Wajah Ma Fei mulai pucat. Di bawah serangan ganas Zhong Nanshan, akhirnya dia mengaku jujur.
Cheng Yong yang sengaja menyuruhnya bicara begitu. Awalnya dia juga bingung - menghadapi kasus kayak gini, siapa sih yang nggak pengen cuci tangan? Kok malah Cheng Yong nekat ikut campur?
Mau jadi tersangka sukarela?
Ma Fei bahkan sempat mengira otak Cheng Yong kemasukan air, tapi kemudian Cheng Yong memberitahunya bahwa jika ia mau membantu urusan ini, Cheng Yong akan membantunya menyelesaikan masalah KTP.
Ini benar-benar mengenai titik kelemahan Ma Fei. Segala upayanya selama ini demi harapan suatu hari nanti bisa memiliki tempat di kota ini. Jika Cheng Yong benar-benar bisa mengurus KTP-nya, maka di kemudian hari ia berhak menikmati Rumah Sewa Murah atau Rumah Sewa Pemerintah. Jika ada sedikit keberuntungan, bahkan bisa mendapatkan Rumah Terjangkau. Dengan begitu, ia benar-benar telah menginjakkan kaki di kota ini.
Godaan ini sangat besar. Lagipula, ia hanya perlu berbohong kecil pada polisi yang jelas bukan masalah berarti. Akhirnya ia menyetujui tawaran itu.
"Apakah dia memberitahumu alasan memintamu melakukan ini?" Zhong Nanshan bertanya pada Ma Fei.
Ma Fei menggeleng. Ia memang tidak tahu. Karena Cheng Yong tidak mau bicara, ia pun tak enak memaksa bertanya.
Zhong Nanshan tidak meragukan perkataan Ma Fei. Sebelumnya bersama Qian Biduo, mereka telah menganalisis karakter Ma Fei yang selalu berharap bisa "ikan mas melompati Gerbang Naga". Demi mengakar di Kota Yu, ia pasti menerima syarat Cheng Yong.
Tim Zhen Nanfang dan Shi Lei yang mendatangi Cheng Yong.
Mereka langsung menuju kantornya. Cheng Yong sepertinya sudah tahu maksud kedatangan Zhen Nanfang. Ia mengusulkan untuk berdiskusi di rumah, dan Zhen Nanfang setuju.
Sampai di rumah Cheng Yong, Zhen Nanfang berkata dengan tenang: "Cheng Yong, kau harus tahu mengapa kami datang mencarimu?" Cheng Yong tersenyum kecut: "Aku tahu, aku yang menyuruh Ma Fei melaporkanku ke polisi." Shi Lei bertanya: "Mengapa melakukan ini? Ada urusan apa yang tidak bisa kau sampaikan langsung ke polisi?"
Cheng Yong menghela napas: "Aku punya Alasan Tersembunyi!"
Zhen Nanfang tersenyum: "Kami datang hari ini khusus untuk mendengar Alasan Tersembunyimu!"
Cheng Yong akhirnya mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai Alasan Tersembunyi. Ternyata memang karena dia benar-benar mendengar suara wanita itu. Justru karena mendengar suara wanita itu, dia tidak bisa langsung memberi tahu polisi.
Ternyata wanita itu adalah istrinya sendiri!
Zhen Nanfang berkata tenang: "Sekalipun wanita itu benar istrimu, kau bisa memilih menyembunyikan atau mengungkapkannya secara langsung. Mengapa harus menggunakan Ma Fei untuk berbelit seperti ini?" Cheng Yong memicingkan matanya: "Sebenarnya aku selalu ragu-ragu. Asmara kami selama ini sangat baik, tidak kusangka dia tega mengkhianatiku..."
Cheng Yong menarik napas dalam: "Malam itu aku pulang kantor agak larut. Sebelumnya aku sudah telepon Zhao Ruihe dan tahu dia sendirian di rumah malam ini karena istri dan anaknya ke kampung. Aku juga sedang ada masalah di kantor, jadi terpikir untuk mampir minum dua gelas dengannya, tapi belum sempat kuberitahu."
Zhen Nanfang berkata: "Sebenarnya setelah pulang kerja kamu sama sekali tidak pulang ke rumah, benar? Dan istrimu juga tidak tahu kamu pergi ke rumah Zhao Ruihe?" Cheng Yong mengangguk, dia tidak menyangka Zhen Nanfang bisa menebaknya.
