"Membunuh Luo Shou level darah suci. Tidak memperoleh roh binatang. Jika dikonsumsi, bisa mendapatkan 0 hingga 10 point Gen Tuhan secara acak."
Han Sen sama sekali tak menghiraukan notifikasi itu. Matanya hanya fokus pada ikan yang mendidih di panci, air liur nyaris menetes. Laparnya sudah mencapai puncak – perutnya masih terus berbunyi keras.
Tapi Han Sen terus-menerus bersabar, sampai daging dalam panci ini mencapai kontrol api yang tepat, barulah dia langsung membawa panci lengkap ke hadapannya, menyuapkan potongan besar daging ke mulutnya.
"Memakan daging roh binatang suci Luo Shou, memperoleh 1 point Gen Tuhan."
"Memakan daging roh binatang suci Luo Shou, memperoleh 1 point Gen Tuhan."
……
Han Sen mirip dengan orang gila, mengunyah dan melahap dengan rakus, ternyata menelan hampir dua puluh kati daging berikut kuahnya sekaligus ke dalam perut, bahkan dirinya sendiri merasa terkejut dengan tindakannya.
Tapi merasakan gelombang kehangatan menyebar di raganya, tubuhnya bagai spons yang menyerap air menjadi penuh dan mulus, akhirnya dia tidak peduli lagi, terbaring di tanah hampir merintih senang.
“Daging level darah suci memang memuaskan. Kalau setiap hari bisa makan satu panci seperti ini, pasti pinggang tidak pegal lagi, kaki tidak kram lagi, sekali tarikan napas bisa naik delapan lantai tanpa masalah.” Han Sen menjilat bibirnya dengan penuh penyesalan, sayangnya dia hanya bisa menikmati hidangan ini setiap tiga bulan sekali.
Ditambah 5 point Gen Tuhan dari memakan Luo Shou, total Gen Tuhan Han Sen kini mencapai 34 point. Hanya dalam waktu setengah tahun lebih, dia ternyata sudah memiliki sepertiga dari total Gen Tuhan yang dibutuhkan. Jika hal ini diketahui orang, mungkin tidak ada yang percaya.
Setelah membeli makhluk purba berpostur mirip ayam dari alun-alun dan membawanya pulang untuk diberi makan berikutnya, Han Sen justru memikirkan rencana lain di dalam hati.
Akhirnya dia bisa mengambil roh binatang acak untuk Anak Dewa kesepuluhnya. Apapun roh binatang yang didapatkan, itu pasti makhluk darah suci yang menjadi idaman banyak orang selama ini.
“Acak dapat apa ya? Busur ilahi? Mount? Atau roh binatang bentuk manusia?” Han Sen merasa ini pilihan yang sulit, setiap jenis dia inginkan, tapi kesempatan hanya sekali, dan itu pun bukan dia yang bisa memilih.
Pada tengah malam saat tak ada orang, Han Sen diam-diam menyelinap masuk ke Dojo Bintang. Setelah perang para dewa berakhir, dojo sudah ditutup. Sekarang selain dirinya, hingga tahun depan tak ada yang bisa masuk lagi. Dan setelah dia mengambil hadiah, dia pun tak akan bisa masuk kembali.
Berdiri di depan prasasti suci, Han Sen menempelkan telapak tangannya di permukaan. Seketika cahaya bayangan di prasasti mulai berkilauan, citra-citra roh hewan suci darah ilahi silih berganti dengan cepat.
Han Sen mengembalikan telapak tangannya. Cahaya bayangan itu masih berputar cepat, lama sekali baru melambat.
Jantung Han Sen berdenyut mengikuti perubahan cahaya bayangan, hingga akhirnya cahaya itu berhenti sepenuhnya dan membentuk sebuah citra yang membeku di prasasti suci. Seluruh perhatiannya langsung tertuju pada roh hewan suci darah ilahi yang terpampang di sana.
Seorang wanita iblis berbusana zirah merah menyala yang menempel sempurna di tubuhnya, dengan bentuk tubuh bak jam pasir, rambut pirang bermahkota ruby, dan mata merah darah keluar dari prasasti sambil tersenyum tipis. Senyumnya hampir membuat Han Sen terpana.
Tiba-tiba wanita itu berubah menjadi aliran sinar yang menerjang masuk ke dahi Han Sen. Seketika suara aneh bergema di benaknya.
"Memperoleh Roh Binatang Suci tingkat Darah Ilahi: Ratu Iblis Perempuan."
Han Sen dilanda euforia. Ia buru-buru membuka data detail sang Ratu Iblis.
Roh Binatang Suci Ratu Iblis Perempuan (Level Darah Ilahi): Tipe Transformasi Asimilasi.
“Roh binatang asimilasi transformasi!” Han Sen hampir bersorak gegap gempita, tapi kemudian merasa tidak tepat. Roh binatang secantik ini ternyata tidak bisa dipanggil keluar, hanya bisa menyatu dengan raganya sendiri, agak disayangkan.
