Usulan Shen Tianzi memang berisiko. Tapi melihat Makhluk Darah Ilahi itu terkapar di puncak sambil terus mengucurkan darah, sayapnya tampak terluka parah sampai kesulitan mengepak. Inilah kesempatan terbaik untuk membunuhnya. Jika dilepaskan hari ini, mungkin takkan ada kesempatan kedua seperti ini.
Akhirnya Qin Xuan menyetujui usulan itu, tapi dengan syarat ikut naik ke gunung. Hanya Shen Tianzi dan Yang Manli yang tetap di bawah dengan busur roh hewan bermutasi dan panah roh beast bermutasi, siap bertindak kapan saja.
"Kapten Qin tidak perlu naik, cukup bertugas memimpin di bawah." Shen Tianzi segera menyarankan.
"Tidak ada yang perlu dipimpin di sini. Karena aku tidak punya busur dan panah roh hewan bermutasi, tetap di bawah pun tak berguna. Lebih baik naik saja." Begitu ujar Qin Xuan sambil mulai memanjat dinding batu.
Para anggota dibagi menjadi tujuh kelompok, memanjat puncak gunung dari arah berbeda. Han Sen tanpa basa-basi langsung mengikuti di belakang Qin Xuan.
Meski aura pembunuhan di mata Shen Tianzi hanya sesaat, Han Sen yang tanggap tetap menyadarinya. Ia tahu Shen Tianzi pasti akan melakukan tindakan licik padanya. Bisa jadi sasaran pertama panah itu bukan makhluk darah ilahi, melainkan dirinya sendiri.
Maka Han Sen memutuskan untuk tidak beranjak seinci pun dari sisi Qin Xuan. Biarlah Shen Tianzi mencoba melakukan tindakan licik di depan sang kapten.
Shen Tianzi memang seperti yang dipikirkan Han Sen, sejak dia mengusulkan rencana itu, sudah berencana memanfaatkan kesempatan untuk memanah Han Sen hingga tewas. Di dinding tebing itu, Han Sen bahkan tidak punya tempat untuk bersembunyi. Saat itu tiba, Han Sen sudah pasti mati.
Tapi sekarang Han Sen terus mengikuti di sisi Qin Xuan, membuat mata Shen Tianzi memancarkan cahaya dingin. Nanti meski dia menemukan kesempatan untuk memanah, Qin Xuan di sebelahnya tidak mungkin hanya diam melihat. Pasti akan bertindak membantu Han Sen.
Namun ini tidak membuat Shen Tianzi putus asa, justru semakin memperkuat keyakinannya untuk membunuh Han Sen. Hanya saja dia perlu mencari momen saat Qin Xuan menjauh dari Han Sen.
Meski dinding tebing cukup curam, bagi Qin Xuan dan rombongan yang memiliki perlengkapan pendakian gunung lengkap, ini bukanlah tebing vertikal yang benar-benar curam. Rombongan itu dengan cepat mencapai lereng gunung.
Makhluk Darah Ilahi memang terluka parah. Setelah menemukan Qin Xuan dan yang lain memanjat ke atas, dia hanya mengeluarkan raungan ke arah bawah namun tidak menerjang turun atau mengepakkan sayapnya untuk terbang.
Ketika Qin Xuan dan yang lain mendekati puncak, barulah makhluk itu mengepakkan sayap yang telah ternoda darah merah. Namun dia hanya terbang beberapa meter dari tanah lalu jatuh kembali. Sayapnya benar-benar terluka parah, lukanya terus mengucurkan darah.
Qin Xuan dan yang lain bersorak gembira. Dari bawah, mereka membidikkan panah ke arah makhluk itu dengan ganas. Meski serangan panah mereka tidak banyak melukainya, mereka berhasil memancing kemarahan makhluk tersebut.
Makhluk itu tiba-tiba mengibaskan sayapnya dengan dahsyat. Dalam hujan darah yang berhamburan, dia nekad terbang tinggi lalu menerjang ganas ke arah orang terdekat. Mulut lebar penuh gigi taringnya menganga hendak menggigit korban.
Orang itu tidak punya tempat untuk bersembunyi di dinding tebing, mengayunkan pedang besar ke kepala Makhluk Darah Ilahi. Namun pedang yang menghantam kepala makhluk itu bahkan tidak meninggalkan bekas putih di sisiknya. Malah tubuhnya sendiri digigit habis-habisan oleh makhluk itu dan langsung terkoyak menjadi dua bagian.
Darah menyemprot ke segala arah, membuat semua orang panik dan buru-buru turun. Mendaki gunung sudah sulit, turun lebih sulit lagi. Untungnya saat naik mereka sudah memasang tali pengaman di tebing. Dengan mengikuti tali tersebut, kecepatan turun mereka cukup cepat.
Melihat Makhluk Darah Ilahi itu berhasil dipancing turun dan mengejar seperti gila, Shen Tianzi dan Yang Manli segera mengangkat busur mereka. Mereka menunggu kesempatan tepat untuk melepaskan panah ke tubuh makhluk itu.
