"Saudara, boleh tahu namamu?" Lin Beifeng melemparkan korek api ke Han Sen.
"Han Sen." Tanpa basa-basi, Han Sen menyalakan rokoknya. Rokok Hutan Gelap dibuat dari tembakau khas Planet Hutan Gelap, tidak hanya ramah untuk raga tapi juga sangat menyegarkan.
Bagi mereka yang mempertaruhkan nyawa di dunia perlindungan, rokok Hutan Gelap jelas merupakan barang bagus.
"Kakak Sen jangan khawatir, setelah kita kembali ke perlindungan, berapa pun harganya tidak masalah. Masalah yang bisa diselesaikan dengan uang, aku Lin Beifeng tidak pernah memusingkannya..."
Setelah mengobrol beberapa saat, Han Sen mulai memahami situasi. Lin Beifeng ini benar-benar bukan sekadar kaya biasa. Keberuntungannya juga luar biasa - setelah masuk ke perlindungan secara acak, dia langsung menemukan kenalan kuat disana. Dengan modal besar, dia membeli satu set roh binatang mutan lengkap: zirah, senjata, mount, hingga roh binatang tempur.
Dia bahkan menyewa sekelompok orang untuk terus mendampinginya berburu makhluk mutan di gunung, berharap bisa menemukan Makhluk Darah Ilahi walau hanya mengandalkan hoki.
“Masih jangan bilang, hokinya memang bagus. Dia benar-benar menemukan Makhluk Darah Ilahi. Tapi hasilnya tidak sempurna. Orang-orang yang disewanya mati atau kabur. Dia sendiri panik dan lari ke dalam pegunungan terpencil.”
“Akhirnya, setelah nyaris tewas di pegunungan, dia sampai ke sini. Roh binatang yang dibelinya habis mati sepanjang jalan. Kalau tidak bertemu Han Sen di sini, mungkin dia sudah dikalahkan para Makhluk Meng Lun itu tadi.”
“Kak Sen, berapa jarak dari sini ke Perlindungan Kejayaan kita?” tanya Lin Beifeng lagi.
“Seharusnya kau tanya: berapa jarak dari sini ke Perlindungan Kejayaan kalian,” ujar Han Sen sambil tersenyum.
Lin Beifeng membeku sejenak, lalu wajahnya berubah pucat. “Kak Sen, kamu tidak sedang mempermainkanku, kan?”
“Aku berasal dari Perlindungan Baja. Untuk kembali ke sana, mungkin perlu 10-20 hari perjalanan,” jawab Han Sen sambil tertawa.
"Sial, aku benar-benar sudah sampai di wilayah perlindungan lain." Wajah Lin Beifeng langsung berubah masam.
Di Perlindungan Kejayaan dia punya kenalan, mudah membeli daging dan roh binatang. Tapi di wilayah perlindungan lain, bagaimana jika tidak ada satu pun orang yang dikenal? Meski punya uang, belum tentu bisa mendapatkan daging dan roh binatang tingkat tinggi.
"Kamu sebenarnya melakukan apa pada monster Mengxuan itu? Kok mereka nekad berjaga di sini?" Han Sen melirik ke bawah. Monster-monster itu bukannya pergi, malah terus mengaum sambil berusaha memanjat podium batu untuk menyerang mereka.
"Hah... Aku cuma lapar saat berjalan, lalu melihat anak binatang sedang makan rumput, jadi..." Lin Beifeng mengerutkan dahi.
"Sial! Sepertinya kita akan terjebak di sini untuk sementara. Sebelum monster Mengxuan pergi, mari kita berdamai." Han Sen tersenyum.
“Benar, bergaul dengan baik.” Lin Beifeng mendekati Han Sen dengan wajah menjilat: "Kakak Sen, aku haus sekali, bisakah aku minum seteguk air dari kantongmu?"
"Satu gelas sepuluh ribu keping." Han Sen menyipitkan matanya.
"Sial, bukankah barusan kita baru sepakat untuk bergaul dengan baik?" Lin Beifeng berteriak dengan frustasi.
"Kamu bayar, aku jual air. Bukankah ini bentuk bergaul yang baik?" Han Sen berkata dengan wajah wajar saja.
"Memang tidak salah, tapi airmu terlalu mahal. Dibandingkan air Planet Xuequan saja lebih mahal! Uang sepuluh ribu di sana bisa beli beberapa botol. Jangan-jangan ini bukan air Xuequan?" Lin Beifeng melirik kantong air Han Sen.
