Julukan "Maniak Pantat" benar-benar terdengar legendaris. Di tengah hujan sindiran pedas dari orang-orang, Han Sen mengerutkan kening hendak membela diri. Tiba-tiba beberapa tuan muda kaya itu mendekat. Salah satu remaja berwajha kejam memandanginya penuh rasa penasaran: "Kaulah Maniak Pantat dari Perlindungan Baja yang legendaris itu?"
"Ya." Jawab Han Sen santai. Baginya, ini bukanlah nama buruk. Di seluruh Perlindungan Baja, hanya dialah satu-satunya yang pernah "menusuk pantat Qin Xuan". Dari sudut pandang tertentu, ini juga merupakan semacam pencapaian.
Remaja itu terus menunjukkan rasa ingin tahunya. Setelah mengamati Han Sen cukup lama, tiba-tiba dia bertanya: "Kamu juga datang untuk menerima konsultasi ini?"
Han Sen mengangguk: "Jika menurutmu aku tidak memenuhi syarat, aku bisa pergi sekarang."
"Tidak! Asalkan tidak ada masalah, mari kita langsung tandatangani kontrak sesuai perjanjian!" Sang remaja berwajah dingin itu buru-buru menyahut.
Pemuda berwajah dingin itu ternyata ingin merekrut Han Sen untuk melindungi mereka, langsung membuat orang-orang yang melamar lainnya gempar. Bahkan teman-teman si pemuda tampan itu menunjukkan ekspresi aneh, menarik lengan pemuda tersebut sambil berkata: "A Yuan, dia kan Maniak Pantat! Untuk apa kau mengajaknya?"
"Benar Tuan Muda Yuan! Memanggilnya untuk perlindungan itu tindakan berlebihan! Kalau benar-benar ada bahaya, dia pasti kabur lebih cepat dari kalian. Membuang-buang uang saja, sama sekali tidak berguna!" seru orang-orang di samping.
"Aku tetap memilih dia. Kalian bisa pilih sendiri yang lain." Kata A Yuan dengan Keteguhan. Dia mengeluarkan dokumen kontrak dan langsung menandatangani kontrak dengan Han Sen.
Melihat sikap A Yuan, pemuda-pemuda lainnya tidak berkomentar lagi. Mereka memilih beberapa pemain senior yang terlihat tangguh. Han Hao menunjukkan senjata roh binatang termutasinya, lalu terpilih oleh para pemuda itu.
Dua remaja yang datang bersama Han Hao juga memiliki kemampuan fisik yang bagus. Setelah menunjukkan beberapa taktik, mereka pun terpilih.
"Maniak Pantat, hokimu lumayan ya, bisa ketemu tuan muda kaya yang baik hati dan penasaran." Saat kedua remaja itu mendekati Han Sen, salah satunya bernama Liu Feng mencibirkan bibir.
"Hokiku memang tidak pernah buruk." Han Sen berkata dengan datar.
Beberapa tuan muda ini memilih total sepuluh pemain senior untuk melindungi mereka berburu makhluk purba. Dengan jumlah sebanyak ini, bahkan jika bertemu kawanan makhluk purba sekalipun masih bisa bertarung. Selama tidak menghadapi roh binatang atau makhluk mutan yang terlalu tangguh, mereka hampir bisa 'berjalan melintang' di sekitar Perlindungan Baja.
Para pemain senior yang direkrut ini sedang dalam mood bagus. Dalam percakapan mereka, mereka terlihat sangat menjilat kepada para remaja ini, jelas-jelas mengetahui sedikit tentang latar belakang mereka.
Para remaja itu sebenarnya memiliki kemampuan fisik yang cukup baik. Dari cara mereka bergerak, jelas terlihat mereka lulusan akademi bangsawan. Meski baru pertama kali masuk perlindungan, kemampuan fisik dan teknik bela diri yang dipelajari jauh lebih unggul dibanding Han Sen saat pertama datang. Yang kurang hanyalah pengalaman bertempur melawan makhluk mutan.
Setiap kali para remaja menemukan kesempatan memburu makhluk purba, Han Sen justru berlatih teknik memanah di samping. Alasan utama dia dulu memilih untuk menguasai panah adalah karena persyaratan teknik memanah relatif lebih rendah.
Senjata seperti pedang atau pisau membutuhkan teknik tinggi yang mustahil dipelajari dalam pendidikan terpadu. Tapi panah berbeda. Asalkan bidikannya akurat, busur cukup kuat dan anak panah cukup tajam, bahkan tanpa teknik rumit pun bisa menghasilkan daya hancur yang luar biasa.
Sekarang Han Sen sedang membiasakan diri dengan performa dan karakteristik Jiwa Kiamat, memilih pepohonan di dekatnya sebagai sasaran untuk menyesuaikan diri secara cepat dengan senjata tersebut sekaligus memahami karakteristik uniknya.
