Han Sen dan Si Judi Gila saling memandang, lalu segera mengikuti sambil berjaga di samping Wang Mengmeng untuk mengantisipasi insiden tak terduga.
"Kemampuan bertarung Wang Mengmeng memang tidak buruk," terlihat jejak beberapa teknik gen super nuklir level tinggi, ternyata mampu bertarung secara imbang dengan makhluk bermutasi itu.
Su Xiaoqiao dan yang lain membagi ke kiri dan kanan untuk mengepung, berusaha mengurung makhluk bermutasi tersebut.
Namun makhluk itu tampaknya cukup cerdas. Melihat Su Xiaoqiao dan kawan-kawan bergerak mengapit dari kedua sisi, tiba-tiba langsung berbalik arah dan kabur dengan kecepatan yang mencurigakan, dalam sekejap sudah melesat puluhan meter.
"Jangan kabur!" Wang Mengmeng segera memanggil mount roh binatang sucinya - seekor beruang putih besar berkilauan perak, lalu mengejar sambil menungganginya.
Semua orang serentak menaiki mount mereka, mengikuti Wang Mengmeng dalam pengejaran.
Tapi kecepatan lari makhluk mutan itu luar biasa. Setelah dikejar cukup lama, bukannya bisa menyusul, jarak semakin tertarik. Hampir saja makhluk itu menghilang dari pandangan.
Wang Mengmeng langsung panik, memacu beruang putihnya dengan keras, mendahului yang lain untuk mengejar makhluk bermutasi itu dengan cepat.
"Wang Mengmeng, jangan mengejar sendirian, terlalu berbahaya!" Si Judi Gila berteriak.
"Tidak masalah, aku bisa menangani makhluk mutan itu. Kalian cepat ikuti saja!" Wang Mengmeng tidak rela membiarkan makhluk itu kabur, memacu beruang putihnya sekuat tenaga.
Han Sen dan Si Judi Gila saling pandang, lalu segera mengejar. Namun mount milik Wang Mengmeng yang level darah suci ini, meski bukan spesialisasi kecepatan, tetap lebih cepat dari mount mutasi Han Sen. Jarak mereka segera terbuka lebar.
Zhan Sen dan yang lain hanya bisa memacu mount mereka mati-matian untuk mengejar, berusaha sebaik mungkin tidak tertinggal terlalu jauh dari Wang Mengmeng. Namun mereka juga tidak terlalu khawatir, dengan kekuatan orang-orang seperti mereka, meski bertemu Makhluk Darah Ilahi biasa pun masih memiliki kemampuan bertarung.
Wang Mengmeng melihat area sekitarnya hanya hamparan gurun berbatu, sama sekali tidak ada makhluk aneh lain. Karena jarak pengejaran semakin dekat, dia tidak rela membiarkannya kabur, terus-menerus mendesak Beruang Putih Besar untuk mengejar makhluk bermutasi itu.
"Mau lari ke mana lagi?" Saat mengejar hingga ke sebuah bukit pasir, makhluk mutan itu menjulurkan lidah dan terengah-engah seperti kelelahan, tiarap di sana tanpa berlari lagi. Wang Mengmeng melompat dari punggung Beruang Putih, memanggil dua pisau tajam dan bersiap menyerang.
Tapi siapa sangka makhluk mutan itu tiba-tiba menunjukkan sifat manusiawi dengan menyunggingkan Senyum Lebar ke arahnya. Sungguh mengerikan membayangkan senyuman itu - persis seperti rubah yang sedang tersenyum, membuat Wang Mengmeng membeku sejenak.
Lalu Wang Mengmeng melihat satu per satu makhluk mutan berwarna keabu-abuan yang sangat mirip dengan makhluk bermutasi itu muncul dari balik bukit pasir. Di sekitar bukit pasir, makhluk-makhluk aneh itu bertebaran di mana-mana. Tak lama kemudian, telah terkumpul ratusan ekor, dan jumlahnya terus bertambah.
Wang Mengmeng langsung terkejut. Ia sadar telah terjebak masalah. Makhluk mutan itu ternyata licik membawanya ke sarangnya. Meski makhluk-makhluk lain itu hanya makhluk purba, jumlah mereka yang sangat banyak mustahil ditangani sendiri oleh Wang Mengmeng.
Wang Mengmeng tidaklah bodoh. Ia segera naik ke punggung beruang putih dan berbalik kabur. Namun dari segala penjuru bukit pasir, gerombolan makhluk mutan seperti air pasang langsung mengejarnya.
Beruntung Han Sen dan Si Judi Gila tidak tertinggal jauh. Dari kejauhan, Han Sen melihat Wang Mengmeng terkepung oleh kawanan makhluk mutan. Ia segera memanggil Busur Ular Sihir, menarik tali busur dan melepaskan panah ke arah kerumunan itu.
