"Sekalipun aku dan Qin Xuan benar-benar punya hubungan khusus, tak mungkin aku mengganggunya karena urusan kecil. Mana harga diri pria sejati? Lagipula kami benar-benar tidak punya hubungan apa-apa." Han Sen bingung antara ingin tertawa dan menangis.
“Di Gang Jia Tuan, hanya perintah Pemimpin Qin yang didengarkan Pemimpin Tim Yang. Kecuali dia turun tangan, besok kita pasti tidak bisa pergi.” Su Xiaoqiao menarik lengan Han Sen, matanya berbinar licik: “Kudengar, reputasi dan harga diri itu berharga berapa? Makhluk Darah Ilahi yang penting! Kalau kau memang punya hubungan khusus dengan Pemimpin Qin, gunakan semua kartu as! Bahkan kalau harus bersujud minta maaf sambil berlutut di atas tuts piano, atau bekerja keras sampai titik darah penghabisan, kau harus membujuknya agar kita bisa ikut. Ingat, kepentingan tim yang utama!”
Han Sen menghela napas: “Sayangnya, aku benar-benar tidak punya hubungan apa-apa dengan Pemimpin Qin.”
“Habislah kita. Orang lain pergi berburu makhluk legendaris, kita cuma bisa latihan memanah di markas.” Su Xiaoqiao menundukkan kepala lesu.
“Jangan putus asa. Meski aku tidak punya koneksi dengan Pemimpin Qin, besok kita tetap bisa pergi.” Han Sen tersenyum penuh arti.
“Kamu punya merekrut apa?” Su Xiaoqiao langsung kembali menyala harapannya, memandangi Han Sen dengan penuh harap.
“Hari ini tembakkan semua panah ini bukankah sudah cukup.” Han Sen menunjuk beberapa ikat besar panah latihan itu.
Su Xiaoqiao langsung seperti bola karet yang kempes, berkata dengan lesu: “Saudara, seribu anak panah per orang, harus ditembak dari jarak 150 meter, belum lagi jika tidak mengenai sasaran, jangan bilang hari ini, besok pun tidak mungkin, pasti tidak akan selesai dalam tiga hingga lima hari.”
“Itu belum tentu.” Han Sen mencoba busur latihan, busur latihan 7.0 jauh lebih ringan dibandingkan Jiwa Kiamat. Meski Jiwa Kiamat juga bisa ditarik dengan tenaga 7.0, tapi tenaga 7.0 hanya bisa membukanya dengan susah payah. Sedangkan tenaga 7.0 bisa digunakan untuk latihan tembak beruntun dengan busur latihan 7.0, intensitas sebenarnya sangat berbeda.
Mengambil sebatang panah latihan dan menaruhnya di busur, langsung melepaskan panah ke sasaran. Jarak 150 meter terlampaui dalam sekejap, tepat mengenai posisi jantung merah di target.
Han Sen tidak berhenti, terus melepaskan panah demi panah. Meski tidak selalu tepat di jantung merah, setiap panah mendarat di area target.
Su Xiaoqiao awalnya diam-diam menggelengkan kepala, berpikir bagaimana mungkin bisa menyelesaikan semua panah dengan cara seperti ini. Namun tak lama kemudian, Han Sen ternyata telah melepaskan 30-40 panah secara beruntun tanpa jeda, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, bahkan dahi-nya masih bersih dari keringat.
"Kamu hebat juga, bisa 40 tembak beruntun dengan busur 7.0," puji Su Xiaoqiao tak bisa menyembunyikan kekaguman.
Para pemanah berpengalaman tahu: Tembak beruntun sangat menguras stamina fisik. Pemanah biasa hanya mampu 10-an tembak beruntun, yang bisa mencapai 20-an pasti memiliki tenaga jauh melebihi kekuatan busur yang digunakan, plus stamina fisik yang luar biasa.
Han Sen hanya tersenyum, berkata pada Su Xiaoqiao: "Kamu juga jangan diam saja. Hari ini kita harus menyelesaikan dua ribu anak panah ini bersama, besok langsung berburu Makhluk Darah Ilahi."
"Hmph, ketidaktahuan." Liu Hongtao yang mengawasi mereka dari samping mendengar perkataan Han Sen, hanya membuang suara dingin.
Mampu menembak 30-40 anak panah beruntun memang sudah cukup bagus. Tapi seribu panah bukan sekadar tembakan beruntun. Meski memiliki kekuatan di atas 8.0 bahkan 9.0, memaksakan diri menembak terus-menerus akan menyebabkan cedera pada lengan dan jari. Kalaupun berhasil menyelesaikan, besok pasti tidak akan bisa memegang apa-apa, apalagi ikut aksi berburu Makhluk Darah Ilahi.