Namun roh binatang asimilasi transformasi tak diragukan lagi adalah yang termahal di antara semua roh binatang, apalagi Ratu Iblis yang hampir tak berbeda dengan manusia.
Han Sen tak sabar memanggil roh binatang Ratu Iblis dan menyatukannya dengan raganya.
Seketika tubuh Han Sen terbungkus baju zirah merah menyala, mahkota ruby muncul di kepalanya, sepasang pupilnya berubah menjadi merah darah seperti Ratu Iblis, bahkan rambut hitam aslinya pun berubah menjadi keemasan, benar-benar berubah menjadi versi pria dari Ratu Iblis.
Han Sen merasakan semua kemampuan tubuhnya mengalami peningkatan besar-besaran. Meski tidak sebesar peningkatan kecepatan dan tenaga dari Sang Pembantai Berdarah, namun keseimbangannya sangat baik di berbagai aspek.
Selain itu ada baju zirah bawaan yang meski tidak sekuat baju zirah kumbang hitam, tapi setara dengan baju zirah bermutasi tingkat top.
Transformasi Ratu Iblis memberikan peningkatan luar biasa yang sangat seimbang di semua hal. Yang paling mengejutkan Han Sen adalah penglihatannya yang menjadi sangat tajam. Bahkan kerutan halus pada batuan di kejauhan bisa terlihat jelas, dan ada sesuatu yang agak aneh.
Seolah semua gerakan di hadapan matanya melambat. Han Sen tidak tahu apakah ini ilusi atau bukan.
Sayangnya, saat menggunakan transformasi Ratu Iblis, Han Sen Tidak bisa menggunakan Sang Pembantai Berdarah maupun baju zirah kumbang hitam.
Tapi bagi Han Sen ini tidak ada pengaruhnya, armor ratu bawaan Ratu Iblis juga cukup bagus.
Yang paling membuat Han Sen senang adalah, dia bisa menggunakan transformasi ini dalam identitas aslinya sepenuhnya, tidak ada yang tahu ini adalah hadiah roh hewan suci darah ilahi Dewa B.
Dengan demikian, dalam identitas sebenarnya dia juga bisa menggunakan kekuatan dahsyat tanpa harus menjadi avatar Dewa B setiap kali ingin menggunakan roh binatang seperti Sang Pembantai Berdarah.
Transformasi Ratu Iblis sangat dibutuhkan Han Sen saat ini, dia tidak ingin dirinya selalu dipandang sebagai pihak yang lebih lemah di mata orang luar.
"Dalam mitos, elf dan iblis biasanya punya sayap kan? Akan lebih sempurna jika Ratu Iblis juga memiliki sayap bawaan." Pikir Han Sen dengan sifat tak pernah puasnya.
Setelah bergembira beberapa saat, Han Sen akhirnya menyelinap keluar dari Dojo Bintang. Dua hari lagi masa perkuliahan resmi dimulai, dia harus segera melapor ke kampus lalu ke asramanya.
Black Eagle adalah akademi militer yang menerapkan manajemen ala militer. Begitu masuk, kecuali masa liburan atau ada urusan khusus dengan izin cuti, siswa tidak diizinkan keluar kampus dan harus tinggal di asrama sekolah.
Meski Akademi Militer Black Eagle cukup luas dan sebenarnya mampu menyediakan kamar tunggal untuk setiap murid, demi meningkatkan kesadaran tim dan penghargaan kolektif, sistem asramanya mengelompokkan empat siswa dalam satu kamar. Teman sekamar Han Sen sama-sama merupakan siswa khusus jurusan panahan.
Han Sen adalah yang terakhir yang menginap di asrama, sementara tiga penghuni lainnya sudah menempati kamar tersebut beberapa hari sebelumnya.
"Saudara, kenapa baru datang? Kami udah nggak sabar nunggu!" Begitu Han Sen pindah ke asrama, tiga teman sekamarnya langsung mengepungnya. Pandangan mereka mirip preman yang mengerubungi gadis bunga.
"Kalian mau apa?" Han Sen secara tidak sadar menyilangkan kedua tangannya di depan dada, waspada mengawasi mereka.
“Saudara jangan takut, kami hanya ingin bernegosiasi denganmu tentang siapa yang akan menjadi ketua kamar. Menurutku, kita harus mengurutkan berdasarkan usia. Siapa yang paling tua jadi ketua kamar. Pepatah 'yang tua lebih bijaksana' pasti pernah kalian dengar. Jika aku jadi ketua, pasti tidak masalah.” Yang berbicara adalah seorang pria berpostur besar dengan tinggi lebih dari dua meter. Namun bertolak belakang dengan tubuh berototnya yang kuat, sorot mata liciknya yang terus berkeliaran sama sekali tidak mencerminkan sifat orang jujur.
