Han Sen tentu belum pantas disebut jagoan top dalam suit jari. Tapi dia memang telah berlatih keras di bidang ini - bukan untuk suit jari, melainkan untuk memprediksi pola pergerakan dan orbit makhluk mutan.
Bagi seorang pemanah, kemampuan seperti ini jelas merupakan poin penting yang sangat krusial.
Membunuh sasaran diam dengan panah semua orang bisa, banyak yang mampu menembak jantung merah dari jarak 50 meter. Tapi makhluk mutan tidak mungkin diam terus-menerus untuk ditembak. Kemampuan pra-penilaianlah yang terpenting untuk benar-benar membunuh buruan yang bergerak.
Menguasai timing yang cepat berlalu, memprediksi orbit gerakan musuh, lalu melepaskan panah maut. Han Sen punya bakat alami di bidang ini, kalau tidak dia tak akan memilih kemampuan memanah sebagai bidang yang ditekuni.
Setelah masuk dunia perlindungan, kemampuan memanah tak berguna lagi. Han Sen kemudian melatih keterampilan menyembunyikan diri dan menyergap ala pembunuh. Ini menuntut pra-penilaian lebih akurat, saraf lebih tahan banting, dan respons lebih cepat. Sedikit saja kesalahan dalam serangan mematikan ke makhluk mutan, dia harus menghadapi serangan balik paling sengit.
Sejak sebulan lebih di perlindungan, Han Sen tak pernah gagal lagi. Ini membuktikan betapa hebatnya kemampuan menilai situasi dan mengendalikan timing yang dimilikinya.
Kini Han Sen telah mendapatkan begitu banyak gen, kecepatan respons sarafnya meningkat drastis. Sungguh sulit untuk mengalahkannya dalam permainan seperti suit.
"Batu... Gunting... Kain..."
Begitu Fang Jingqi selesai meneriakkan "Kain", Han Sen dan Tang Zhenliu langsung mengeluarkan isyarat. Hasilnya Han Sen tetap menunjukkan gunting, sementara Tang Zhenliu malah mengeluarkan kain.
Tang Zhenliu tak menyangka akan kalah. Saat ia menyadari dan hendak mengambil piring buah, segelas alkohol sudah muncrat ke wajahnya. Sensasi pedas membakar kulit, bahkan sebagian cairan masuk ke hidungnya membuatnya terbatuk-batuk sampai mata berkaca-kaca.
"Pemain Senior Tang kehilangan satu poin." Fang Jingqi dengan sangat serius mencatat hasilnya.
Tang Zhenliu jelas-jelas nggak terima. Ia mengusap wajah dengan handuk sembari menatap tajam Han Sen: "Lagi!"
Han Sen tentu saja senang melanjutkan. Keduanya mulai kembali. Tang Zhenliu yang dijuluki "raja kecil suit" ini, dalam sepuluh ronde hanya bisa menang empat kali. Namun dari empat kemenangan itu, semua minuman berhasil dihalangi Han Sen dengan nampan buah. Tak setetes pun mengenai Han Sen.
Sebaliknya, di setiap kekalahannya, Han Sen selalu lebih cepat menyiramkan minuman. Rambut dan wajah Tang Zhenliu basah kuyup seperti ayam yang kehujanan.
Awalnya Tang Zhenliu masih berusaha mengelap mukanya. Tapi setelah beberapa kali, fokusnya hanya pada mengalahkan Han Sen. Bahkan tidak mengelap sama sekali.
"Gak bisa! Kita main Lima Belas Dua Puluh saja. Batu-gunting-kain terlalu mudah dicurangi!" Tang Zhenliu akhirnya meledak setelah kalah tujuh delapan kali.
"Boleh saja. Tapi jelaskan dulu aturannya. Aku belum pernah main Lima Belas Dua Puluh," kata Han Sen.
"Aturannya sederhana..." Tang Zhenliu mulai menjelaskan mekanika permainan Lima Belas Dua Puluh kepada Han Sen.
Game Lima Belas Dua Puluh sama seperti Batu-Gunting-Kertas yang mengandalkan reaksi cepat. Tapi dalam Lima Belas Dua Puluh, kedua tangan ditempatkan di depan sehingga lawan lebih mudah membaca gerakan, tidak mudah melakukan manipulasi.
Han Sen memang belum pernah memainkannya sebelumnya, kalah empat kali berturut-turut. Namun Tang Zhenliu tidak bisa berbangga diri, karena meski Han Sen kalah empat kali, tidak satu pun siraman alkoholnya mengenai Han Sen—semuanya terhalang oleh piring buah.
Setelah empat ronde, Han Sen telah menguasai inti permainan Lima Belas Dua Puluh. Dengan kemampuan prediksi dan reaksi yang kuat, Tang Zhenliu kembali sering kalah.
