Untuk memperkuat kesadaran kolektif murid, Akademi Militer Black Eagle menggunakan sistem pelatihan berbasis unit kamar. Posisi ketua kamar setara dengan ketua kelas kecil, dengan sedikit wewenang. Karena itu, mereka semua ingin menduduki posisi ini.
“Shi Zhikang, pernyataanmu tidak kusukai. Usia bukan penanda kemampuan. Sebagai ketua kamar, menurutku yang terpenting adalah kecerdasan tinggi agar bisa memperjuangkan kepentingan terbaik asrama kita. Skor tes IQ ku 167. Kalian berapa?” ujar seorang remaja yang lembut dan sangat tampan, sambil berkedip-kedip.
"Lü Meng, ucapanmu juga tidak benar. Kecerdasan tinggi？Menurutku kecerdasan emosional yang lebih penting untuk menjadi ketua kamar. Lihat saja mereka yang IQ-nya tinggi, banyak yang idiot dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mungkin bisa jadi ketua kamar?" kata Shi Zhikang yang licik dengan postur besar itu.
"Kamu sebut siapa idiot?" Lü Meng membusungkan dada ingin berdebat, tapi begitu melihat Shi Zhikang mengangkat lengan kekar sebesar kuda pacuan, segera merapatkan diri ke belakang.
"Kita semua dari departemen panahan. Pemilihan ketua kamar harus ditentukan oleh kemampuan memanah. Siapa yang nilai memanahnya terbaik, dialah ketua kamar. Dengan begitu kita semua punya target untuk berusaha bersama," kata Zhang Yang yang memiliki alis tebal dan kulit tembaga tua, tubuhnya penuh aura matahari sambil terus melakukan push-up.
"Si pendatang baru, bagaimana pendapatmu?" Baik Shi Zhikang maupun Lü Meng sama-sama memfokuskan sorot mata mereka ke Han Sen.
"Saya rasa pendapat teman itu masuk akal. Karena kita di jurusan panahan, sudah seharusnya kemampuan memanah yang menentukan siapa pahlawan." Sebagai bagian dari asrama, Han Sen merasa perlu menyatakan pendapatnya.
"Dua suara lawan satu suara, jadi kita sepakat menentukan berdasarkan kemampuan memanah. Nanti kita latihan tembak 10 anak panah, yang skor tertinggi jadi ketua asrama." Zhang Yang melompat bangun, air mata mengalir di kulit tembaga tuanya yang tak dihiraukannya. Ia merangkul bahu Shi Zhikang dan Lü Meng: "Bagaimanapun, kita tetap teman sekelas dan sekamar yang baik. Belajar dan berkembang bersama itu yang terpenting. Sebelum lulus, kita harus membuat jurusan panahan Akademi Militer Black Eagle menduduki peringkat NO.1 di Alliance! Ayo berjuang bersama, saudara-saudara!"
"Cih!" Shi Zhikang dan Lü Meng melepaskan pelukan Zhang Yang. Mereka sudah bosan mendengar khotbah pemuda berdarah panas ini selama beberapa hari terakhir.
Keempat orang pergi bersama ke aula pelatihan, hasilnya Zhang Yang meraih peringkat pertama dengan sepuluh panah tepat sasaran, memang benar-benar punya kemampuan.
Lu Meng di posisi kedua, Han Sen ketiga, sementara Shi Zhikang si anggota berpostur paling besar dan tertua berada di peringkat keempat.
Han Sen tak ingin menjadi ketua kamar, tak mau jadi wakil, juga enggan menjadi anggota junior, maka dia sengaja mengambil posisi ketiga.
Tiga bulan pertama para mahasiswa baru adalah periode paling melelahkan, setiap hari harus mengikuti pelatihan kolektif dan kuliah. Seluruh pengetahuan dasar harus dikuasai dan diaplikasikan secara mendasar dalam periode ini.
Meski mereka dari departemen panahan, berbagai kemampuan dasar seperti penggunaan senjata, pengoperasian rompi tempur, hingga mengemudikan alat terbang tetap harus dipelajari.
Fasilitas di Akademi Militer Black Eagle ratusan kali lebih unggul dibanding sistem pendidikan terpadu. Berbagai senjata, rompi tempur, dan alat terbang bisa dipraktikkan langsung. Banyak materi pelajaran yang sama sekali belum pernah disentuh Han Sen sebelumnya. Tiga bulan ini, Han Sen seperti spons yang terus-menerus menyerap air.
Hingga tiga bulan kemudian, setelah keempat orang mereka lulus ujian komprehensif, barulah mereka pantas disebut sebagai murid resmi Sekolah Black Eagle.
Kecuali beberapa mata pelajaran wajib, sisanya adalah pilihan. Selain larangan meninggalkan kampus, semua aktivitas bebas dilakukan. Asal bisa lulus ujian tengah tahun, bahkan tidak perlu menghadiri kelas pun tak masalah.
