Lü Weinan selama beberapa hari ini hampir muntah terus makan daging cakar beracun. Dengan mengandalkan roh binatang mount burung besi bermutasi yang dimilikinya, ia terbang masuk ke Rawa Kegelapan untuk berburu makhluk mutan. Baru setelah berkeliling beberapa hari, akhirnya berhasil memburu seekor cakar beracun ini.
Tapi satu ekor cakar beracun ukurannya lebih besar dari kerbau tua. Setelah dimakan selama lebih dari setengah bulan, setiap kali makan cakar beracun, dia hampir muntah tapi masih belum habis juga. Sisa satu kaki belakang ini, total hanya memberikan lima poin gen bermutasi.
Sekarang dia hanya memakan sepotong daging dari kuali, ternyata langsung mendapatkan satu poin gen bermutasi. Ia langsung paham mengapa lawannya tidak mau menukar. Meski sama-sama adalah makhluk mutan, daging kaki belakang Claw Beast miliknya jauh kalah dibandingkan satu kuali penuh ini.
Sorot mata Lü Weinan ke arah kuali daging itu tiba-tiba membara, lalu beralih ke Han Sen. Dalam sekejap ia menghunus pedang, sambil dengan anggun meniup peluit. Burung Besi Bersayap itu langsung mengepakkan sayapnya dan melayang di atas kepalanya.
"Kamu mau menukar, atau biar Aku yang membereskanmu dulu baru makan daging?" Lü Weinan jelas-jelas berniat makan tanpa bayar. Lagipula di Rawa Kegelapan ini tidak banyak orang, membunuh lawan pun tak ada yang tahu. Apalagi ia masih punya Burung Besi Bersayap yang bisa terbang, di Rawa Kegelapan ini bisa dibilang makhluk yang tak terkalahkan.
"Pergi sejauh mungkin." Han Sen dengan tenang melontarkan satu kata.
“Cari mati.” Lü Weinan yang tersudung oleh Han Sen berteriak keras, menghantamkan pisau ke arah Han Sen. Meski telah mendapatkan roh binatang Burung Besi Berbulu Bermutasi, namun nasibnya dalam hal senjata roh binatang jelas kurang baik. Saat ini dia masih menggunakan pisau dengan kandungan baja-Z lima persen.
Han Sen yang mengenakan Baju Zirah Darah Suci sama sekali tidak takut dengan senjata seperti ini. Daripada memanggil Sang Pembantai Berdarah, dia malah memanggil Tombak Gergaji Darah Bermutasi dan langsung menyambut pisau baja Lü Weinan.
Ciak!
Tombak Gergaji Darah seperti mengiris tahu, langsung memutus pisau Lü Weinan. Tanpa jeda, tombak itu langsung menusuk ke arah Lü Weinan.
“Gawat!” Lü Weinan dalam hati berteriak. Dengan langkah kaki yang terbelah rapi, tubuhnya memutar seperti ular, berhasil menghindar dari tusukan Han Sen di saat-saat genting.
Lü Wei Nan tidak henti-hentinya mundur dengan cepat, teknik geraknya yang mengerikan dan licin mencapai puncaknya. Han Sen menusuk beberapa kali namun semuanya meleset. Ia sudah melompat ke punggung Burung Besi Bulu, langsung terbang ke langit.
"Berani melawan Tuan Muda, aku akan menghancurkanmu!" Lü Wei Nan terlihat sangat bangga. Ia mengeluarkan panah dan busur, hendak menembak Han Sen di bawah.
Tiba-tiba sayap kembar muncul di punggung Han Sen, melesat ke angkasa dengan ketinggian dan kecepatan yang melampaui Burung Besi Bulu.
"Sial...!" Lü Wei Nan nyaris terpaku seperti patung. Mana sangka lawannya ternyata punya kemampuan terbang, bahkan lebih langsung dengan mengeluarkan sayap!
Secara tidak sadar, Lü Wei Nan memerintahkan Burung Besi Bulu untuk terbang mati-matian ke ketinggian maksimal.
Meski sayap roh hewan bermutasi, kecepatannya terbatas dan ketinggiannya pun tidak ekstrim. Burung Besi Bulu seharusnya bisa melepaskan diri darinya.
Tapi tak lama kemudian Lü Weinan menyadari bahwa dirinya sama sekali salah. Lawannya tidak hanya bisa terbang sangat tinggi, tapi juga memiliki kecepatan luar biasa. Hanya sekejap mata, lawan itu sudah menyusul.
"Orang macam apa monster ini? Jangan-jangan sayapnya level darah suci?" Lü Weinan hampir menangis. Baru sekali ini dia pamer, eh malah ketemu monster begini.
Lihatlah sayapnya! Baju zirah emas yang menutupi seluruh tubuh, tombak panjang mengerikan berkilau keemasan di tangannya. Desain uniknya persis seperti Malaikat Penghakiman. Mana ada sedikit pun ciri-ciri manusia biasa?