Han Sen sendiri juga tahu bahwa menembak panah dalam waktu lama tidak hanya mengandalkan kekuatan. Beberapa hari sebelumnya saat berlatih, dia sudah mencoba latihan tembak berintensitas tinggi. Hasilnya bahkan mengejutkan dirinya sendiri.
Dalam proses memanah secara kontinu, ototnya tidak hanya memiliki stamina fisik dan keuletan yang mencengangkan, tetapi juga kecepatan pemulihan yang luar biasa. Setelah menggunakan Jiwa Kiamat untuk menembak beruntun dua tiga puluh anak panah, ototnya hanya terasa sedikit asam. Cukup dengan melepaskan gerakan tangan beberapa kali, ototnya akan segera pulih.
Bahkan saat menggunakan otot secara intens dalam waktu lama, tubuhnya tidak menghasilkan panas berlebihan. Selalu terasa sejuk-sejuk segar di seluruh badan, tanpa sensasi nyeri atau bengkak.
Han Sen tahu ini bukan semata-mata karena genetiknya yang unggul. Alasan utamanya kemungkinan besar adalah teknik "Tulang Giok dan Kulit Es" yang ia latih.
Memanahkan seribu lebih anak panah dengan busur latihan 7.0 sebenarnya bukan kesulitan berarti bagi Han Sen. Tenaganya lebih dari cukup, stamina fisiknya pun melimpah, sama sekali tidak menjadi masalah.
Han Sen terus menembakkan panah tanpa henti. Pemuda yang menghitung di sampingnya terpana. Tak lama, Han Sen sudah menembakkan tujuh puluh hingga delapan puluh panah, berpindah ke dua sasaran sambil terus memanah.
"Sial, kecepatan tangan Kakak ini luar biasa, pasti lajang selama tiga puluh tahun," gumam si penghitung.
"Siapa? Siapa yang lajang tiga puluh tahun?" tanya seseorang yang mendengar gumamannya.
"Siapa lagi kalau bukan Maniak Pantat? Baru sebentar sudah menembak tujuh puluh panah, hampir tak berhenti," jawab pemuda itu.
"Beneran? Maniak Pantat segitu hebatnya?"
"Coba lihat sendiri, dia masih terus menembak!"
Beberapa anggota Kelompok Pemanah segera datang menyaksikan. Setelah mengamati sejenak, mata mereka membelalak.
"Astaga! Tiga sasaran itu semuanya hasil tembakan Maniak Pantat?"
“Siapa lagi kalau bukan Dia? Si Xiao Qiao itu baru menembak belasan panah, bahkan satu sasaran pun belum terisi penuh.”
“Terlalu palsu, jangan-jangan busurnya salah ambil, pakai busur latihan 4.0 ya?”
“Kau pikir aku selevel kau? Busur latihan 4.0 dan 7.0 saja tak bisa bedakan. Lagipula bentuk dua busur itu jelas berbeda.” Si remaja melototi dengan pandangan putih.
Penonton dari kelompok pemanah semakin banyak, bahkan Liu Hongtao sampai tak tahan berdiri, matanya menyipit tak enak memandang Han Sen yang masih terus memanah.
“Bawa panah!” Han Sen sudah lama tidak merasakan kepuasan memanah sehebat ini. Saat latihan sendiri, beberapa anak panah harus dipakai bergantian, habis tembak harus lari ambil lagi. Mana seperti di sini langsung tersedia satu ikat 100 panah dengan deretan sasaran yang bisa ditembak sesuka hati.
“Kakak, hebat juga, ini sudah ikat kedua.” Su Xiaoqiao antusias membuka ikatan anak panah latihan lagi, mengambil segenggam dan menyelipkannya ke sarung panah di pinggang Han Sen.
“Biasa saja, baru permulaan pemanasan.” Han Sen tersenyum, melepaskan satu anak panah lagi yang tepat mengenai bullseye.
“Kakak, kalau benar-benar bisa menembakkan semua panah ini sampai habis, membuat kita bisa ikut aksi Pemburuan Makhluk Darah Ilahi besok, mulai sekarang Kakak jadi idola Su Xiaoqiao. Cuci celana dalam pun aku rela!” teriak Su Xiaoqiao penuh semangat.
“Celana dalam tidak usah, kirim uang saja lebih realistis.” Han Sen tertawa.
“Ahem, membahas uang antar saudara serikat kami kan melukai emosi.” Su Xiaoqiao berkata sambil terkekeh.
Panah terus melesat. Hampir setiap lima puluh panah, Han Sen baru sedikit menggerak-gerakkan tangannya. Dari awal sampai akhir hanya menggunakan tangan kanan untuk membidik, tak pernah memanfaatkan kedua tangan secara bergantian untuk beristirahat.
