“Ayo pergi. Aku tidak takut wanita seperti kamu.” Han Sen bergumam dalam hati.
Han Sen sudah paham, sekalipun terus mengalah, Qin Xuan tetap takkan melepaskannya. Daripada begitu, lebih baik ia tak perlu mengalah lagi. Lagipula belakangan ini ia sudah cukup menguasai 'Hantu Jahat Membelit', pas untuk diujicobakan pada Qin Xuan.
Saat Han Sen selesai berganti baju gulat dan kembali berdiri di hadapan Qin Xuan, tanpa basa-basi Qin Xuan langsung melayangkan tendangan cambuk ke arahnya.
Untuk orang seperti Han Sen yang ahli menyergap, selama tidak diberikan kesempatan menyergap, taktiknya pun tidak akan berguna. Jadi kali ini Qin Xuan langsung bertindak lebih dulu, sama sekali tidak memberi Han Sen peluang.
Tapi Qin Xuan masih melakukan kesalahan fatal: terlalu meremehkan Han Sen. Dia sama sekali tidak menganggap Han Sen sebagai lawan, hanya ingin memberi pelajaran untuk meluapkan amarah. Karena itu Qin Xuan tidak menggunakan tenaga penuh, bahkan tidak sampai separuh gaya-nya.
Di hati Qin Xuan, Han Sen tetap adalah "Maniak Pantat" tak bermoral itu, sang pemula yang bisa dijahili siapa saja di Perlindungan Baja.
Qin Xuan juga tidak benar-benar berniat menyakiti Han Sen, jadi serangannya memberikan banyak ruang gerak.
Tapi Qin Xuan mana tahu, kini Han Sen sudah memiliki 18 poin Gen Tuhan, ditambah latihan《Teknik Kulit Es dan Tulang Giok》. Meski kemampuan fisiknya masih kalah darinya, kesenjangan itu tidak lagi terlalu besar.
Qin Xuan melemparkan tendangan cambuknya, namun Han Sen bukannya mundur malah maju ke posisi yang membuat Qin Xuan sulit memberikan tenaga. Kemudian ia menjepit kaki indah Qin Xuan dengan lengannya dan memuntir keras, langsung membuat Qin Xuan terpelanting tak berdaya.
Dengan cekatan Han Sen menggunakan tangan dan kakinya, seluruh tubuhnya menindih Qin Xuan bagai belenggu. Kedua lengan dan kaki Qin Xuan terkunci erat, membuatnya tak bisa mengeluarkan tenaga.
Sikap meremehkan Qin Xuan berbuah petaka. Ia sama sekali tak menyangka teknik tempur Han Sen begitu brilian. Saat hendak melancarkan serangan balik, tubuhnya sudah terkurung tanpa celah.
Malu dan geram, Qin Xuan berusaha melepaskan diri berkali-kali. Namun kelihaian Han Sen dalam mengunci membuat tenaganya tak tersalurkan. Upaya keras justru berisiko dislokasi sendi bahkan patah tulang.
Qin Xuan tertindih di bawah tubuh Han Sen, wajahnya memerah karena malu. Rasanya ingin menyelinap masuk ke lubang tanah. Bagaimana pun dia berpikir, tak pernah terbayangkan dirinya bisa dikalahkan hanya dengan satu gerakan Han Sen. Awalnya ingin memberi pelajaran, malah berakhir dalam keadaan memalukan seperti ini. Pipinya terasa terbakar menyakitkan.
"Kepala Stasiun Qin, apakah ini bisa dianggap kemenanganku?" Han Sen bergembira dalam hati: "Tak disangka jurus brengsek tua itu ternyata manjur, bahkan Qin Xuan pun bisa kujinakkan."
"Ingin menangiku? Enak saja mimpi di siang bolong!" Qin Xuan marah malu, sama sekali tak mau mengakui kekalahan.
Kalau lawannya orang lain mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi pria ini adalah Maniak Pantat licik tak bermoral! Mana mungkin Qin Xuan mau menyerah pada manusia aneh semacam ini.
Qin Xuan yang malu dan marah menjerit kecil, seluruh tubuhnya mulai berkilauan keemasan. Tiba-tiba roh binatang singa emas yang berlari kencang muncul dan melebur jadi satu dengannya. Postur Qin Xuan mengalami ekspansi cepat, berubah menjadi singa emas perkasa yang lebih tinggi dari manusia, langsung melemparkan Han Sen jauh.
Dengan mengaum keras, Qin Xuan yang telah berubah menjadi singa emas itu menerjang Han Sen dengan hembusan angin kencang yang tajam.
"Melanggar aturan! Kita sudah sepakat tidak boleh menggunakan roh binatang!" teriak Han Sen panik.
