“Apa kamu murid?” Luo Xiangyang memandang Han Sen dengan tatapan bingung.
“Halo, saya Han Sen, baru bergabung di Klub Heavy Armor. Senior juga anggota klub ini? Kok sebelumnya tidak pernah melihat? Skill kontrolmu luar biasa, bisa ajari aku kalau ada waktu?” Han Sen tersenyum ramah.
“Baru gabung klub? Jadi kamu mahasiswa baru tahun ini?” Luo Xiangyang masih memandangnya tak percaya. Tak mungkin pemuda yang baru beberapa hari gabung ini bisa mengimbanginya tadi.
“Iya, baru sekitar 7-8 hari lalu masuk.” Jawab Han Sen.
“Apakah kamu sebelumnya pernah mengemudikan Heavy Armor?” Luo Xiangyang memandangi Han Sen dengan raut wajah penuh keanehan.
“Tidak, sebelumnya hanya berlatih menggunakan mesin latih di sekolah. Setelah bergabung dengan Klub Heavy Armor baru ada kesempatan mengoperasikan Heavy Armor. Memang jauh lebih sulit dibanding mesin latih. Sudah lama berlatih tapi kemajuannya sedikit. Senior jauh lebih hebat, aku harus menggunakan transformasi roh binatang baru bisa bertahan selama ini,” kata Han Sen dengan tulus.
Meski menurutnya senior ini terlihat agak tua, tapi tekniknya benar-benar tangguh.
Ekspresi Luo Xiangyang semakin aneh. Dalam hati ia bergumam frustrasi: "Dasar kau baru meraba-raba Heavy Armor beberapa hari saja sudah bisa melawan aku? Ini disebut kemajuan kecil? Kalau begitu anak buahku di bawah pasti sudah menabrak tembok semua!"
“Kamu dari jurusan mana sih? Kok bisa bergabung dengan Klub Heavy Armor?” Luo Xiangyang memutar konsentrasinya, rasa penasarannya muncul kembali. Jika anggota ini bisa direkrut ke klubnya sendiri, akan menjadi makhluk mitos yang luar biasa. Dengan kehadirannya, menyerbu Liga Akademi Militer dan mencetak sepuluh besar Alliance, bahkan 5 besar pun bukan masalah.
“Aku dari jurusan panahan, diajak teman untuk bergabung.” Han Sen menjelaskan sekilas.
“Jurusan panahan?” Luo Xiangyang kembali frustasi. Jurusan yang berisi siswa khusus itu ternyata menyimpan mutiara terpendam. Seandainya dia tahu lebih awal, pasti akan menyisir jurusan itu sendiri. Takkan membiarkan talenta sejenis ini terperangkap di tempat seperti Klub Heavy Armor.
Saat Luo Xiangyang sedang merancang strategi lobi untuk membuat Han Sen mundur dari Klub Heavy Armor dan bergabung dengan klubnya, tiba-tiba terdengar dering alat komunikasi Han Sen.
Menganggap Luo Xiangyang hanya sebagai senior seperguruan, Han Sen tak banyak berpikir dan langsung menerima panggilan.
“Senior, aku ada urusan dulu. Kesempatan berikutnya kalau ada waktu kita bertarung lagi ya.” Han Sen melambaikan tangan ke Luo Xiangyang setelah menerima panggilan, lalu kabur secepat kilat.
Luo Xiangyang bahkan tidak sempat bicara apa-apa, ketika melihat Han Sen sudah jauh berlari.
Membuka mulut lalu menutupnya lagi, Luo berpikir: "Yang penting sudah tahu identitasnya. Nanti bisa cari dia lagi, tidak perlu buru-buru sekarang."
Melihat tiga rompi anti peluru berat itu, Luo memutuskan tidak akan memindahkannya. Selagi Han Sen masih bertahan di sini, biarkan dia berlatih dulu. Baru setelah pindah ke klub rompi biasa, gudang bisa dikosongkan.
Dengan hati terkekeh-kekeh, Luo meninggalkan Gudang Tujuh. Ia merasa lega bisa menemukan bakat langka ini. Masalah Rektor Wei yang memberikan gudang ke orang lain pun tidak dipikirkannya lagi, malah merasa beruntung.
Andaikan Rektor Wei tidak memberikan Gudang Tujuh ke pihak lain, tentu dia tidak akan bertemu Han Sen di sini.
Sekarang otak Luo Xiangyang dipenuhi pemikiran bagaimana menarik Han Sen masuk ke Klub Armor Tempur miliknya. Han Sen baru saja diterima di akademi dan masih harus tinggal di Black Eagle selama beberapa tahun. Dengan memanfaatkan waktu ini, mungkin dia bisa membentuk pasukan yang mampu merebut gelar juara liga.
