Xiao Liu pernah melihat nilai God Hand di Akademi Militer Black Eagle yang cukup bagus, terutama Li Yufeng yang kemampuannya bisa masuk 50 besar di aliansi akademi militer.
Tentang Han Sen ini, ia sama sekali tidak pernah mendengarnya. Berdasarkan data di tangannya, tidak ada nama ini di daftar pasukan inti God Hand.
Xiao Liu memandang Han Sen dengan nada olok-olok: "Kalau kau bilang begitu, berarti skill God Handmu pasti jauh lebih hebat dari Li Yufeng di sekolahmu?"
"Nggak jauh lebih hebat sih, asal menang dua puluh poin masih bisa lah." jawab Han Sen.
Xiao Liu merasa Han Sen semakin ngawur dengan omongannya, sama sekali tidak mungkin mengobrol dengan nyaman.
Fang Mingquan justru merasa Han Sen cukup menarik, tersenyum sambil berkata: "Remaja yang percaya diri dan penuh semangat itu bagus. Pertandinganmu di nomor berapa, nanti kami akan datang menyemangatimu."
"Aku belum menerima daftar peserta, jadi tidak tahu jadwal pastinya. Yang jelas, aku ikut semua proyek rompi anti peluru. Kalau mau nonton, silakan datang kapan saja, pasti bisa lihat." Han Sen menyelesaikan persediaan makanan terakhirnya lalu berdiri: "Silakan lanjut makan, aku mau istirahat dulu."
Setelah Han Sen pergi, Xiao Liu menggeleng-geleng: "Anak-anak jaman sekarang terlalu dimanjakan. Ucapan tidak tepercaya macam apa pun berani mereka lontarkan."
"Menurutku ini justru bagus. Dia kan mendaftar di semua kategori. Meski kemampuannya pas-pasan, setidaknya berani klaim dan bertindak. Itu jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa." Fang Mingquan tersenyum sambil menyusun peralatan lipatnya.
Tapi Fang Mingquan juga tidak menganggap ucapan Han Sen sebagai kebenaran mutlak. Jurusan panahan memang memiliki persyaratan penerimaan yang rendah, kemampuan fisik mahasiswanya kebanyakan kalah dibanding teman sekelas setingkat dari jurusan lain. Han Sen berasal dari jurusan panahan yang bergabung dengan klub Heavy Armor yang tidak populer, ditambah lagi statusnya sebagai mahasiswa baru, kemungkinan hampir Zero baginya untuk meraih peringkat pertama di kompetisi armor tempur.
Han Sen meninggalkan kantin menuju arah asramanya. Entah hari ini sedang hoki apa, ternyata dia melihat Ji Yanran juga berjalan ke arah yang sama, sepertinya juga hendak kembali ke asrama.
"Hi!" Han Sen bergegas mendekat dan memberi salam. Bagaimanapun ini adalah pacarnya secara nominal, bukan orang luar.
Ji Yanran yang melihat Han Sen awalnya meliriknya sinis, namun tiba-tiba wajahnya berseri seperti bulan sabit sambil menatap Han Sen: "Bukannya kamu ingin membuktikan diri tidak curang? Pasti kamu sudah mendaftar untuk kompetisi Star Universe Cup Tangan Tuhan kan?"
Han Sen berkesedihan: "Awalnya aku ingin mendaftar kompetisi Tangan Tuhan, tapi semua anggota klub kami sudah mendaftar lomba rompi anti peluru. Sepertinya sementara tidak ada kesempatan untuk membuktikan untukmu."
"Cih." Ji Yanran merendahkan Han Sen, mengira dia sama sekali tidak punya kekuatan dan takut ikut kompetisi Tangan Tuhan.
"Setidaknya kamu pacarku, maukah menonton pertandinganku?" Han Sen tersenyum kepada Ji Yanran.
"Kau masih omong kosong? Jangan salahkan aku jika tidak akan segan-segan." Mata Ji Yanran berbinar, "Proyek rompi anti peluru mana yang kau ikuti?"
"Semua proyek kudaftar, tapi ada yang waktu pertandingannya tumpang tindih. Seharusnya tidak bisa turun." Jawab Han Sen.
"Kira sedang menebar jaring untuk menangkap ikan? Buat apa daftar sebanyak ini?" Ji Yanran mulai penasaran.
"Hadiahnya banyak, lomba rompi anti peluru punya hampir sepuluh kategori. Ini satu-satunya cabang dengan jumlah kategori terbanyak. Asal menang beberapa juara pertama, pendapatan bisa mencapai puluhan juta." Han Sen bicara terus terang, partisipasinya murni demi meraih penghargaan.
