"Apa yang kalian lakukan di sini?" Han Lei terlihat kaget melihat keberadaan mereka.
"Mengantar Yan Yan sekolah," jawab Han Sen singkat.
"Yan Yan masuk Shenghua?" Han Lei memandang mereka dengan ragu.
"Baru saja diterima beberapa hari lalu," ujar Han Sen siap mengantar adiknya melewati gerbang sekolah.
Setelah Han Lei menyadari, dia malah berlari dua langkah ke hadapan Han Sen, menggenggam pergelangan tangan Han Sen sambil membelalakkan mata dan membentak marah: "Aku sudah tahu! Kakak yang menguasai perusahaan bertahun-tahun pasti sudah menggelapkan banyak uang. Dulu masih pura-pura miskin di depan kami, bilang bahkan dua juta pun tidak bisa dikeluarkan. Sekarang ternyata mengeluarkan jutaan untuk menyekolahkan Xiao Yan di Sheng Hua? Ekor rubahmu akhirnya ketahuan juga kan? Kukasih tahu, uang itu juga termasuk harta Keluarga Han. Kamu harus mengembalikannya untuk dibagi bersama! Kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku tidak segan-segan!"
"Tidak segan-segan lalu bagaimana?" Sorot mata Han Sen dingin mengawasi Han Lei. Dia sudah benar-benar kecewa dengan saudara-saudara ini. Jangan harap mereka bisa mendapatkan satu keping uang pun darinya lagi.
“Anak kurang ajar, pandangan dan nada bicaramu seperti apa ini? Ada yang bicara seperti ini dengan Paman Kedua?” Han Lei merasa merinding saat ditatap Han Sen, tapi sejak kematian ayah Han Sen, dia sudah terbiasa bersikap galak di rumah dan tak berniat melepaskan Han Sen.
“Paman Kedua?” Han Sen menyeringai penuh cibir: “Baiklah, kalau begitu silakan Paman pulang dan pelajari lagi kontrak yang kita tanda tangani dulu. Lihat apakah kalian masih punya hak menagih uang dariku. Mulai sekarang, jangan harap bisa mengambil satu keping uang pun dari keluarga kami.”
Han Sen sebelumnya memang ingin memutus hubungan tuntas dengan Han Lei dan Han Yumei, makanya dengan cepat mengembalikan dua juta. Kontrak itu juga dipersiapkan dengan cermat oleh Paman Zhang. Setelah melunasi dua juta itu, secara hukum Han Lei dan Han Yumei tak mungkin lagi meminta uang sepeser pun.
“Itu tipuan! Tidak sah! Nanti aku akan cari ibumu. Berani-beraninya menyimpan uang keluarga Han diam-diam...” Han Lei berteriak dengan marah.
"Paman Kedua, aku menyarankanmu sebaiknya jangan melakukan itu. Masuk ke rumah pribadi tanpa izin, aku punya kekuasaan untuk langsung menembak mati kamu." Sorot mata Han Sen yang suram mengawasi Han Lei.
"Anak kurang ajar, apa yang kau katakan..." Han Lei membentak marah, tinjunya langsung dihujamkan ke arah wajah Han Sen.
Han Sen tetap tenang, memanfaatkan momentum pukulan Han Lei untuk menangkap lengannya, berbalik melakukan bantingan bahu, menghantamkan tubuh gemuk Han Lei ke tanah hingga menjerit kesakitan.
"Paman Kedua, kalau ingin mati, kau bisa datang ke rumahku untuk mencoba." Han Sen mengucapkan dengan tatapan dingin yang terus mengawasi Han Lei.
Han Lei membelalakkan matanya, memandangi Han Sen seolah tak mengenalinya lagi. Ekspresi dingin di wajah itu membuatnya gemetar tak terkendali, kehilangan akal akibat keterkejutan yang luar biasa.
Meski dia sudah masuk ke dunia Perlindungan Ilahi kedua, walau hanya menjadi evolusioner dengan gen purba penuh, dan tidak banyak berjuang di sana - tapi evolusioner tetaplah evolusioner. Han Sen yang bahkan belum berevolusi, ternyata bisa menjatuhkannya dan masih terlihat punya cadangan tenaga. Performa abnormal ini membuat Han Lei dalam hati berdegup kencang. Han Sen yang dulu sangat dikenalnya, kini berubah menjadi begitu mengerikan.
Han Sen tiba-tiba tersenyum, lalu mengulurkan tangan menarik Han Lei bangkit.
Han Lei membeku sejenak, tak mengerti bagaimana ekspresi Han Sen bisa berubah secepat ini. Han Sen sudah mendekat ke telinganya, berkata sambil tersenyum bahagia: "Anak dan wanita ini, istri kedua tidak tahu kan? Sepertinya aku harus mengobrol baik-baik dengan istri kedua."
