Han Sen mengabaikan seruan itu. Menyaksikan kawanan Monyet Ekor Hitam Beracun menjerit-jerit secepat angin menuruni gunung, Han Sen sekali lagi menarik busur di tangannya.
Li Xiaogu dan beberapa remaja lain mengira Han Sen sudah gila. Dengan jumlah Monyet Hitam sebanyak ini, berapa ekor bisa dibunuhnya? Begitu dikepung, cukup satu cakaran racun saja, itu sama saja sudah mati.
Namun saat mereka masih berimajinasi berlebihan, deringan tali busur kembali bergema. Kemudian suara "twang" yang nyaring dan hampir bersambung menjadi satu garis lurus terus bergema tanpa henti.
Seberkas cahaya hitam melesat, seketika menembus kepala Monyet Racun Ekor Hitam. Sebelum kilat itu meredup, panah itu telah kembali ke tangan Han Sen, lalu melesat lagi. Anak panah hitam itu bagai kilat menyambar, menembus tengkorak monyet lain.
Tak ada gerakan sia-sia, tak ada penyimpangan sedikit pun. Tali busur dan anak panah menyatu bagai satu kesatuan, memancarkan keindahan yang tak terucapkan.
Dengung tali busur, lontaran panah, kematian monyet - semuanya mengalir dalam harmoni alamiah, seolah memang seharusnya begini adanya.
Xu Xiangqian dan yang lain tertegun seperti patung. Kaki mereka membeku di tempat, mata membelalak menyaksikan kepala-kepala monyet itu tertembus satu per satu.
Belasan Monyet Racun Ekor Hitam belum sampai ke kaki gunung, separuhnya sudah jadi mayat di ujung panah Han Sen. Sisanya menjerit ketakutan, melarikan diri kembali ke puncak.
Xu Xiangqian dan yang lainnya belum juga sadar selama setengah hari, memandangi monyet-monyet ekor hitam yang kepalanya tertembus itu. Tatapan mereka ke Han Sen seperti melihat hantu.
Tiba-tiba, terdengar jeritan marah dari dalam hutan. Seketika terlihat seekor monyet ekor hitam berukuran raksasa, dua kali lebih besar dari biasanya, menyambar turun dari gunung bagai angin puyuh dan tiba di kaki gunung dalam sekejap mata.
"Monyet Ekor Hitam Mutasi!" teriak Li Xiaogu panik.
Namun sebelum jeritannya usai, dentang tali busur yang tegas telah bergema. Kilatan hitam menyambar udara.
Haa!
Kepala monyet mutasi itu tertembus. Raga monyet itu terlempar dan tertancap di pohon besar di belakangnya.
Li Xiaogu dan beberapa orang lainnya menatap dengan ekspresi bodoh ke arah Monyet Racun Ekor Hitam yang telah bermutasi dan ditancapkan mati di pohon. Saat mereka tersadar dan mencari Han Sen, mereka melihatnya sudah mengembalikan busur ke punggungnya, seolah baru melakukan hal yang tak berarti.
……
Pada hari pertandingan peringkat Sepuluh Dewa, hampir semua orang memusatkan perhatian pada pertandingan hari ini. Tentu saja, yang paling dinanti-nantikan adalah duel antara Dewa B dan Lin Feng.
Namun hingga pertandingan dimulai, siluet Dewa B tetap tak terlihat.
Menggunakan sistem poin, setiap peserta harus bertarung melawan sembilan lawan lainnya. Peringkat ditentukan oleh jumlah kemenangan.
Awalnya masih ada secercah harapan saat giliran Dewa B belum tiba. Tapi ketika sesinya tiba, ketidakhadirannya membuatnya langsung dinyatakan kalah.
Suara gempar langsung memenuhi luar arena. Kekecewaan menyelimuti mereka yang telah lama menanti partisipasi Dewa B.
Berbagai hipotesis dan kabar burung pun mulai bermunculan.
Ada yang bilang Dewa B mengalami cedera saat berburu makhluk darah ilahi sehingga tidak bisa ikut kompetisi.
Ada juga yang mengatakan Dewa B adalah tentara aktif yang sedang menjalankan perintah di medan pertempuran, sehingga tidak sempat mengikuti pertandingan.
Tentu saja, ada yang mengatakan Dewa B takut pada Lin Feng, sehingga tidak berani ikut kompetisi.
Namun, argumen semacam ini cukup jarang, mengingat performa Dewa B dalam pertarungan melawan Yi Dongmu terlalu memukau, kekuatannya telah diakui oleh mayoritas.
Tiba-tiba berbagai spekulasi beredar di Alliance, hal pertama yang dipikirkan orang tentu masih Fang Mingquan dan "Perang Para Dewa", berharap Fang Mingquan bisa memberikan jawaban yang memuaskan mengapa Dewa B tidak ikut Peringkat Dewa.
