Han Sen: Belum berevolusi.
Peringkat: -
Umur: 200
Persyaratan evolusi tubuh dewa: Gen 100 poin
Gen yang dimiliki: Gen biasa 100 poin, Gen purba 100 poin, Gen bermutasi 47 poin, Gen Tuhan 29 poin.
Memiliki roh binatang: Kumbang Hitam Darah Dewasa, Sang Pembantai Berdarah, Naga Bulu Ungu Darah Suci, Kucing Bermutasi Tiga Mata, Ikan Tombak Hitam Bermutasi, Lebah Penyengat Hitam Bermutasi, Ikan Gergaji Darah Bermutasi.
Han Sen melihat status dirinya saat ini yang masih bisa disebut memuaskan, sudah memiliki tiga roh hewan suci darah ilahi dan beberapa roh hewan bermutasi.
Hanya saja dua di antara roh hewan bermutasinya cukup membuat frustasi. Keduanya didapat dari orang lain - Kucing Bermutasi Tiga Mata adalah tipe peliharaan yang sementara tidak berguna, sementara Ikan Tombak Hitam Bermutasi dari Lu Weinan hanyalah mount air yang sama sekali tidak berguna jika dipanggil di darat.
Di sebuah hutan kecil di tempat perlindungan, Han Sen mengundang Lin Beifeng untuk bertemu. Sengaja ia menunda beberapa hari memberikan daging mutasi itu agar tidak tumpang tindih dengan waktu penjualan Lebah Penyengat Hitam Bermutasi oleh Dewa B.
“Ini untukmu.” Han Sen memberikan dua ikan gergaji darah bermutasi yang sudah dikeringkan dari kantongnya kepada Lin Beifeng. Lebah penyengat hitam bermutasi jelas tidak bisa diberikan karena sudah dijual oleh B sebelumnya, jadi hanya bisa memberikan ini.
“Dua ekor!” Lin Beifeng berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
“Hasil kali ini lumayan.” Han Sen berusaha mengembalikan panah yang tersisa kepada Lin Beifeng karena tidak banyak terpakai.
“Tidak perlu, Kak Sen simpan saja dulu. Lain kali kalau ada kesempatan, bisakah mengajakku ikut?” Lin Beifeng memandang Han Sen dengan penuh harapan.
“Kalau ada kesempatan akan kuberi tahu. Tapi panahnya harus kamu ambil kembali.” Namun Han Sen memaksakan kembali semua panah itu.
Melihat Han Sen bersikeras tidak mau menerima, Lin Beifeng terpaksa mengambilnya kembali. Keduanya berbincang sambil berjalan bersama menuju Perlindungan Baja.
Baru sampai di pintu masuk Perlindungan Baja, mereka bertemu dengan Shen Tianzi dan Luo Tianyang beserta rombongannya. Luo Tianyang memandangi Han Sen dengan tatapan bak ingin memangsanya.
“Shen Tianzi, sudah lama tidak bertemu.” Lin Beifeng menyapa Shen Tianzi.
"Tuan Lin, kenapa kau bersama dia?" Shen Tianzi melirik Han Sen dengan tatapan dingin.
"Aku dan Kak Sen adalah teman. Kalian juga tidak punya dendam kesumat yang sesungguhnya. Atas nama saya, nanti saya minta Kak Sen mengadakan jamuan minum. Mari kita bertemu dan minum beberapa gelas. Urusan masa lalu kita lupakan, bagaimana?" Lin Beifeng berkata pada Shen Tianzi.
"Kau bilang lupa ya sudah? Kau mengira siapa dirimu ini?" Luo Tianyang mendongak dengan ekspresi meremehkan.
"Diam!" Shen Tianzi membentak Luo Tianyang, lalu berkata pada Lin Beifeng: "Tuan Lin, bukan saya tidak menghargaimu. Urusanku dengannya tidak sesederhana itu. Tanpa pertanggungjawaban, masalah ini tidak akan selesai."
"Pertanggungjawaban macam apa? Berapa yang harus dibayar, sebut angka. Aku yang akan menggantikannya membayar." Kata Lin Beifeng.
"Ini bukan masalah uang. Tanyakan sendiri padanya." Shen Tianzi tidak melanjutkan pembicaraan. Ia langsung memasuki Perlindungan Baja bersama Luo Tianyang dan yang lain.
“Kak Sen, sebenarnya ada apa ini?” Lin Beifeng memandangi Han Sen dengan bingung. Dia hanya mengira konflik antara Shen Tianzi dan Han Sen adalah masalah Maniak Pantat itu.
Han Sen menceritakan peristiwa dia menembak mati Zi Yu Lin Long. Lin Beifeng langsung tersenyum pahit: “Mengingat sifat Shen Tianzi, permusuhan ini memang sudah terlalu besar.”