"Kamu masih ingin menang beberapa juara pertama? Menurutku kamu bahkan tidak masuk sepuluh besar, masih berharap dapat hadiah?" Ji Yanran mencibirkan bibir.
"Lihat kamu, meremehkanku lagi kan." Han Sen berkata dengan kepasrahan.
"Bukan meremehkan, tapi sudah melihat jelas kebenaran mutlak dirimu." Ji Yanran tersenyum bahagia.
"Baiklah, kalau kamu yakin aku tidak bisa dapat penghargaan, bagaimana kalau kita bertaruh lagi?" Han Ser mengawasi Ji Yanran.
"Lagi-lagi mau curang bagaimana?" Ji Yanran benar-benar agak tidak yakin pada Han Sen. Kemenangan Han Sen atas si kurus dan Li Yufeng waktu itu, sampai detik ini masih belum bisa dia pahami caranya.
Setelah pulang, Li Yufeng dan teman-temannya mempelajari lama-lama, tetap tidak bisa menemukan teknik curang apa yang digunakan Han Sen.
"Nona Besar, ini kan pertandingan sekolah, bagaimana mungkin aku curang?" Han Sen benar-benar tidak mengerti mengapa citra dirinya sebagai penyihir licin begitu melekat dalam hati Ji Yanran. Demi Tuhan, dia sama sekali tidak pernah melakukan kecurangan di hadapannya.
Mata indah Ji Yanran berkilat: "Baiklah, kalau mau bertaruh juga boleh. Tadi kamu bilang ingin merebut beberapa peringkat pertama proyek rompi anti peluru. Aku tidak akan mempersulitmu. Jika bisa meraih lima peringkat pertama di proyek rompi anti peluru, itu sudah dianggap menang."
"Kalau aku menang, apa hadiahnya?" Han Sen bertanya sambil tersenyum manis.
"Kalau bisa lima peringkat pertama, itu sudah membuktikan kemampuanmu. Aku akan mematuhi sumpah untuk menjadi pacarmu." Ji Yanran tersenyum. Dia sama sekali tidak percaya Han Sen bisa juara, apalagi meraih lima gelar sekaligus.
"Ini tidak bisa diterima." Han Sen menggelengkan kepala berkali-kali.
“Kenapa tidak bisa?” Ji Yanran langsung tidak senang.
“Kamu sudah jadi pacarku, taruhan ini sama sekali tidak bermakna. Kalau kalah, kamu harus menciumku, mulut ke mulut. Cium pipi tidak dihitung.” Han Sen berpikir sebentar lalu menambahkan: “Dan harus diselesaikan dalam satu hari setelah pertandingan. Jika terlambat sehari, hukuman tambahan satu ciuman.”
Ji Yanran awalnya ingin marah, tapi tiba-tiba matanya berkilau seolah mendapat ide: “Boleh saja. Tapi kalau kamu gagal merebut lima juara pertama, aku juga harus memberimu hukuman. Setuju tidak?”
“Tentu setuju. Hukum sesukamu, yang pasti aku akan menang.” Han Sen berkata dengan percaya diri.
“Jangan sombong dulu. Kita harus buat kontrak tertulis biar kamu tidak ingkar janji.” Ji Yanran melihat sekeliling tidak ada alat tulis: “Ikut aku. Kita cetak kontrak lalu tandatangani dan mencap.”
Ji Yanran membawa Han Sen ke sebuah terminal swalayan, membuat dua salinan kontrak dan menunjukkannya kepada Han Sen: "Coba lihat dulu apakah semua klausul di atas disetujui. Jika setuju, tandatangani di sini."
Han Sen mengambil kontrak dan membacanya lebih dalam. Barang ini memiliki kekuatan hukum. Han Sen agak khawatir kalau-kalau dijebak oleh Ji Yanran.
Untungnya Ji Yanran yakin dia takkan kalah, jadi tidak ada "tangan dan kaki" dalam kontrak tersebut. Hanya mewajibkan Han Sen untuk mengajarkan teknik permainan gelas sepenuhnya jika kalah, plus dijamin mahir. Juga harus menjamin untuk tidak muncul di hadapannya atau bicara dengannya tanpa izinnya di kemudian hari.
Setelah membaca kontrak, Han Sen ragu sejenak. Keraguannya muncul karena dia tidak yakin apakah teknik "pisau di lengan" boleh diajarkan ke orang lain - ini diajarkan oleh Si Judi Gila. Tanpa izin Si Judi Gila, Han Sen tak bisa sembarangan mengajarkannya.
"Kenapa? Baru segini udah takut? Ke mana perginya sikap sok jagoanmu barusan?" Ji Yanran mencibirkan bibir melihat Han Sen enggan menandatangani kontrak, mengira dia mulai gentar.