Fang Mingquan tentu tidak mungkin tahu alasan Han Sen tidak datang. Dia hanya menulis sebuah artikel berjudul "Kamu adalah Raja Tanpa Mahkota di Hatiku", menyatakan bahwa terlepas dari apakah Dewa B ikut kompetisi atau tidak, posisi akhir yang bisa diraih, Dewa B selamanya akan tetap menjadi satu-satunya raja di hatinya sekaligus peringkat pertama abadi.
Tidak bisa mendapatkan jawaban dari Fang Mingquan, api gosip di hati masyarakat tak kunjung padam. Namun nyatanya tak ada yang tahu alasan sebenarnya Dewa B tidak ikut kompetisi. Segudang analisis dan laporan yang beredar pun sama sekali tak membantu.
Hingga seluruh Pertarungan Peringkat Dewa berakhir, Dewa B tetap tak muncul. Semua sesi pertandingannya dinyatakan forfeit dengan kekalahan otomatis, menempatkannya di peringkat terakhir Sepuluh Dewa.
Namun tak seorang pun meragukan kekuatan Dewa B. Setidaknya, mustahil baginya berada di posisi kesepuluh.
Sementara peringkat pertama edisi ini dimenangkan Lin Feng tanpa suspense. Setiap pertandingannya menghadirkan performa spektakuler, meski akhirnya lawan-lawannya harus mengakui keunggulannya dengan kekalahan tipis.
Setiap peserta mengalami nasib serupa, namun hasil akhirnya tetap tak menyisakan ruang untuk kejutan.
Fokus utama edisi Pertarungan Peringkat Dewa ini sama sekali bukan pada peringkat peserta. Bahkan pembahasan tentang siapa juara pertama hampir tak ada. Yang paling sering diulas adalah: seandainya Dewa B ikut, siapakah antara dia dan Lin Feng yang akan merebut tahta?
Seorang wartawan perempuan mewawancarai Lin Feng: "Apakah Dewa B tidak ikut kompetisi karena takut kepada Anda?"
Lin Feng hanya berkata dengan datar: "Seperti aku tidak akan takut pada lawan mana pun, dia juga begitu."
Setelah berkata demikian, dia tidak menghiraukan wawancara apa pun lagi.
Para wartawan yang gagal mewawancarai Lin Feng akhirnya mengejar teman baiknya Tang Zhenliu.
Hal ini membuat Tang Zhenliu frustasi. Meski meraih peringkat kedua - prestasi terbaiknya dalam beberapa tahun - tidak ada yang memperhatikan pencapaiannya. Paling-paling hanya ucapan selamat seadanya, lalu langsung menanyakan tentang Dewa B.
"Tang Zhenliu, menurutmu jika Dewa B ikut bertempur, siapa yang akan meraih peringkat pertama antara dia dan Lin Feng?"
"Tang Zhenliu, menurutmu kenapa Dewa B tidak ikut kompetisi?"
"Siapa yang lebih mungkin menang antara Dewa B dan Lin Feng?"
"Apakah Dewa B dan Lin Feng saling mengenal?"
"Apakah kamu berteman dengan Dewa B?"
Berbagai pertanyaan ini membuat kepala Tang Zhenliu pusing. Akhirnya bahkan Tang Zhenliu bersembunyi dan tidak keluar rumah untuk menghindari pengejaran dan blokade para wartawan.
Di jaringan pengawasan penuh dengan thread yang membahas masalah-masalah ini, ada fans Dewa B juga penghina Dewa B. Meskipun perang para dewa sudah sepenuhnya berakhir, berbagai thread diskusi terus bertahan hampir sebulan sebelum perlahan menghilang.
Han Sen dan Xu Xiangqian serta yang lainnya membutuhkan waktu kurang dari sebulan untuk mencapai Perlindungan Kejayaan.
Perkiraan Xu Xiangqian tentang waktu sebulan lebih itu berdasarkan kecepatan perjalanan mereka sendiri yang harus menghindari kawanan besar makhluk mutan. Dengan bergabungnya Han Sen, mereka tidak perlu berputar-putar lagi - cukup satu orang, satu busur, satu panah, langsung menyerbu dan membunuh.
Selama tidak menghadapi kawanan makhluk mutan yang terlalu besar, dengan kehadiran Han Sen, tidak ada satu pun makhluk mutan yang bisa mendekat dalam radius 10 meter. Xu Xiangqian dan kawan-kawan menyaksikan sendiri betapa mengerikannya seorang penembak jarak jauh yang kuat.
Bahkan performa Han Sen selama perjalanan membuat beberapa dari mereka beralih mempelajari panah sebagai senjata.
Setelah tiba di perlindungan, Han Sen baru menyadari bahwa dirinya ternyata tidak bisa menerima hadiah roh hewan suci darah ilahi secara acak dari Anak Dewa Kesepuluh. Dia harus kembali ke Perlindungan Baja tempat asalnya untuk menerimanya di depan prasasti suci.
