Qin Xuan bertekad menghajar Han Sen habis-habisan. Insiden menusuk pantatnya dulu masih bisa dianggap kekurangtahuan anak muda. Tapi pelecehan di kereta udara itu mustahil lagi disebut kebetulan.
Sudah yakin Han Sen adalah laki-laki mesum plus brengsek, Qin Xuan menggerak-gerakkan tangan dan kakinya sebelum mendekati Han Sen, dengan mata indah berbinar sinar marah berkata: "Kamu yang menyerang dulu."
Dor!
Han Sen menghantam wajah Qin Xuan dengan pukulan, membuatnya menutup hidungnya sambil mundur beberapa langkah, mata membelalak memandang Han Sen dengan ekspresi sulit dipahami.
Dia benar-benar belum pernah melihat pria seperti Han Sen. Baru saja menyuruh Han Sen menyerang duluan, ternyata dia benar-benar langsung menghantam tiba-tiba tanpa basa-basi. Perilaku Han Sen sudah jauh melampaui ekspektasi psikologis Qin Xuan, membuatnya tak sempat bereaksi. Ditambah jarak mereka berdiri terlalu dekat, akhirnya hidungnya terkena pukulan Han Sen.
Dalam pengetahuannya, bukankah pertarungan di ruang latihan seharusnya dimulai dengan kedua pihak berjalan ke tengah arena terlebih dahulu, lalu mengambil posisi bertarung yang jelas? Lagipula sebagai pria, biasanya mereka akan bersikap gentleman di hadapannya. Meski kemampuan bertarungnya biasa, setidaknya akan menunjukkan kewibawaan kejantanan. Mana ada pria seperti Han Sen yang langsung menyerang tanpa peringatan setelah ucapan selesai, bahkan memukul bagian wajahnya yang tidak menggunakan pelindung? Mana ada pria seperti ini?
"Maaf... maaf... belum mulai ya?" Han Sen terus-terusan meminta maaf. Dalam hatinya ia berpikir, mengingat dirinya sering menggunakan jalur stasiun teleportasi, pria sejati tak perlu mempermasalahkan sikap wanita. Biarkan saja dia memukul beberapa kali untuk melampiaskan amarah. Ia ingin cepat memulai dan mengakhiri pertarungan ini. Tak disangka pukulannya yang sederhana itu ternyata tepat mengenai hidung Qin Xuan, membuat hidung mungilnya yang mancung itu memerah. Mata indahnya mulai dipenuhi air mata asam yang jernih.
"Sudah mulai, kita lanjutkan, kamu... Dor..." Namun baru saja Qin Xuan mengucapkan "kita lanjutkan", sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Han Sen yang mendengar perkataan itu langsung menghujamkan pukulan lagi tepat di hidungnya. Hidung mungil yang masih perih itu kembali menerima pukulan berat, membuat Qin Xuan berjongkok sambil menutupi hidungnya, air mata tak tertahan mengalir deras karena rasa perih.
"Bukankah kau bilang kita lanjutkan, kukira..." Han Sen buru-buru berdalih.
"Aku akan membunuhmu..." Qin Xuan melompat bangkit dari lantai, mengabaikan semua aturan, langsung menghujani Han Sen dengan serangan tinju dan tendangan bertubi-tubi.
Han Sen mati-matian menahan serangan tinju dan tendangan Qin Xuan, namun segera menyadari bahwa teknik bertarung yang dipelajarinya di sekolah jauh tertinggal dibandingkan Qin Xuan. Bahkan untuk bertahan saja tak mampu, pertahanannya pecah hanya dalam dua tiga pukulan. Dengan susah payah menahan belasan pukulan, akhirnya ia terjatuh setelah terkena satu pukulan telak.
"Kamu tidak bisa menghalangi lima puluh jurusku! Lanjutkan lain kali!" Qin Xuan berbalik pergi dengan penuh kebencian, meninggalkan Han Sen yang penuh luka.
Han Sen tersenyum pahit sambil berdiri. Untungnya ia mengenakan baju pelindung, hanya mengalami luka di daging. Tampaknya hari ini ia gagal meredakan amarah Qin Xuan, malah membuatnya semakin marah.
Han Sen meninggalkan stasiun teleportasi dan pulang ke rumah. Di dalam stasiun, Qin Xuan mandi air dingin lalu memanggil data dan gambar pertarungan tadi. Bersiap menghapus rekaman tadi.
"Lagian dia adalah kepala stasiun teleportasi sekaligus wanita terkuat di Perlindungan Baja. Tapi hanya dengan dua pukulan dari Maniak Pantat, air matanya langsung mengalir. Terlihat seperti gadis kecil yang baru saja diganggu sampai menangis. Pemandangan seperti ini tentu tidak boleh dilihat orang luar."