Han Sen sudah melayang di belakang Lü Weinan. Langsung menusuk dengan tombak. Sekarang Lü Weinan menyesal sampai ingin membentur tembok. Ngapain juga kabur pakai burung besi? Semua teknik menghindar jadi percuma. Dia hanya bisa tiarap di punggung burung, sama sekali tak bisa bergerak. Sedikit saja berguling pasti terjatuh.
Tertawa terkekeh!
Tombak panjang langsung menusuk pantat Lü Weinan, membuat pantatnya robek panjang. Rompi sutra lembutnya sama sekali tak mampu menahan, darah langsung muncrat deras.
"Saudara... saudara... mari bicara baik-baik... semua ini cuma kesalahpahaman!" teriak Lü Weinan panik.
Han Sen mengabaikannya, kembali menikamkan tombak yang membuat goresan darah di sisi lain pantat Lü Weinan. Darah mengucur deras dengan suara glek glek.
"Kakak, Tuan, aku salah! Jangan ditusuk lagi! Kalau ditusuk lagi aku benar-benar mati! Aku menyerah, boleh kan?" jerit Lü Weinan sambil terus memohon ampun.
Han Sen mengabaikannya, masih ingin melanjutkan menusuk. Lü Weinan melihat tombak panjang emas mengerikan Han Sen kembali menusuk ke arahnya, gigi-gigi bergerigi di ujung tombak memancarkan cahaya dingin yang menakutkan, segera berteriak: "Kakak, bicaralah baik-baik, untuk apa jantan menyusahkan sesama jantan? Membunuhku pun tidak akan memberi keuntungan. Lihatlah, setidaknya aku punya roh binatang yang bisa terbang, masih bisa berguna untuk jadi kurir atau membantu... Aduh..."
Lü Weinan kembali ditusuk tombak. Wajahnya kini sudah pucat, kehilangan terlalu banyak darah. Jika terus begini, pasti mati. Melihat seluruh tubuhnya hitam legam, dengan gigit bibir ia menyobek celana dalam putih bernoda darah dari dalam pakaiannya. Sambil mengibas-ngibaskannya di tangan, ia berteriak: "Kakak, jangan menusuk lagi! Aku menyerah! Mari kita bernegosiasi baik-baik. Bukankah kebijakan Alliance adalah memperlakukan tawanan dengan baik?"
Han Sen terus diam, Lü Weinan mengira angin kencang saat terbang membuat Han Sen tidak mendengar ucapannya, sehingga memikirkan metode mengibarkan bendera putih yang universal di alam semesta sebagai isyarat penyerahan diri.
"Terbang kembali." Han Sen melihat sikap Lü Weinan yang mengibarkan celana dalam compang-camping itu, hampir tak bisa menahan tawa, memaksakan diri berkata dengan suara berat.
Lü Weinan langsung berseri-seri, segera memerintahkan Burung Besi Mutasi untuk terbang kembali ke wilayah tempat sebelumnya bertemu Han Sen.
Kembali ke lokasi api unggun tadi, panci berisi daging masih ada. Begitu mendarat, Lü Weinan langsung menjerit kesakitan karena luka di pantatnya tertarik.
"Coba jelaskan, bagaimana rencanamu untuk mengganti rugi kerugian saya?" Han Sen tersenyum manis menatap Lü Weinan yang memegangi pantatnya.
Ekspresi wajah Lü Weinan langsung membeku: "Kakak, selain Burung Besi ini, apa pun yang kau inginkan akan kuberikan. Silakan pilih apa yang menarik bagimu."
Sambil berkata demikian, Lü Weinan memanggil tujuh delapan roh binatang sambil memasang wajah masam: "Kakak, semua roh binatangku ada di sini. Kakak bisa asal pilih, roh mana yang tertarik bisa kakak ambil sebagai permintaan maafku."
Han Sen melirik roh-roh binatang yang dipanggil Lü Weinan. Di antaranya ternyata ada satu roh hewan bermutasi! Pasti si anak ini tidak memanggil semua roh binatangnya. Tapi kehadiran satu roh mutasi ini seolah bermaksud menebus nyawanya dengan roh hewan bermutasi itu, sekaligus memupus niat Han Sen untuk mengambil Burung Besi. Burung Besi itu adalah andalannya yang paling vital, dipertaruhkan nyawa sekalipun takkan diserahkan.
"Roh binatang itu, dan dirimu, harus mengikuti perintahku sampai aku meninggalkan Rawa Kegelapan." Han Sen merasa anak muda ini masih bisa dimanfaatkan. Selain itu, harus dicegah agar dia tidak kabur sembarangan. Bagaimana jika dia lebih dulu menemukan hutan itu dan membunuh Lebah Hitam Bermutasi? Jika itu terjadi, tujuan akhir Han Sen datang ke Rawa Kegelapan akan meleset.