Qin Xuan membeku sejenak. Cakar singa emas yang hampir menghantam Han Sen pun menghentikan gerakannya. Memang dulu dia pernah berjanji tidak akan memakai roh binatang, tapi dalam situasi genting tadi, mana sempat ingat hal-hal seperti itu.
“Baik, aku tidak akan menggunakan roh binatang.” Qin Xuan diam-diam wajah kecilnya memerah, menyimpan roh binatang itu, lalu menerjang Han Sen dengan serangan tinju dan tendangan.
Han Sen yang masih terlalu hijau, teknik Roh Iblis Pengganggu-nya juga baru tahap awal, kemampuan fisik dan pengalaman bertarungnya kalah dari Qin Xuan. Meski bertahan mati-matian selama 20 jurus lebih, akhirnya dia terjatuh setelah dipukul Qin Xuan.
Qin Xuan tak banyak bicara, langsung berbalik dan pergi dengan wajah dingin. Sebenarnya dia merasa malu—andai tak menggunakan roh binatang tadi, mustahil melepaskan diri dari kuncian Han Sen. Saat itu sebenarnya dia sudah kalah. Bahkan Qin Xuan sendiri merasa kemenangannya agak tak berarti, sehingga setelah menjatuhkan Han Sen, tak ada mood untuk berkomentar.
“Masih belum bisa, tingkat evolusi tubuh dan teknik bertarung serta pengalaman masih jauh di bawah Qin Xuan." Meski Han Sen tahu mustahil bisa menyusul Qin Xuan - sang Nomor Satu di Perlindungan Baja - dalam waktu singkat, rasa kecewa tetap menyelinap saat menyadari dirinya bahkan tak sanggup menahan tiga puluh jurus darinya.
Usai mandi, wajah Qin Xuan masih memerah. Perasaan malu membara menyergapnya saat teringat bagaimana si Maniak Pantat itu berhasil memaksanya hingga ke titik terjepit seperti itu.
"Ini tidak masuk akal. Teknik tangkapannya memang lumayan, tapi tanpa tenaga memadai mustahil bisa membelengguku sampai tak bisa bergerak. Bagaimana mungkin kemampuan fisiknya setinggi ini?" Qin Xuan tiba-tiba tersadar. Dengan sigap ia membuka data yang terkumpul dari seragam bertarung Han Sen.
Sambil mengawasi, bibir Qin Xuan terkunci rapat, dengan penuh kebencian dia mengutuk: "Brengsek itu, ternyata punya kemampuan fisik sehebat ini. Gen bermutasinya mungkin sudah penuh semua. Ternyata selama ini berpura-pura lemah, membuatku dipermalukan seperti ini. Maniak Pantat, tunggu saja, aku sama sekali tidak akan melepaskanmu, brengsek!"
Setelah kejadian ini, setiap kali Han Sen masuk/keluar stasiun teleportasi, Qin Xuan selalu memanggilnya ke ruang latihan untuk dihajar. Hampir tidak ada pengecualian.
Han Sen hanya tersenyum setiap kali. Teknik Iblis seperti ini, yang terpenting adalah pertarungan nyata. Memiliki lawan latihan sehebat Qin Xuan yang gratis mendampinginya, membuat teknik bertarung dan pengalaman Han Sen berkembang pesat. Malah dia menikmatinya. Dibandingkan manfaatnya, penderitaan daging sedikit seperti ini tidak ada artinya.
Jika bukan Qin Xuan, Han Sen hanya bisa menempa diri dalam pertempuran hidup-mati melawan musuh yang jauh lebih berbahaya dibandingkan berlatih dengan Qin Xuan. Satu kesalahan kecil saja bisa membuat nyawanya melayang.
Han Sen diam-diam menambah frekuensi masuk-keluar stasiun teleportasi, semata-mata untuk bisa lebih banyak berlatih dengan Qin Xuan. Kesempatan bagus seperti ini jarang ditemui dan tidak bisa diminta.
Tentu saja, Han Sen tidak akan membiarkan Qin Xuan menyadari bahwa dia sengaja memanfaatkannya sebagai lawan latihan. Setiap kali dia selalu mencari cara untuk memancing kemarahan Qin Xuan, membuatnya tidak tahan marah sehingga akan mengajaknya ke ruang latihan lagi lain waktu.
Meski sudah menghajar Han Sen berkali-kali, Qin Xuan sama sekali tidak merasa puas. Setiap melihat senyum manis Han Sen, hatinya langsung mendidih. Hampir menjadi kebiasaan pribadi baginya untuk langsung menarik Han Sen ke ruang latihan setiap kali bertemu. Beberapa hari tidak bertarung dengannya membuat seluruh tubuhnya terasa tidak enak.