Sebelum menghapus, Qin Xuan menonton rekaman itu sekali lagi. Kali ini matanya membeku sejenak. Tadinya dia mengira penyebabnya terkena pukulan adalah karena kelengahan dan kurang waspada secara mental, sehingga Han Sen bisa memanfaatkan celah.
Tapi setelah menganalisis rekaman itu berulang kali, Qin Xuan tiba-tiba menyadari: meski itu alasan penting, tapi bukan satu-satunya. Fakta bahwa Han Sen bisa memukulnya tidak sepenuhnya karena kecerobohannya.
"Jangan-jangan..." Qin Xuan berulang kali menonton adegan dimana dia terkena pukulan. Kemudian dia meninjau ulang seluruh rekaman, lalu mencocokkan dengan data yang dikumpulkan baju bela diri.
“Memang benar seperti ini tidak ada yang salah, teknik bertarung tangan dan kakinya sangat buruk, hanya setara tingkat lulusan pendidikan wajib biasa. Namun elemen kejutan dan daya ledak saat dia bertindak benar-benar di luar dugaan.” Qin Xuan bergumam lirih sambil melihat data: “Dan ada perasaan khusus dalam caranya bertindak, bagaimana menggambarkannya... pembunuh... ya... tepat seperti pembunuh... Sebelum dia bertindak, sama sekali tidak terasa ada niat dari pihaknya untuk bertindak, membuat orang sama sekali tidak waspada. Saat dia mengayunkan tinju, tidak terdeteksi gelombang perasaan apapun, tidak ada aura pembunuhan sama sekali. Tapi pukulannya mengerahkan seluruh tenaga. Perilaku seperti ini dengan perasaan terpisah, mirip seperti pembunuh ulung yang ahli dalam percobaan pembunuhan, yang tiba-tiba mengeluarkan serangan fatal dari penyamaran kehidupan biasa.”
"Tidak, dia seharusnya hanya seorang murid yang baru lulus. Bagaimana mungkin menjadi pembunuh? Lagi pula, melihat kemampuan fisiknya, sama sekali tidak mungkin dia pembunuh ulung. Apakah perasaan terpisahnya perilaku dan emosi itu merupakan bakat bawaan sejak lahir?" Qin Xuan berpikir keras, hanya menemukan satu kemungkinan ini.
Qin Xuan mana tahu, Han Sen awalnya masuk ke dunia perlindungan dalam keadaan miskin tapi kikuk. Baru masuk sudah berselisih dengan Qin Xuan, lalu diblokir oleh Shen Tianzi yang ingin memujinya.
Tidak ada yang berani bersama Han Sen, juga tidak ada yang berani bertransaksi dengannya. Han Sen yang baru lulus hanya mengandalkan pisau belati paduan logam paling biasa, memburu makhluk mutan tanpa pengalaman sama sekali.
Sekalipun hanya makhluk biasa, bagi seorang pemula murni, memburunya tetap membutuhkan risiko bahaya jiwa.
Apalagi banyak makhluk mutan yang berkelompok, Han Sen harus memanfaatkan ketidaksiapan mereka untuk menemukan kesempatan optimal melakukan penyergapan dan membunuh yang terpisah. Jika tidak, dikepung oleh kawanan makhluk biasa, saat itu pun nasibnya tetap tewas.
Cara meminimalkan bahaya tentu dengan penyergapan dan serangan mendadak. Yang terpenting adalah mencegah makhluk mutan yang indera perabanya lebih tajam dari manusia merasakan keberadaan bahaya. Pada satu dua bulan pertama, Han Sen basically terus mengasah kemampuan ini.
Dalam kegagalan berulang, perlahan menyembunyikan perasaan dan aura berbahaya, membuat makhluk mutan tak merasakan kedatangan ancaman.
Belakangan, beberapa makhluk mutan biasa yang kurang agresif bahkan tak merasakan aura bahaya ketika Han Sen mendekati, lalu tiba-tiba diserang dan dibunuh.
Meski terlihat kotor, ini adalah satu-satunya cara Han Sen bertahan hidup di dunia perlindungan saat itu.
Kemudian Han Sen ingin memburu makhluk purba, sehingga terus berlatih dan memperbaiki kebiasaan bertindaknya hingga menjadi naluri.
Meski teknik bertarung Han Sen jauh tertinggal dibanding jagoan sejati, dalam hal elemen kejutan dan penguasaan timing, bahkan tak kalah dari pembunuh profesional. Bagaimanapun, seperti pembunuh, keterampilannya terasah di antara hidup dan mati - bedanya dia membunuh makhluk mutan, bukan manusia.