"Jangan salah paham. Meski ini cuma air kolam, tapi kita tidak tahu akan terperangkap di sini berapa lama. Air adalah garis hidup kita. Tanpanya, paling-paling kita bisa bertahan seminggu sebelum mati kehausan. Menurutmu, sepuluh ribu keping untuk air ini sebanding tidak?" Han Sen tersenyum.
“Nilai... Tapi dompetku sudah jatuh di jalan, bisakah utang dulu? Setelah kembali ke perlindungan, aku akan bayar dua kali lipat.” Lin Beifeng mengatupkan gigi.
“Kita bukan saudara. Kamu masih belum melunasi utang nyawamu padaku. Sekarang mau utang lagi? Ini sungguh mempersulitku.” Ekspresi Han Sen menunjukkan wajah masam.
“Tiga kali... Tidak... Empat kali lipat...”
“Setuju!”
Han Sen mengeluarkan gelas portabelnya, menuangkan tiga cangkir air untuk Lin Beifeng yang langsung dihabiskan sekali teguk, lalu mengulurkan gelas kosong ke hadapan Han Sen.
“Untuk hari ini cukup. Persediaan airku juga terbatas. Harus hemat. Entah kapan para musuh ini akan mundur.” Han Sen menyimpan kantong airnya.
“Kak Sen yang bisa datang sendirian ke pegunungan terpencil dan rawa-rawa luas ini, pasti punya kemampuan luar biasa. Keperkasaan yang tak tertandingi, 'peluru emas yang tak pernah tumbang'...”
“Mau apa langsung bilang.” Han Sen melirik Lin Beifeng.
Lin Beifeng dengan sikap menjilat mendekati Han Sen, “Kak Sen, roh binatangku hancur di perjalanan. Tanpa roh binatang, hatiku gelisah. Apa Kak punya roh binatang cadangan yang bisa dijual padaku?”
Mendengar roh binatang, Han Sen juga frustasi. Sepanjang perjalanan dia sudah membunuh banyak makhluk purba, tapi tak satu pun Jiwa Hewan Purba didapat. Membuatnya curiga keberuntungan roh binatangnya sudah habis untuk dua roh hewan suci darah ilahi itu.
“Roh binatang tidak ada. Daging kering level purba ada beberapa. Mau?”
“Mau! Tentu mau!”
“Sepuluh ribu unit per unit.”
“Kak Sen, potonganmu terlalu kecil. Tidak cukup untuk camilan.”
Keduanya terjebak di podium batu selama tujuh delapan hari, tapi kawanan binatang ganas belum menunjukkan tanda-tanda mundur.
“Kita tidak bisa menunggu lagi, harus mencari cara untuk melesat keluar.” Han Sen dengan ekspresi serius berkata kepada Lin Beifeng.
“Bukankah kita masih punya persediaan makanan dan air? Tunggu sebentar lagi, mungkin para binatang buas itu akan segera mundur.” Lin Beifeng melihat kawanan binatang buas di bawah sambil merapatkan leher.
“Kita masih punya air dan makanan, stamina fisik juga masih terjaga baik. Jika benar-benar harus menghabiskan waktu hingga persediaan habis, saat itu kita tidak akan punya kesempatan lagi untuk kabur.” Kata Han Sen.
“Tapi ada begitu banyak binatang buas di bawah, bagaimana mungkin kita bisa menerobos?” Lin Beifeng mengernyit dengan wajah masam.
“Karena itu kita harus memanjat ke atas.” Han Sen menunjuk ke bagian atas dinding tebing.
Lin Beifeng melirik puncak gunung yang menyerupai pedang yang menembus awan, langsung gemetar: “Ini bukan ide bagus? Bisakah kita melewatinya?”
“Tidak bisa memanjat pun harus dipaksakan, masih lebih baik daripada diam di sini menunggu kematian. Lagi pula kita tidak perlu benar-benar melintasi puncak, cukup memanjat sedikit ke atas untuk mencari tempat berpijak. Kita bisa berputar-putar mengelilingi dinding tebing, lalu turun di sisi lain gunung.” Han Sen berkata.
“Penjelasan Kak Sen masuk akal. Aku ikuti sarannu.” Lin Beifeng segera menyahut.
“Baik, sekarang kita langsung memanjat tali-tali gunung ini untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.” Sambil berkata demikian, Han Sen meraih seutas tali gunung dan menguji kelenturannya. Setelah yakin aman, ia mulai memanjat.