Namun jika gagal, hanya ada satu kesempatan ujian perbaikan. Jika tetap tidak lulus, akan langsung dikeluarkan dari sekolah tanpa toleransi.
Di sekolah terdapat stasiun teleportasi khusus yang memungkinkan akses ke Dunia Perlindungan kapan saja, tanpa pembatasan berarti dari pihak kampus.
Keempat remaja yang sukses melewati ujian komprehensif itu memesan beberapa hidangan dan sebotol anggur di kantin sekolah, merayakan dimulainya kehidupan akademi militer mereka.
Di puncak keceriaan itu, tiba-tiba terlihat di proyeksi holografik kantin dua sosok sedang bertarung - bukan perkelahian sungguhan, melainkan pertandingan dalam versi pertarungan game "Tangan Tuhan".
"Ji Yanran!" Shi Zhikang langsung berteriak, matanya membelalak menatap gambar holografik yang menampilkan cewek manis dan cantik itu.
Bahkan Lü Meng dan Zhang Yang si pemuda berdarah panas itu juga menatap Ji Yanran tak berkedip.
"Dia terkenal?" Han Sen baru teringat janji di pesawat ruang angkasa setelah melihat Ji Yanran, tapi karena sibuk, urusan ini sempat dilupakannya.
"Gak mungkin, Ratu Kampus Akademi Militer Black Eagle aja gak kenal? Sekarang semester 3, punya wajah malaikat dan tubuh seksi bak setan, kulit putih mulus, 36D..." Sebelum selesai, Shi Zhikang yang air liurnya meleleh langsung menahan diri. Melihat teman sekelas di sekitarnya masih fokus ke gambar holografik, dia melanjutkan: "Dan Ji Yanran juga ketua komunitas Tangan Tuhan di kampus kita. Konon level permainannya bisa masuk 5 besar. Sosok level dewi yang pintar sekaligus cantik. Sekumpulan hewan yang mengincarnya di kampus ini banyak banget, sampai sekarang belum ada yang sukses."
“Kenapa?” Han Sen bertanya dengan kebingungan.
“Sudah pasti karena dia tidak tertarik. Konon keluarga Ji Yanran punya koneksi kuat di militer. Orang biasa jelas tidak akan dianggap.” Shi Zhikang berkata dengan nada menyesal.
“Bahkan jika keluarganya tidak punya syarat, Ji Yanran pasti tetap tidak mau sama orang kasar sepertimu.” Lü Meng mencibirkan bibir.
“Seolah dia mau sama orang sepertimu.” Shi Zhikang membalas cibiran dengan tidak mau kalah.
“Haha, selama ada target pasti ada harapan! Kalian tidak perlu merendahkan diri. Ji Yanran adalah ketua komunitas Tangan Tuhan. Kita bisa bergabung, lalu manfaatkan keuntungan lokasi strategis. Begitu dia melihat potensi besar kita, jatuh cinta bukan hal mustahil!” Zhang Yang berkata dengan penuh keyakinan.
Mata Shi Zhikang dan Lü Meng langsung berbinar. Mereka berseru: “Gagasan bagus! Ayo, kita langsung mendaftar ke komunitas Tangan Tuhan sekarang juga!”
Makanan Han Sen belum habis, sudah ditarik oleh tiga sekumpulan hewan ini ke lokasi pendaftaran guild Tangan Tuhan.
Sesampainya di wilayah itu, keempat orang itu tertegun seperti patung. Barulah sekarang mereka tahu arti keramaian yang sesungguhnya - antrian orang yang ingin bergabung dengan guild Tangan Tuhan mengular hingga ke luar gerbang sekolah.
"Ahem, menurutku dengan penampilan menawan kita berempat, sebenarnya tak perlu selalu berkeliaran di depan Ji Yanran. Cukup satu kesempatan kebetulan saja, sama sekali tidak perlu bergabung dengan guild Tangan Tuhan." Kata Shi Zhikang sambil membersihkan tenggorokannya.
"Xiao Shi, ucapanmu masuk akal. Kita dari jurusan panahan, tentu harus masuk klub panahan. Bergabung dengan guild Tangan Tuhan itu tidak sesuai prinsip." Lü Meng juga berkata dengan sangat serius.
"Aku setuju dengan kalian berdua." Han Sen melirik antrian panjang itu, lalu mengangguk cepat sambil menambahkan. Kalau harus mengantri, hari ini pasti tak ada waktu untuk melakukan apa-apa.
“Kalau kalian jantan, antre dengan tertib! Pria sejati mana boleh menyerah semudah ini.” Zhang Yang menggenggam Shi Zhikang dan Lü Meng masing-masing dengan satu tangan, menarik mereka untuk mengantre.
Untungnya Zhang Yang hanya punya dua tangan. Han Sen lolos dari nasib serupa. Kebetulan alat komunikasinya berdering lagi—panggilan dari Fang Jingqi.