"Hei Maniak Pantat, cara kau mencari keuntungan dalam situasi kacau ini terlalu jelas! Bukannya mengawasi Tuan Muda Yuan dengan baik, malah asyik menembak acak di sini?" Liu Feng yang tak pernah memahami Han Seon menatap panah yang menancap di batang pohon, lalu menambahkan dengan nada meremehkan: "Buah apa teknik panah payahmu ini? Dalam 20 meter saja nggak bisa tepat sasaran, masa berani-beraninya berlatih di hadapan kita?"
Han Sen tidak memandang Liu Feng maupun menjawab. Fokusnya adalah memahami karakteristik Jiwa Kiamat, bukan pada satu target spesifik. Itu sebabnya panah-panah yang ditembakkannya bertebaran ke sana kemari, terlihat seperti tidak memiliki akurasi sama sekali.
"Jangan pedulikan dia. Tuan Muda Yuan hanya sedang berbaik hati, tidak mengharapkan bantuan berarti darinya. Asal tidak membuat masalah saja sudah bagus." Beberapa pemain senior tertawa terbahak-bahak.
"Memang benar, kau memang anak hoki." Liu Feng meludah ke tanah, berbalik dan kembali ke tengah kerumunan orang-orang itu.
"Jangan bilang kau kenal aku." Han Hao memanfaatkan kesempatan berbisik pada Han Sen, lalu bergegas mendekati Liu Feng dan bercengkerama riang dengan yang lain.
Kemajuan A Yuan dan beberapa remaja sangat pesat. Awalnya dua hari masih membutuhkan bantuan Han Hao, tapi dalam hitungan hari sudah mampu memenggal makhluk purba galak dalam pertarungan satu lawan satu. Sungguh membuat orang berdecak kagum pada lulusan sekolah khusus bangsawan.
Bagi kita yang lulus dari pendidikan terpadu, butuh pelatihan intensif satu dua bulan sebelum berani bertarung sendirian melawan makhluk purba.
Mungkin karena semuanya berjalan terlalu lancar, mereka semua mulai kehilangan kewaspadaan yang seharusnya. Beberapa remaja itu menjadi lengah. Saat mengepung tiga hewan Bercak Hitam level purba, salah satu hewan itu terkena tusukan di dadanya. Semua mengira sudah mati, ternyata dia pura-pura mati. Ketika seorang remaja mendekatinya, tiba-tiba hewan itu melancarkan serangan.
Han Hao dan yang lain agak lengah, mengira sudah hampir menang. Mereka tidak waspada. Ditambah jarak antara hewan Bercak Hitam dengan remaja itu terlalu dekat. Mereka ingin memberikan bantuan tapi sudah terlambat. Cakar baja hewan itu hampir mencengkeram leher halus remaja tersebut.
Remaja itu semakin panik. Dalam hatinya menyesal karena lalai tidak memakai helm baju zirah paduan logam. Seandainya memakai baju zirah yang keras, mungkin bisa menahan sebagian besar tenaga hewan itu.
Tapi penyesalan sekarang sudah terlambat. A Yuan dan yang lain menjerit histeris.
Syuuk!
Kilatan dingin melesat melintang di udara, hampir menyentuh pipi remaja itu, menembus dari belakangnya ke arah hewan bintik hitam di depannya. Ujung panah yang tajam menancap tepat di mata kiri makhluk itu, membuatnya menjerit kesakitan dan terjatuh ke tanah.
Barulah Han Hao dan yang lain tersadar, langsung menyerbu dan mencincang bangkai hewan itu dengan sembarangan.
"Maniak Pantat, buat apa kau sembarangan melepaskan panah? Tembakanmu tadi hampir melukai Tuan Muda Qing!" Liu Feng menoleh sambil memaki Han Sen.
Yang lain juga ikut menyalahkan Han Sen karena gegabah melepaskan panah.
Dalam hati mereka memendam rasa malu dan kesal. Alih-alih introspeksi kelalaian sendiri, justru berusaha mengalihkan tanggung jawab ke pundak Han Sen.
Menurut mereka, tembakan Han Sen itu cuma kebetulan belaka. "Mana mungkin Maniak Pantat punya keahlian memanah seakurat itu? Pasti cuma hoki!"
"Pergi sejauh mungkin!" A Yuan tiba-tiba berkata dengan wajah dingin.
"Dengar tidak Maniak Pantat? Tuan Muda Yuan menyuruhmu pergi!" teriak Liu Feng.
"Aku menyuruh KALIAN pergi." A Yuan mengawasi Liu Feng dengan tatapan dingin: "Aku membayar kalian untuk melindungi keamanan kami. Saat A Qing menghadapi bahaya tadi, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak melakukan apa-apa. Sekarang malah menghina satu-satunya yang menyelesaikan tanggung jawab. Orang-orang sepertimu pantas mati. Jangan pernah muncul lagi di hadapanku."