"Aku memberitahunya belakangan, tapi hanya bilang tahu Qian Biduo mencari Zhao Ruihe. Aku tidak mau ikut campur, jadi pergi duduk sebentar di tepi sungai. Dialah yang membujukku, mengatakan bahwa urusanku pernah ke rumah keluarga Zhao mungkin akan ketahuan orang lain cepat atau lambat, lebih baik aku sendiri yang mengaku ke polisi. Hatiku langsung dag-dig-dug, orang lain ingin menghindar saja tidak sempat, kenapa dia malah menyuruhku pergi?"
Shi Lei sambil mencatat, mengangkat matanya memandangnya.
"Aku jelas tidak setuju. Tak disangka dia menggunakan namaku untuk menemui Ma Fei, menyuruh Ma Fei melaporkan hal ini ke polisi. Baru setelah itu dia memberi tahuku. Aku... aku benar-benar tidak tahu apa maunya istriku ini?"
Zhen Nanfang menyeringai dingin: "Artinya sampai detik ini kamu belum pernah menanyainya kenapa harus mencari Zhao Ruihe?"
Cheng Yong menjawab: "Dia sama sekali tidak tahu aku mendengar percakapannya dengan Zhao Ruihe."
Zhen Nanfang tersenyum: "Cheng Yong, sejak kau bisa mengenali suaranya, pasti sedikitnya mendengar isi pembicaraan mereka? Dia terus-menerus mengaitkanmu dengan kasus Zhao Ruihe, sementara kau malah ingin melindunginya? Apa kau juga curiga dia pelakunya? Dia tidak tahu kalau kau tahu kehadirannya di rumah Zhao malam itu, jadi dia membuat alasan takut orang mencurigaimu, lalu mengalihkan kecurigaan. Dia bahkan tidak takut kalau nanti kau benar-benar jadi tersangka pembunuh!"
"A-Aku rasa pasti ada alasan tersembunyi. Dia selalu sangat baik hati, mana mungkin membunuh? Pak Polisi, kalian tidak akan menangkapnya kan? Dia...dia benar-benar tidak mungkin membunuh!"
Zhen Nanfang berdiri: "Kami akan memanggilnya untuk penyelidikan. Tentang penangkapan, tergantung apakah dia pelaku atau ada hubungan dengan kematian Zhao Ruihe. Cheng Yong, sebenarnya dalam hal ini kau juga harus introspeksi. Meski dia istrimu, sebagai pegawai negeri kau harus paham konsekuensi Mengetahui informasi tapi tidak melapor. Sudah, Shi Lei, kita pergi!"
Zhen Nanfang dan rombongan pergi. Cheng Yong ambruk lemas di sofa.
"Xiao Zhen, menurutmu pernyataan Cheng Yong bisa dipercaya?" tanya Shi Lei sambil menghidupkan mobil.
Zhen Nanfang menyalakan rokok: "Ini belum bisa dipastikan. Harus ketemu dulu dengan istrinya."
Istri Cheng Yong bernama Sun Hongmei, penari di grup kesenian kota. Meski sudah mendekati 40 tahun, postur tubuhnya masih ramping dan menarik.
Saat Zhen Nanfang dan rombongan tiba, dia sedang memberikan bimbingan kepada beberapa gadis muda di aula latihan. Ketika mendengar ada polisi yang mencarinya, ekspresinya langsung menunjukkan ketidaknaturalan. Ia melirik Zhen Nanfang dan Shi Lei yang berdiri di samping pintu, lalu berpesan beberapa patah kata kepada para gadis muda sebelum mendekat.
"Bagaimana kalau kita bicara di luar?" Sun Hongmei berbisik.
Zhen Nanfang mengangguk, ketiganya kemudian menuju taman kecil di luar.
"Sun Hongmei, kau pasti tahu mengapa kami datang mencarimu?" Prolog Zhen Nanfang mirip dengan yang diucapkannya pada Cheng Yong.
Sun Hongmei memicingkan matanya: "Ini tentang urusan Lao Cheng, ya?"
Zhen Nanfang tersenyum: "Aku ingin tahu mengapa kau menyuruh Ma Fei berbohong? Sebenarnya kau bisa langsung meminta Cheng Yong untuk memberikan keterangan ke polisi." Sun Hongmei menggigit bibirnya: "Aku sudah menasihatinya, tapi dia sendiri tidak mau. Katanya tidak ingin terseret dalam kasus pembunuhan Zhao Ruihe."
Zhen Nanfang mengeluarkan suara "Hm", Cheng Yong juga mengatakan hal yang sama.
"Tapi rahasia mustahil disembunyikan selamanya. Keberadaannya di sana pasti ada yang melihat. Daripada dibocorkan orang lain, lebih baik mengaku sendiri. Ini juga mencegah desas-desus. Polisi tidak akan main tuduh asal setelah melakukan penyelidikan."
