat telepon."