"Kau pikir istriku akan percaya pada anak kurang ajar sepertimu?" Han Lei membentak marah.
“Percaya atau tidak pada saya tidak penting, yang penting percaya ini.” Han Sen menggoyangkan alat komunikasi di pergelangan tangannya. Sejak awal melihat Han Lei, dia sudah mengaktifkan fungsi rekam, merekam semuanya.
“Kau...” Han Lei panik, langsung berusaha meraih alat komunikasi di pergelangan tangan Han Sen.
Han Sen sedikit menggeser badan, tangan dan kaki bergerak lincah. Dorongan dan senggolan ringan membuat Han Lei terjatuh seperti anjing makan tai.
“Paman Kedua, kita bisa bernegosiasi baik-baik. Asal Paman bisa menyebut harga yang pantas, barang ini bisa saya jual.” Han Sen tersenyum mengulurkan tangan ke hadapan Han Lei, hendak membantu sang paman bangkit.
Senyum keji merekah di wajah Han Lei. Tiba-tiba dia mencengkeram tangan Han Sen dengan kuat, berusaha mematahkannya sambil hendak merebut alat komunikasi.
Tapi entah bagaimana telapak tangan Han Sen memutar dengan lihai, justru berhasil membalikkan posisi tangan Han Lei. Dengan sekali putar dan tekukan, langsung memuntir tangannya ke belakang, memaksa Han Lei berlutut membelakangi Han Sen sambil menjerit seperti babi disembelih.
"Paman Kedua, sepertinya Anda tidak punya ketulusan untuk berbisnis. Kalau begitu, aku akan tanya Istri Paman Kedua apakah dia berminat dengan barang-barang ini." Han Sen melepas tangan Han Lei lalu berbalik hendak pergi.
"Tunggu!" Han Lei buru-buru memanggil. Ekspresinya berubah pucat lalu memerah, lama sekali akhirnya mengatupkan gigi berkata: "Sepuluh ribu, aku kasih sepuluh ribu. Hapus rekaman itu!"
Dengan penuh cibir, Han Sen berbalik sambil melangkah: "Dua ratus ribu. Kalau tidak, aku temui Istri Paman. Pasti dia sangat berminat."
"Dua ratus ribu, setuju!" Melihat Han Sen hampir menghilang, Han Lei mengabaikan rasa sakit di tubuhnya. Tertatih-tatih dia berlari mendekat dan menahan Han Sen.
“Kalau begitu terima kasih Paman Kedua, apakah Anda akan memberikan tunai atau transfer langsung?” Han Sen memandangi Han Lei dengan ekspresi seolah tersenyum tapi juga menangis.
Han Lei dengan perasaan kesakitan mentransfer 200.000 kepada Han Sen: "Sudah, sekarang bisa hapus kan?"
"Hapus pasti akan dihapus, tapi tergantung kapan kondisi hati saya baik. Saat itu tiba, secara alami akan menghapusnya." Han Sen berkata sambil berbalik dan pergi.
"Kurang ajar kau berani ingkar janji..." Han Lei membentak marah, mengayunkan tinju ingin memukul Han Sen. Tapi ketika Han Sen menoleh dan menatapnya, jantung Han Lei berdebar kencang, tubuhnya membeku di tempat. Gerakan Han Sen sebelumnya telah meninggalkan Bayangan psikologis yang membuatnya diliputi ketakutan.
“Paman Kedua, setelah aku menerima uangmu pasti akan kuhapus. Tapi aku tidak bilang akan menghapusnya sekarang. Saat kondisi hatiku baik, baru akan kuhapus. Kalau sedang tidak baik, belum tentu.” Han Sen menepuk bahu Han Lei, tiba-tiba menyimpan senyumannya, dan berbisik beracun di telinganya: “Dan jangan sampai kulihat kau muncul lagi di rumahku, kalau tidak pasti kubunuh kau.”
Han Lei menggigil. Entah mengapa, tatapan mata dingin Han Sen yang dia awasi itu membuatnya yakin bahwa pria ini pasti akan menepati ancamannya.
“Dasar anak kurang ajar, kenapa jadi seaneh ini?” Han Lei mengutuk-ngutuk setelah Han Sen pergi, malu karena baru saja ditakuti oleh seorang bocah. Tapi di dasar hatinya, rasa takut itu mulai mengakar, membuatnya secara tidak sadar menghindari pertanyaan tentang apakah akan mendatangi rumah Han Sen atau tidak.
Setelah Han Sen mengantar Han Yan ke sekolah, kondisi hatinya sangat baik. Saat melewati pusat tes kebugaran, setelah berpikir sebentar, dia pun masuk ke dalam untuk menguji tingkat kemampuan fisiknya saat ini.