Setelah keluar dari Gudang 7, Han Sen langsung menuju kantin terdekat.
Lao Shi dan kawan-kawan memintanya membawakan makan malam. Baru saja melalui pertarungan sengit, stamina fisik Han Sen terkuras habis. Perutnya keroncongan, ingin segera makan untuk mengisi tenaga.
Kantin ini letaknya dekat asrama mereka. Jus spesial di sini sangat enak, hampir tiap hari Han Sen selalu minum sebotol.
Tapi jus di sini sangat laris. Jika datang terlambat akan habis. Tadi Han Sen dan Luo Xiangyang bertarung sampai lupa waktu. Baru setelah diingatkan Lao Shi, mereka buru-buru ke sini.
Saat dia tiba di tempat, dengan gembira melihat masih tersisa satu botol jus di atas platform, buru-buru menggesek kartu.
Tapi setelah selesai menggesek kartu, ketika hendak mengambil botol jus itu, dilihatnya satu tangan sudah menggenggam botol tersebut, sedang mengangkatnya.
Han Sen cepat-cepat memegang bagian atas botol, baru ingin berbicara, tiba-tiba lawannya sambil menggenggam botol dengan satu tangan juga menggesek kartu.
Han Sen menegakkan kepala melihat lawannya, orang itu juga heran menatapnya.
"Kamu!" Hampir bersamaan kedua orang itu berseru.
Han Sen memandang wajah manis lawannya, agak terkejut. Siapa sangka ternyata bertemu Ji Yanran di sini.
Ji Yanran jelas-jelas juga kaget bertemu Han Sen, mengerutkan kening berkata: "Kenapa kamu di sini?"
"Aku murid Black Eagle, tentu saja harus ke sini untuk makan," jawab Han Sen.
"Cih, tidak disangka kamu bisa masuk Black Eagle." Ji Yanran mencibirkan bibir, melirik tangan Han Sen yang memegang botol: "Cepat lepaskan!"
"Yang harus melepas adalah kamu, aku yang datang duluan, yang menggesek kartu duluan." Han Sen berkata.
Ji Yanran memandang Han Sen dengan ekspresi meremehkan: "Cara mengajak ngobrolmu terlalu kuno, cepat lepaskan! Kalau tidak, aku akan teriak pelecehan!"
"Apa maksudmu caraku kuno? Apa aku perlu mengajak ngobrol? Pernah lihat orang mengajak ngobrol pacarnya sendiri?" Han Sen mencibirkan bibir.
Ji Yanran tetap tak peduli: "Berani sekali kamu ngomong gitu, dasar tukang curang."
"Siapa yang curang?" Han Sen mengerutkan kening.
"Kalau memang tidak curang, kenapa selama ini tidak mencariku?" Ji Yanran yakin Han Sen pasti curang, kalau tidak bagaimana mungkin tidak mencarinya.
"Aku sibuk tidak boleh?" jawab Han Sen.
“Cih, siapa yang percaya.” Ji Yanran memutar mata putihnya yang indah.
“Percaya atau tidak terserah, tapi jus ini memang saya yang pertama menggesek kartu.” Han Sen malas berdebat dengan Ji Yanran.
“Saya yang pertama mengambil, siapa cepat dapat. Saya juga sudah gesek kartu, lain kali datang lebih awal saja.” Ji Yanran berkata sambil tersenyum.
Han Sen menatap Ji Yanran, tiba-tiba menunduk dan menjulurkan lidah seolah hendak menjilat tangan mungil yang halus milik Ji Yanran yang sedang memegang botol.
Ji Yanran langsung menjerit ketakutan, panik menarik tangannya kembali.
“Justru kamu yang harus datang lebih awal lain kali.” Han Sen menyambar botol itu, melambaikan tangan ke Ji Yanran sambil pergi dengan senyum puas.
“Licik tak bermoral jorok!” Ji Yanran menggigit bibirnya, menatap dengan perasaan tidak rela saat Han Sen membawa pergi jus tersebut.
Tapi ketika melihat Han Sen kembali membeli barang lain, matanya yang indah berkilat. Ia berputar satu putaran, mendekati Han Sen dari sisi lain dengan wajah tanpa ekspresi.
Saat Han Sen meletakkan jus untuk mengambil sesuatu, Ji Yanran tiba-tiba mengulurkan tangan meraih botol itu lalu berbalik pergi.
"Hei, kenapa kamu begitu?" Han Sen yang sedang membawa makan malam untuk Lao Shi dan kawan-kawan hanya bisa frustasi menyaksikan Ji Yanran yang sudah kabur jauh.
"Ini namanya membalas dendam dengan racun lawan racun." Ji Yanran menjulurkan lidah mungilnya yang merah muda, membuat wajah lucu sambil menggoyang-goyangkan botol jus sebelum berbalik pergi dengan riang.
