"Tidak mungkin pemimpin tim, jagoan yang direkomendasikan temanmu ini dia?"
"Maniak Pantat ini jagoan yang direkomendasikan temanmu?"
"Kakak, kamu tidak sedang bercanda dengan kami kan?"
"Kakak, kamu sedang mempermainkan kami ya?"
Seketika keributan meledak di sekitar Kakak Quan. Mereka sama sekali tidak percaya bahwa Maniak Pantat ternyata adalah sang jagoan yang disebut Kakak Quan.
Kakak Quan juga frustasi. Fang Jingqi memang mengatakan akan memperkenalkan seorang ahli pembunuhan terselubung, tapi bagaimanapun juga dia tidak menyangka bahwa orang yang dimaksud Fang Jingqi adalah Han Sen.
Tapi Kakak Quan mengerti karakter Fang Jingqi. Dia tahu Fang bukan tipe orang yang bertindak sembarangan. Jika dia merekomendasikan Han Sen, pasti ada alasannya.
Kakak Quan mengamati Han Sen dari ujung kepala hingga kaki, lalu berkata: "Fang Lao Si bilang kamu ahli dalam seni pembunuhan terselubung?"
"Lumayanlah, lebih baik dari orang biasa." Han Sen berkata.
"Lebih baik dikit dari orang biasa? Target kita kan Makhluk Darah Ilahi, kamu bisa tepercaya nggak sih?" Si Kelingking mencibirkan bibir, nada suaranya penuh ketidakpercayaan.
Tim Tinju Kakak Quan berbeda dengan Qin Xuan maupun Shen Tianzi. Mereka tidak punya latar belakang militer, juga bukan sekadar anak buah yang dihidupi oleh satu orang.
Tim Tinju adalah kumpulan orang-orang yang sefrekuensi. Kakak Quan dipilih sebagai bos, dan anggota menggunakan nama panggilan seperti nama jari.
Ibu Jari, Jari Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis, dan Kelingking - kelima orang ini plus Kakak Quan adalah tulang punggung Tim Tinju. Keenamnya hadir lengkap hari ini, membuktikan betapa seriusnya mereka menghadapi Makhluk Darah Ilahi ini.
Gen Tuhan Kakak Quan hampir penuh. Dengan menghabiskan daging makhluk ini, kemungkinan besar dia bisa mencapai kesempurnaan Gen Tuhan, lalu bermetamorfosis masuk ke Dunia Perlindungan Kedua.
Jadi Kakak Quan dan kawan-kawan tidak membagi-bagikan daging Makhluk Darah Ilahi, melainkan mengubah mount mutasi itu sebagai imbalan.
Kakak Quan melambaikan tangan, memberi isyarat agar Kelingking berhenti bicara dulu, sorot matanya yang membara mengawasi Han Sen: "Aku percaya visi Lao Si, tapi momen ini sangat penting, aku juga wajib bertanggung jawab pada saudara-saudaraku. Tunjukkan skillmu."
Kakak Quan mencabut pisau belati dari pinggangnya, memutar terbalik, lalu menyerahkan gagangnya ke hadapan Han Sen.
Han Sen juga tidak ambil pusing. Di Perlindungan Baja, nama/reputasinya tidak begitu baik, dia sudah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi. Wajar kalau Kakak Quan bersikap demikian.
Han Sen mengulurkan tangannya dan menggenggam pisau belati yang disodorkan Kakak Quan. Kakak Quan baru hendak menarik kembali tangannya, tiba-tiba melihat tangan Han Sen yang memegang pisau itu bergerak. Dengan panik, Kakak Quan berusaha menghindar, namun pisau yang baru saja dia berikan itu sudah menempel di lehernya. Seluruh tubuh Kakak Quan membeku tak berani bergerak, kedua tangannya terhenti di udara bahkan belum sempat menyelesaikan gerakan blokir.
Xiao Mu Zhi dan beberapa orang lain yang awalnya ingin menonton keramaian, kini terpana seperti melihat keajaiban. Ekspresi wajah mereka berubah menjadi serius.
Kemampuan fisik Kakak Quan sangat mereka pahami. Meski ini adalah serangan mendadak Han Sen, tapi bisa membuat Kakak Quan tak sempat bereaksi sampai pisau itu menempel di lehernya - kelima orang termasuk Xiao Mu Zhi mengakui mereka tak memiliki keahlian sehebat ini.
Han Sen menjauhkan pisau dari leher Kakak Quan, mundur dua langkah sambil melempar kembali pisau tersebut. Dengan senyum dia berkata: "Masih perlu dicoba lagi?"
"Tidak perlu, kita bergegas saja." Kakak Quan bersikap tegas, menatap dalam-dalam ke arah Han Sen sebelum menusukkan pisau belati kembali ke pinggangnya.