Tep tep... tep tep... tep tep...
Suara alkohol menghantam wajah terdengar tak henti di ruang privat. Mata Tang Zhenliu telah memerah bak darah, terus-menerus bertarung sengit dengan Han Sen. Seluruh tubuhnya basah kuyup seperti baru dikeluarkan dari tong alkohol, bahkan celana pun basah meneteskan alkohol.
Dalam hati Tang Zhenliu penuh kebencian: "Bagaimana mungkin... Raja Tebak Juri kebalku yang tak terkalahkan bisa kalah memilukan begini... Pasti ada yang salah di sini..."
Fang Jingqi yang melihat Tang Zhenliu terus menerus kalah, sudah dua kali mencoba menyarankannya berhenti. Tapi mata Tang Zhenliu sudah memerah tanda keputusasaan, hanya ingin balas dendam, sama sekali tidak menghiraukan nasihat Fang Jingqi.
"Dendam ini harus kubalas, pasti akan kubikin dia basah kuyup juga!"
"Tidak bisa! Bagaimanapun juga aku harus menang beberapa kali!"
"Sekali saja, setidaknya harus menang sekali melawannya!"
"Biarkan aku menang sekali saja... sekali menang langsung berhenti..."
Ekspektasi Tang Zhenliu terus merosot, tapi bertahan mati-matian bahkan sekali pun tak pernah benar-benar menang.
Di bagian akhir, konsentrasi Tang Zhenliu sudah buyar, bahkan menebak juri biasa saja sulit menang, sepenuhnya jadi bulan-bulanan Han Sen.
Qu Wange melihat waktu sudah hampir habis, membawa Xiao Yan pulang. Dia mengira Han Sen yang bermain dengan Tang Zhenliu dan Fang Jingqi pasti akan dijahili habis-habisan.
Tapi ketika Qu Wange berjalan ke ruang VIP, di luar tak mendengar ada gerakan sama sekali, hatinya bertanya: "Jangan-jangan Han Sen sudah dibuat mabuk oleh Tang Zhenliu dan kawan-kawannya?"
Qu Wange mendorong pintu, pemandangan yang menyambut membuatnya membeku sejenak.
Tampak Han Sen dan Fang Jingqi sedang duduk di meja sambil minum teh dan mengobrol, penampilan Han Sen rapi tak ternoda sama sekali.
Sementara Tang Zhenliu duduk sendirian di sofa, seluruh tubuhnya basah kuyup, dengan ekspresi putus asa seperti baru mengalami pukulan berat.
Semakin lama Qu Wange mengamati, semakin Tang Zhenliu terlihat seperti gadis yang baru diperkosa, mata merahnya berkilauan oleh genangan air mata yang menyentuh hati.
"Lao Tang, apa yang terjadi denganmu?" Qu Wange terkejut bukan main, tak disangkanya Tang Zhenliu justru yang berakhir dalam kondisi mengenaskan seperti ini.
Tang Zhenliu baru saja sadar, tidak menjawab pertanyaan Qu Wange, tiba-tiba matanya menyala kilatan keganasan, menerjang Fang Jingqi dengan garang sambil berteriak penuh kebencian: "Bagus kau bos keempat, berani-beraninya menjebak aku..."
Qu Wange tak tahu sebenarnya apa yang terjadi, namun Han Sen menghampirinya dan bertanya sambil tersenyum: "Guru Qu, bagaimana sistem pembayaran paket nutrisi level tinggi di sekolah itu?"
"Sekarang Xiao Yan menggunakan paket seharga seratus ribu yuan per bulan, efeknya memang tidak memuaskan. Mengingat intensitas pembelajaran di Santo Hua, paket nutrisi tiga ratus ribu yuan sebulan seharusnya cukup. Tentu saja, semakin tinggi level nutrisi efek semakin baik, tergantung kemampuan ekonomi keluarga kalian. Tapi setidaknya paket tiga ratus ribu yuan, kalau tidak akan merugikan nilai akademis dan raga Xiao Yan." Qu Wange memberikan gambaran umum.
“Jika menggunakan paket nutrisi level tertinggi, ditambah layanan ahli perawatan tingkat tinggi, berapa biaya per tahunnya?” Han Sen bertanya lagi.
“Kalau begitu, Anda bisa memilih paket peringkat S sekolah. Semua fasilitas menggunakan yang paling premium di institusi, setahun 1,5 juta.” Qu Wange memandang Han Sen dengan tatapan penuh kebingungan.
“Bagus, tolong Guru Qu nanti menguruskan paket peringkat S untuk Xiao Yan.” Han Sen melihat saldo rekeningnya yang baru saja bertambah 16,7 juta, menjawab dengan sangat lancar.