Shen Tianzi melepaskan dua panah tapi keduanya meleset. Pikirannya sama sekali tidak fokus pada makhluk itu - dia terus mencari celah untuk menyelinapkan panah dingin ke arah Han Sen.
Tapi Han Sen terlalu licik, terus mengikuti di sisi Qin Xuan sehingga Shen Tianzi sama sekali tidak ada kesempatan untuk melepaskan panah diam-diam.
"Sialan, tulang lunak." Shen Tianzi bergumam dalam hati, terpaksa mengarahkan panahnya ke Makhluk Darah Ilahi.
Sebenarnya semua orang sudah menyadari bahwa Makhluk Darah Ilahi itu sudah di ujung tanduk. Darah yang keluar dari tubuhnya sudah terlalu banyak, sayapnya terluka parah sampai-sampai terbang pun sangat sulit. Kali ini setelah turun, nanti pasti tidak akan bisa terbang kembali ke atas.
Meski beberapa orang dikorbankan, Makhluk Darah Ilahi ini sudah 90% pasti akan berhasil mereka bunuh.
Shen Tianzi yang tidak bisa menemukan celah untuk menjebak Han Sen, akhirnya melampiaskan amarahnya ke Makhluk Darah Ilahi dengan menembakkan panah bertubi-tubi ke sayap yang sudah terluka parah itu.
Makhluk Darah Ilahi kembali terkena beberapa panah, mengeluarkan teriakan mengerikan, tak sempat lagi membunuh, mengepakkan sayapnya yang berdarah-darah ingin kembali terbang ke puncak gunung.
Namun sayapnya terluka terlalu parah, meskipun mengepak mati-matian, tubuhnya tetap menunjukkan kecenderungan untuk terjatuh.
Tiba-tiba, tubuh Makhluk Darah Ilahi terbang mengitari dinding tebing, cakar tajamnya mencengkeram batu seperti memotong tahu, membuat empat lubang di dinding batu. Dengan tenaga dari keempat cakarnya dan kepakan sayap di punggung, ternyata dia mulai merangkak naik ke puncak.
"Jangan biarkan dia naik!" Qin Xuan mengatupkan gigi, cahaya keemasan menyembur dari tubuhnya berubah menjadi singa emas yang langsung menyerbu ke arah Makhluk Darah Ilahi.
Tubuh Qin Xuan seketika menyatu dengan roh binatang singa emas itu, berubah wujud menjadi singa emas. Cakarnya mencengkeram dinding batu meninggalkan lubang cakar, bersiap menyusul Makhluk Darah Ilahi tersebut.
Han Sen panik, jika Qin Xuan pergi, bukankah dia akan menjadi sasaran Shen Tianzi?
Tanpa pikir panjang, Han Sen menggenggam ekor singa emas yang sedang melesat ke atas. Seketika seluruh tubuhnya tertarik, mengejar Makhluk Darah Ilahi itu.
Qin Xuan melirik tajam ke arah Han Sen. Han Sen pura-pura tidak melihat, tetap mencengkeram ekornya erat-erat. Qin Xuan tak sempat memberi pelajaran, fokus mengejar makhluk itu.
Melihat Makhluk Darah Ilahi telah keluar dari jarak tembak efektifnya, Shen Tianzi menyimpan busur. Tiba-tiba dia mengaum keras, sorotan hitam melesat dari tubuhnya berubah menjadi kera hitam berbulu besar setinggi 3 meter yang menyatu dengannya.
Shen Tianzi yang telah berubah menjadi kera raksasa hitam itu berlari kencang ke dinding tebing, memanjat ke puncak dengan kecepatan yang jauh melampaui Qin Xuan dan lainnya - seolah sedang berlari di tanah datar.
“Kamu masih belum mau melepaskan.” Qin Xuan yang diikat ekornya oleh Han Sen kewalahan mengejar Makhluk Darah Ilahi yang semakin menjauh, menghardik Han Sen.
Han Sen cepat-cepat melepas ekor Qin Xuan, menggantungkan diri di dinding tebing dengan cangkul pendakian. Shen Tianzi yang sedang terburu-buru memburu Makhluk Darah Ilahi kini tak sempat melepaskan panah dingin padanya.
"Shen Tianzi bajingan itu, punya roh hewan bermutasi kuat tapi malah menyuruh kita memanjat dan mengambil risiko. Benar-benar bukan barang." Han Sen memandang sinis gorila hitam raksasa hasil transformasi Shen Tianzi yang mendaki secepat angin puyuh, hati dipenuhi kecemburuan dan kebencian.
Meski Sang Pembantai Berdarah-nya kuat, kelebihannya terletak pada kecepatan berlari di tanah datar dan kelincahan tangan manusia. Memaksa makhluk berkuku empat ini memanjat tebing curam - bagaimana mungkin?
Shen Tianzi dengan cepat melampaui singa emas yang diubah oleh Qin Xuan, menerjang ke belakang Makhluk Darah Ilahi. Namun makhluk tersebut telah mencapai puncak gunung. Melihat Shen Tianzi mendekat, ia langsung mengulurkan cakar untuk menyerang.
