"Kali ini Shen Tianzi dan kawan-kawannya dapat masalah besar, mungkin akan dihabisi total. Raja Rubah Roh Suci benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik!" pikir Han Sen sambil bersembunyi di luar lembah. Jika Shen Tianzi berhasil selamat, dia akan menyergap untuk menambahkan satu tusukan.
Sudah lama dia ingin membunuh Shen Tianzi, tapi tidak pernah menemukan kesempatan. Kekuatan Shen Tianzi sendiri terlalu dominan, dan selalu dikelilingi orang-orang kuat, membuatnya sulit menemukan celah.
Kesempatan emas seperti ini tentu tidak akan dia lewatkan.
Kelompok Shen Tianzi segera dikepung oleh serangga keemasan muda. Jumlah mereka begitu banyak hingga mustahil dihindari.
"Penerobosan!" Shen Tianzi mengatupkan gigi dan mulai menerjang ke luar.
Mereka menginjak-injak serangga keemasan itu untuk meloloskan diri. Serangga tersebut lebih rapuh dari perkiraan Han Sen, banyak yang mati terinjak.
Tapi serangga-serangga itu sudah terlalu banyak. Saat mereka menginjak mati sejumlah besar, banyak juga serangga yang merayap naik ke tubuh mereka, langsung menyusup ke dalam baju.
"Aduh!" Jeritan-jeritan seketika bergema silih berganti. Han Sen yang menyaksikan ini kulit kepalanya bergidik sekaligus merasa sangat puas, para brengsek ini memang sudah pantas mati dari dulu.
"Kalian ikut di belakangku." Pria perkasa yang dipanggil Kakak Gu itu mengaum keras. Palu raksasa di tangannya diayunkan sekali putaran, langsung menghantam serangga dan tanah pasir sekaligus, memporak-porandakan area selebar dua meter lebih dan sepanjang tiga meter, membentuk parit berpasir.
Si pria perkasa itu mengayunkan palunya terus maju. Pasir dan rombongan serangga di depannya berhamburan tak karuan, dengan gemilang membuka jalur bertahan hidup.
Shen Tianzi dan kawanannya mengikuti dari belakang si pria perkasa, akhirnya berhasil keluar dari lembah.
"Sial, siapa sebenarnya pria perkasa itu? Shen Tianzi masih belum terbunuh juga!" Han Sen merasa sangat tidak senang di dalam hati.
Shen Tianzi dan rombongannya berhasil keluar dari lembah, namun serangga berwarna emas muda itu entah mengapa tidak mengejar. Setelah menelan semua mayat, mereka perlahan meresap kembali ke dalam tanah pasir.
Hanya dalam waktu dua tiga puluh menit, suasana di lembah kembali tenang. Tidak tersisa setetes darah pun, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Baju zirah anak buah Shen Tianzi sudah compang-camping di berbagai bagian. Luka gigitan serangga berdarah-darah terlihat di mana-mana, untungnya hanya luka permukaan. Serangga yang menempel di tubuh mereka juga sudah berhasil dibasmi.
"Sialan, rubah raja itu benar-benar licik!" ujar salah satu anak buah Shen Tianzi sambil membalut lukanya dengan kasar.
"Kakak Gu, kali ini kami benar-benar berutang nyawa padamu. Tanpa bantuanmu, pasti kami sudah binasa," kata Shen Tianzi menghampiri Kakak Gu.
Kakak Gu tersenyum ringan: "Jangan sungkan. Bukankah kita sudah berteman baik?"
Baru sampai di sini, Kakak Gu tiba-tiba ekspresinya berubah drastis. Ia merasakan sakit tajam di pinggangnya yang membuatnya menjerit keras spontan. Dua pisau belati telah tertancap di kedua sisi pinggang belakangnya, hingga gagangnya tak terlihat.
Dua bawahan Shen Tianzi mencengkeram lengan Kakak Gu dari kiri dan kanan, menindihnya dengan kasar ke tanah. Beberapa orang lain segera menerobos masuk, mengunci pergerakan Kakak Gu sepenuhnya. Luka di titik vital pinggangnya terus mengucurkan darah deras, sama sekali tak memberinya kesempatan membalas.
Han Sen tertegun seperti patung. Ia tak menyangka akan perubahan situasi secepat ini. Baru saja mereka adalah saudara seperjuangan yang bertaruh nyawa, bahkan Kakak Gu yang menyelamatkan hidup mereka. Bagaimana mungkin sekejap mata, Kakak Gu sudah dikeroyok seperti anjing sekarat?
"Kalian ini mau apa?!" suara Kakak Gu masih gemetar oleh kejutan. Ekspresi wajahnya memancarkan ketidakpercayaan yang dalam.