Wang Mengmeng sudah dikepung oleh makhluk-makhluk mutan yang mengalir bagai air pasang. Beruang putih besar menggunakan tenaga dahsyatnya, dengan gemilang membuka jalan. Namun para makhluk mutan itu menyerbu dari segala arah ke arah Wang Mengmeng yang berada di punggung beruang. Dengan mati-matian Wang Mengmeng mengayunkan dua pisau tajamnya, namun tetap tak bisa menahan semua makhluk yang menerjangnya.
Seekor makhluk mutan telah mendaratkan cakarnya di bahu sang gadis, membuka mulut lebar-lebar memperlihatkan gigi hewan putih mengkilap yang siap menggigit leher putih lembutnya.
Di dalam hati Wang Mengmeng berteriak "sial!", namun tubuhnya sudah tak berdaya untuk menghindar. Di ambang keputusasaan, tiba-tiba suara mendesing tajam melesat di samping telinganya.
Dengan suara "aarrgh!", makhluk mutan yang menempel di punggungnya tertembus mulutnya oleh anak panah hitam. Kekuatan yang lebih dahsyat melontarkan tubuhnya jauh ke udara sebelum menghunjam keras ke tanah.
Syu syu syu!
Panah-panah melesat membelah udara, setiap anak panah langsung membunuh satu makhluk mutan. Dalam sekejap, tujuh delapan makhluk yang tak mampu dihalauinya pun tumbang.
Setiap makhluk mutan yang mengancam raganya langsung ditembak panah tanpa meleset. Bahkan ada anak panah yang nyaris menyentuh pipinya, tapi tak melukai satu helai rambutnya - malah menusuk kepala makhluk di belakangnya.
"Kakak!" teriak Wang Mengmeng melihat Han Sen yang terjang datang dengan kuda, busur tanduk di tangannya terus melepaskan anak panah ke arahnya. Semua makhluk di sekitarnya tumbang oleh panah-panahnya.
Hati Wang Mengmeng dipenuhi kekaguman. Dari jarak seribu lima ratus meter, Han Sen masih bisa membidik dengan presisi mengerikan. Kemampuan memanahnya jauh melampaui apa yang pernah ia saksikan di sekolah khusus bangsawan.
Di antara beberapa orang lainnya, hanya Su Xiaoqiao yang ahli dalam penggunaan panah. Namun dengan kemampuan memanahnya, dia sama sekali tidak berani menembak ke arah Wang Mengmeng dari jarak sejauh itu. Bisa tidaknya panah mencapai target adalah satu hal, bahkan jika bisa sampai, dari jarak sejauh itu akurasi sudah hilang. Dia justru khawatir panahnya mengenai Wang Mengmeng.
Wang Mengmeng berseri-seri dalam hati. Satu sisi dia mengarahkan beruang putih besar untuk menerjang ke arah Han Sen dan kawan-kawan, sementara kedua tangannya mengayunkan pisau daun willow sekuat tenaga untuk menahan makhluk-makhluk mutan yang menerjangnya.
Untuk makhluk mutan yang tak mampu dia tahan sendiri, nyatanya dia tidak terlalu khawatir. Pasti akan ada panah yang muncul tepat waktu, langsung membunuh makhluk mutan yang menerjangnya itu.
Jarak antara kedua pihak semakin mendekat. Tak lama kemudian mereka pun berkumpul bersama. Tapi ketika semua orang melirik ke sekeliling, mereka melihat bukit-bukit pasir di sekitar dipenuhi gerombolan makhluk mutan yang menyerbu ke arah mereka. Jumlahnya sungguh mengerikan - hamparan abu-abu keputihan yang terlihat oleh mata itu setidaknya berjumlah ribuan ekor.
“Sialan, hewan-hewan bodoh ini benar-benar licik, ternyata juga paham menjebak kita masuk perangkap.” Su Xiaoqiao sambil memanah berteriak histeris.
“Ini semua salahku.” Wang Mengmeng menyalahkan diri sendiri.
“Sekarang bukan waktunya membicarakan ini, makhluk mutan di sini sudah terlalu banyak, tidak akan pernah habis dibunuh, kita harus keluar dulu!” Han Sen memimpin dengan kudanya menuju jalan yang dilalui sebelumnya.
Tapi baru berlari beberapa langkah, tiba-tiba melihat pasir di depan gemetar, tiba-tiba terbelah membentuk celah besar. Seekor serangga raksasa berbentuk ulat sutera, posturnya sebesar lokomotif, seluruh tubuhnya seperti batuan menyembul keluar, membuka mulut lebar-lebar hendak menelan mereka.
“Itu Cacing Pasir, sialan, makhluk ini hidup berkoloni.” Han Sen memaksa mount-nya mengubah arah, menghindari gigitan raksasa itu. Hatinya serasa membeku. Dari data yang pernah dibacanya, meski termasuk makhluk level purba, karena postur tubuhnya yang sangat besar dan kekuatan luar biasa, ditambah kemampuan merangkak super cepat di gurun, Cacing Pasir merupakan salah satu makhluk paling mengerikan di White Devil Desert.