Setelah jeda sebentar, Lin Beifeng kembali tertawa: “Tapi tidak masalah. Lagi pula kamu tidak mendapatkan roh binatang Zi Yu Lin Long. Nanti akan kucari cara untuk membantu mediasi. Bermusuhan dengan orang seperti Shen Tianzi bukan hal baik. Sebagai saudara, lebih baik berselisih dengan pria terhormat daripada pengecut sejati.”
Keduanya pun memasuki Steel Armor Shelter. Begitu masuk, mereka mendengar orang-orang di dalam berbisik-bisik tentang suatu insiden besar.
Han Sen menyimak lebih seksama. Ternyata mereka membicarakan urusan Dewa B dan Luo Tianyang - di putaran berikutnya, lawan Dewa B ternyata adalah Luo Tianyang.
“Dewa B bertabrakan dengan Luo Tianyang, kali ini ada tontonan menarik. Dulu Dewa B merebut Sang Pembantai Berdarah milik Shen Tianzi, Shen Tianzi pasti tidak akan membiarkan ini begitu saja. Luo Tianyang pasti akan melakukan perlawanan sengit dengan Dewa B kali ini.”
“Apa hak Luo Tianyang untuk melawan mati-matian dengan Dewa B? Menurutku dia bahkan tidak bisa bertahan sepuluh menit, pasti langsung dijatuhkan oleh Dewa B.”
“Jangan bicara sembarangan. Meski Dewa B hebat, Luo Tianyang juga tidak buruk. Apalagi ada Shen Tianzi yang memberikan dukungan di belakang layar, roh binatang pasti bisa dia gunakan sepuasnya. Siapa yang menang masih sulit diprediksi.”
“Apa yang sulit diprediksi? Dewa B pasti menang!”
“Haha, aku juga berpikir begitu. Luo Tianyang sehebat apa pun, apakah dia punya sayap? Bisakah dia melawan Shura Tanduk Emas?”
“Betul! Apa hak Luo Tianyang dibandingkan malaikat kecil kami Dewa B? Menurutku bahkan tidak perlu tiga menit, Dewa B sudah bisa menjatuhkannya.”
……
Han Sen tidak menyangka dirinya langsung bertemu Luo Tianyang, dalam hati ia menyimpan senyum dingin: "Brengsek seperti Luo Tianyang ini, sejak sudah jatuh ke tanganku, ini pasti berkah dari Yang Maha Kuasa."
Lin Beifeng matanya berbinar: "Aku melewatkan pertarungan Dewa B waktu itu, kebetulan sekarang ketemu, ayo kita tonton."
"Aku tidak ikut. Masih ada urusan di rumah, aku pulang dulu." Han Sen pasti tidak bisa menonton. Jika dia pergi, bagaimana Dewa B bisa tampil?
"Pertandingan Dewa B tidak ditonton?" Lin Beifeng membeku kaget.
"Apa istimewanya? Cuma seseorang biasa." Han Sen mengangkat bahu.
"Setiap orang berbeda. Aku Lin Beifeng jarang mengakui kelebihan orang, tapi Dewa B ini...aksi melawan orang Shura-nya, Fu!" kata Lin Beifeng.
"Baiklah, tapi di rumahku benar-benar ada urusan. Lain kali saja." Han Sen diam-diam merasa senang.
“Sayangnya di dunia perlindungan tidak bisa menggunakan peralatan perekam, kalau tidak pasti bisa direkam dan dikirim ke jaringan pengawasan, pasti akan viral.” Lin Beifeng pergi ke Dojo Bintang dengan wajah masam.
Han Sen berputar memutar, setelah mengenakan baju zirah kumbang hitam darah dewa, dia kembali ke Perlindungan Baja. Kali ini dia lebih berpengalaman, memakai tudung jubah besar yang menutupi hampir seluruh kepala, wajah, dan tubuhnya. Meski terlihat agak aneh, setidaknya tidak dikenali seperti sebelumnya.
Han Sen mencari sudut ruangan di tribun lalu duduk, sambil menonton pertandingan dia menunggu giliran tampil.
Baru saja duduk, beberapa orang mendekat dan duduk di dekatnya. Han Sen melirik lalu kaget ternyata itu anggota tim panah yang dipimpin Yang Manli.
Karena rombongan mereka besar, sudut sepi yang dipilih Han Sen tiba-tiba ramai oleh desakan orang-orang itu.
Su Xiaoqiao duduk bersandar di sebelah Han Sen, terpisah dua kursi adalah Yang Manli dan Liu Hongtao.
"Hei Kak, panas-panas begini kok pakai baju tertutup semua? Lagi meniru penyihir ya?" Mulut tajam Su Xiaoqiao masih sempat mempermainkan Han Sen setelah duduk.
"Nanti kuhajar kau, anak kurang ajar." Han Shen tidak menghiraukan ejekannya, hanya menggerutu dalam hati.
"Ketua, menurutmu kali ini Dewa B atau Luo Tianyang yang bisa menang?" Anggota tim panah mulai berdiskusi dengan semangat tentang pertempuran mereka.