"Cih! Sampah seperti kamu ini cuma beruntung dapat roh hewan suci darah ilahi sampai bisa kayak gini. Berani-beraninya menyebut diri saudara dengan Kakak Tianzi kami? Ini namanya cari mati!" Seorang bawahan Shen Tianzi menginjak wajah Kakak Gu dengan keras, membuat hidung dan mulutnya berdarah.
"Kalian brengsek semua!" Kakak Gu mengamuk luar biasa, berusaha keras melepaskan diri. Meski ditindih beberapa orang, tenaganya masih mencengangkan - seolah bisa melemparkan mereka semua.
Salah satu anak buah Shen Tianzi memutar pisau belati yang menancap di wajah Kakak Gu. Jeritannya langsung memecah udara, seluruh tubuhnya lemas tak berdaya.
Sekelompok orang itu mulai menghujani Kakak Gu dengan serangan tinju-tendangan. Dalam kondisi terkekang, Kakak Gu sama sekali tak bisa melawan, hanya bisa terus memaki.
Shen Tianzi hanya berdiri di samping mengawasi dengan dingin tanpa bicara. Hanya setelah Kakak Gu dipukul hingga nyaris tewas, Shen Tianzi baru memberikan kode mata pada anak buahnya.
"Si Gu, demi budi baikmu menyelamatkan kami sebelumnya, serahkan Palu Roh Hewan Suci Darah Ilahimu. Kami akan memberimu jalan hidup." Seorang anak buah menggenggam rambut Kakak Gu sambil berkata dengan jahat.
"Cih! Bapak lebih baik mati daripada memberi brengsek seperti kalian mendapat sedikit keuntungan!" Kakak Gu meludahkan dahak berdarah yang langsung menciprati wajah pria itu.
Krek!
Pria itu menghantam pipi Kakak Gu dengan tamparan keras, lalu menggeram: "Kamu pikir sialan mati semudah itu? Kalau tidak menyerahkan palu roh binatang suci, Bapak akan membuatmu hidup tak tenang mati tak mau! Sialan, cabut dulu cakar-cakarnya untukku!"
Beberapa orang bergerak dengan gesit, menangkap satu tangan Kakak Gu dan menekannya ke tanah. Pisau belati langsung ditancapkan ke punggung tangan, menembusnya dan menancapkan tangan itu ke tanah.
Kakak Gu langsung menjerit menyayat hati, jari-jarinya terbuka lepas tak terkendali.
Orang di sebelahnya mencengkeram salah satu jari Kakak Gu, lalu menusukkan pisau kecil ke bawah kuku. Darah segar langsung mengucur saat kuku terpisah dari daging. Dengan tarikan keras, seluruh kuku itu dicabut paksa dari jarinya.
Teriakan Kakak Gu kini terdengar mirip babi disembelih, badannya terus-menerus berkedut. Rasa sakitnya melampaui batas imajinasi manusia biasa.
Ironisnya, beberapa orang terus menahan tubuhnya sehingga dia sama sekali tak bisa bergerak, hanya bisa terus meraung-raung tak berdaya.
"Sialan, gerombolan Shen Tianzi ini benar-benar bukan barang!" Han Sen yang awalnya malas ikut campur, sekarang gemetaran menahan amarah.
“Musuh dari musuh kita adalah teman, meski tidak tahu Kakak Gu ini sebenarnya orang seperti apa, tapi Han Sen tidak keberatan memberi Shen Tianzi dan kawanannya satu musuh tambahan. Apalagi cara penyiksaan mereka seperti ini benar-benar tak bisa diam saja.”
Han Sen mengamati sekilas. Shen Tianzi dan rombongannya yang banyak itu semuanya anggota level 45. Dengan Han Sen sendirian menerobos, mustahil bisa menyelamatkan "Kakak Gu" itu.
“Akibat Perbuatan Sendiri! Ngapain kamu menyelamatkan mereka? Ujung-ujungnya malah dibuat menderita seperti ini.” Han Sen terpaksa menunggu kesempatan dari samping. Sekarang maju pun percuma.
Memang Kakak Gu memiliki keteguhan hati. Tiga kuku sudah dicabut paksa, tetap bersikeras tidak mau bicara. Hanya terus mengutuk Shen Tianzi dan kroni-kroninya.
Tapi akhirnya benar-benar tak tahan, langsung pingsan tak sadarkan diri.
“Kakak Tianzi, gimana nih? Orang ini sangat keras kepala!”
“Ikat dia, cari tempat dulu untuk mendirikan tenda dan mempersiapkan makanan.” Shen Tianzi melihat kondisi di luar yang sudah hampir gelap, mereka tidak berani mendirikan kemah di luar lembah yang mengerikan itu.