Shi Lei menyeringai: "Demi kebaikannya? Atau jangan-jangan untuk dirimu sendiri?"
Hati Sun Hongmei berdebar, ia menatap Shi Lei: "Apa maksudmu?"
Zhen Nanfang melirik Shi Lei, memberi isyarat agar jangan buru-buru bicara. Baru saat itu Shi Lei menutup mulutnya.
Zhen Nanfang bertanya pelan: "Apakah kau mengenal Zhao Ruihe?"
Sun Hongmei menjawab dia mengenal, dan pernah beberapa kali minum-minum di rumahnya.
Namun dia tidak banyak berurusan dengan mereka. Secara tulus, dia tidak suka kebiasaan Cheng Yong dan kawan-kawan yang hanya tahu berpesta minuman setiap hari. Sudah sering dia menegur Cheng Yong, tapi Cheng Yong tetap tidak mendengarkan.
Zhen Nanfang memicingkan matanya: "Kalau memang tidak ada hubungan pribadi dengan Zhao Ruihe, lalu kenapa malam itu kau mendatangi rumah Zhao Ruihe?" Pertanyaan ini membuat Sun Hongmei terkejut: "Apa? Tidak! Malam itu aku tidak pergi ke rumah Zhao Ruihe!"
Raut wajah Sun Hongmei telah mengkhianatinya - dia memang pernah ke rumah Zhao Ruihe malam itu.
Zhen Nanfang memperhatikan hal ini. Ternyata pengakuan Cheng Yong memang benar.
Zhen Nanfang lalu memaparkan seluruh kejadian. Ketika Sun Hongmei mendengar Cheng Yong mengaku mendengar dia berbicara dengan Zhao Ruihe, emosinya langsung meluap: "Dusta! Dia berdusta! Aku tulus ingin menolongnya, kenapa dia memfitnahlku seperti ini?"
Shi Lei menyahut dengan dingin: "Jangan emosi. Apakah kau ke rumah Zhao Ruihe malam itu atau tidak, kami bisa dengan mudah menyelidikinya. Lebih baik kau jujur mengaku saja."
Sun Hongmei menggelengkan kepala: "Aku tidak, aku tidak pernah pergi tentu saja aku tidak akan mengakui." Tatapannya erat mengawasi Zhen Nanfang: "Jika kalian curiga aku adalah pembunuh Zhao Ruihe, tunjukkan bukti lalu tangkap aku! Jika tidak ada bukti, maaf, aku masih harus bekerja!" Begitu selesai bicara dia bergegas pergi. Shi Lei mengulurkan tangan hendak menghadang, namun Zhen Nanfang dengan tenang berkata biarkan dia pergi. Meski agak enggan, Shi Lei akhirnya menuruti perintah Zhen Nanfang.
"Biarin dia pergi begitu saja? Padahal menurut pengakuan Cheng Yong, kita punya wewenang menahannya 48 jam untuk memastikan penjelasannya tentang kunjungan ke rumah Zhao Ruihe."
Zhen Nanfang tersenyum: "Menahannya 48 jam memang mudah. Tapi kalau dia bersikukuh menyangkal kedatangannya, sementara kita belum punya bukti konkret, akhirnya terpaksa kita lepaskan juga. Justru 48 jam itu akan jadi waktu berharga baginya untuk berpikir jernih, merancang strategi antisipasi! Dengan memancing emosinya lalu membiarkannya, besar kemungkinan dia akan mengambil langkah ceroboh tanpa pertimbangan matang!"
"Dia sudah panik. Kita belum memberi tekanan berarti, tapi dia langsung menuding kita menuduhnya sebagai pembunuh dan meminta bukti. Wanita ini tidak bisa menahan diri. Seandainya dia lebih tenang, tidak perlu main mata di belakang Cheng Yong sampai memaksa suaminya ke tepi jurang, sampai akhirnya Cheng Yong terpaksa mengkhianatinya."
Shi Lei diam-diam mengangguk, Zhen Nanfang memang benar. Dari pertemuan dengannya, terlihat jelas bahwa dia adalah tipe orang yang mudah panik, dan seringkali aktivitas mentalnya langsung tercermin di wajahnya.
Ia harus mengakui, metode penanganan Zhen Nanfang jauh lebih baik darinya. Dengan senyum kecut ia berkata: "Kalau begitu kusuruh orang mengikutinya?" Zhen Nanfang mengangguk, ini hal yang wajib. "Tapi harus sangat berhati-hati, jangan sampai ketahuan. Meskipun dia mudah dihadapi, siapa tahu di belakangnya ada pihak lain yang memberi strategi!"