Sorot mata Si Ibu Jari dan kawan-kawan dipenuhi rasa penasaran terhadap Han Sen. Mereka tak menyangka sang "Maniak Pantat" yang terkenal jahat di Perlindungan Baja ternyata memiliki kemampuan seperti ini.
Namun mereka semua memilih diam, memanggil mount masing-masing lalu langsung melanjutkan perjalanan bersama.
Han Sen yang tak memiliki mount diundang Kakak Quan untuk menunggangi mount mutasi sekuat badaknya. Rombongan ini segera menuju pegunungan di selatan.
Sepanjang perjalanan hanya berhenti untuk istirahat dan makan, hingga di hari ketiga mereka akhirnya berhenti di sebuah ngarai besar.
Han Sen memperkirakan: Tanpa mount mutasi ini, orang biasa mungkin butuh 10-15 hari berjalan kaki untuk mencapai tempat ini.
Setelah masuk ke ngarai besar, kami tidak boleh lagi menggunakan mount. Han Sen mengikuti Kakak Quan dan yang lain memasuki ngarai besar, menyusuri dinding tebing menurun. Di tengah lembah mengalir deras sungai besar, namun target Kakak Quan tidak berada di sungai.
Setelah berjalan menyusuri dinding tebing selama lebih dari dua jam, akhirnya terlihat di tebing dekat sungai sebuah gua bawah tanah besar. Dalam kegelapan pekat tanpa cahaya, beberapa orang menyalakan obor dan masuk. Seketika terlihat banyak stalaktit raksasa seperti pilar batu.
"Semua harus waspada! Meski waktu itu kita sudah membersihkan area ini, lingkungan di sini rumit. Sulit menjamin tidak ada yang lolos atau makhluk mutan dari wilayah lain yang kabur ke sini. Siapkan diri kalian semua!" kata Kakak Quan dengan khidmat.
Para anggota serentak membenarkan. Ibu jari mengangkat perisai mutasi besar sebagai pembuka jalan di depan, sementara yang lain mengikuti formasi ular di belakangnya menuju kedalaman gua.
Kelingking berjalan di posisi paling belakang, sepasang pisau roh binatang di tangannya. Matanya terus mengamati sekeliling dengan tatapan waspada.
Di dalam gua terdengar suara butiran air yang jatuh sesekali, bergema dengan sangat keras di dalam gua. Batu-batu di bawah kaki sangat licin, beberapa area bahkan menggenangi air sedalam satu kaki.
Semua orang berjalan dengan hati-hati, bukan karena medannya sulit, tetapi khawatir dari gua-gua yang berantakan itu tiba-tiba muncul makhluk mutan.
Sepanjang jalan Han Sen melihat banyak goresan darah yang terlihat sudah berusia beberapa hari, mungkin peninggalan dari kunjungan terakhir Kakak Quan dan timnya.
Jelas kekhawatiran mereka berlebihan. Sepanjang perjalanan sama sekali tidak menemui bahaya, seolah semua makhluk mutan sudah dibersihkan saat kunjungan sebelumnya, bahkan makhluk purba pun tidak terlihat.
"Semua diperhatikan baik-baik! Kita hampir sampai di lokasi tujuan, jangan ada yang membuat gerakan mencurigakan!" Setelah berjalan empat lima jam, Kakak Quan yang berada di posisi kedua tiba-tiba berbisik dengan suara tertekan.
Sebenarnya perkataan ini ditujukan kepada Han Sen. Mereka yang lain sudah pernah datang sekali sebelumnya, jadi sudah tahu bahwa mereka hampir mencapai akhir. Bahkan suara keras pun tidak berani dikeluarkan, semua bergerak pelan-pelan seperti kucing.
Han Sen mengangguk tanda paham. Barulah Kakak Quan memberi isyarat kepada ibu jari di posisi paling depan untuk melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, ujung gua depan pun tercapai. Ruang gua tiba-tiba terbuka lebar menjadi sebuah gua batu yang sangat besar. Stalaktit sepanjang beberapa meter bergelantungan di langit-langit gua, bahkan tidak mencapai sepersepuluh ketinggian gua. Di dalam gua raksasa ini tumbuh subur tumbuhan rambat hitam yang tidak dikenal, daun-daun di tumbuhan tersebut lebih hitam seperti dicelup tinta. Sesekali terlihat bunga-bunga kecil hitam bertaburan di antara jalinan tumbuhan rambat.
Gua tempat Han Sen dan rombongannya masuk berada di tengah tebing gua besar ini. Di bagian lain tebing, terdapat banyak mulut gua serupa. Kakak Quan memberi isyarat diam padanya, lalu menunjuk ke bawah gua. Han Sen mengulurkan kepala untuk melihat ke bawah, matanya langsung berbinar-binar.
