Dor!
Pukulan Han Sen menghantam lengan Yu Mingzhi. Seketika wajah Yu Mingzhi menghijau. Karena mengira itu pukulan putih, dia tidak hanya menggunakan satu lengan untuk menahan tapi juga tidak mengerahkan tenaga. Akibat serangan hitam yang dihujamkan Han Sen, lengannya terbanting menghantam wajahnya sendiri.
Yu Mingzhi langsung merasa otaknya berkunang-kunang, hidungnya terasa perih, tubuhnya tanpa kendali mundur beberapa langkah hingga terjatuh terduduk di tanah.
Ruang kelas mendadak hening. Para murid tertegun. Pukulan pertama bisa dibilang karena kecerobohan Yu Mingzhi, tapi pukulan kedua ini terjadi saat dia benar-benar fokus. Ternyata Yu Mingzhi salah menilai lagi.
"Memang jagoan sejati, bahkan Heibai Quan pun dikuasai!"
"Haha, apapun hasil pertandingannya nanti, satu pukulan ini sudah cukup berharga. Itu kan Yu Mingzhi, anak dewa peringkat keenam!"
"Pukulan yang bikin nagih!"
"Pantas disebut jagoan Akademi Militer Black Eagle. Keren abis!"
"Haha, lihat ekspresi percaya diri Yu Mingzhi tadi, langsung berubah jadi muka pucat!"
"Benar-benar idola! Berapa murid akademi militer yang bisa mengalahkan Yu Mingzhi seperti ini?"
"Hari ini datang kuliah Professor Yan benar-benar worth it!"
Tang Zhenliu memaksakan diri menahan tawa, hampir tak bisa menahan sakit dalam: "Yu Mingzhi, Yu Mingzhi, kalau kau cukup pintar, turunlah sendiri dari panggung sekarang untuk menyelamatkan sisa harga diri. Jika tidak, benar-benar akan mempermalukanmu hingga ke leluhur."
Professor Yan dengan serius melakukan analisis pengajaran: "Penggunaan kekuatan ilusif ala buku panduan. Perhatikan ujung kakinya yang sedikit mengarah keluar - ini indikator penggunaan gaya ilusif. Saat menggunakan kekuatan sejati, ujung kaki biasanya mengarah ke dalam. Han Sen dengan tepat memanfaatkan hal ini untuk menciptakan kebingungan psikologis, membuat lawan mengira itu serangan palsu. Ini baru satu aspek. Lihat juga gerakan pinggang dan bahunya..."
Professor Yan langsung memutar ulang gambar holografik serangan Han Sen tadi, melakukan analisis detail yang menunjukkan keunggulan teknik tersebut. Meski nadanya datar, namun pilihan katanya mengungkapkan kekaguman besar terhadap serangan itu.
“Aku Sial, dewa game ini benar-benar jago, ternyata dalam pukulan sederhana ada begitu banyak detail.” Teman Sekelas mendengarkan lalu semakin mengagumi.
Yu Mingzhi menyeka darah hidung dan bangkit dari tanah, di wajahnya sudah sulit mempertahankan senyum.
Tapi Yu Mingzhi jelas tidak seperti yang dipikirkan Tang Zhenliu tentang pemahaman gerakan maju mundur, malah masih mengira ini karena kelengahannya sendiri, yang menyebabkan kegagalan kali ini, akhirnya kembali menghadap Han Sen.
Han Sen tentu tidak akan terlalu formal dengan Yu Mingzhi. Pikiran orang ini juga jelas terlihat oleh Han Sen, yaitu ingin menginjak kepala Han Sen untuk menunjukkan kekuatannya sendiri, mana mungkin Han Sen akan ramah terhadap orang seperti ini?
Sekali lagi satu pukulan menghujam ke wajah Yu Mingzhi. Kedua mata Yu Mingzhi mengawasi ketat Han Sen, membuat penilaian kembali. Bagaimanapun dilihat, pukulan Han Sen ini sama sekali tidak mengandung niat membunuh. Meski tampak ganas, namun merupakan pukulan tanpa motivasi membunuh. Pukulan seperti ini tidak memiliki ancaman sama sekali. Yu Mingzhi memiliki keyakinan mutlak akan penilaiannya sendiri.
Dia telah menyusup di Perlindungan Pertama selama hampir sepuluh tahun, mengalami tak terhitung pertempuran besar kecil. Pengalaman melawan musuh yang berpengalaman membuatnya bisa merasakan keberadaan niat membunuh dalam serangan lawan.
Bahkan dalam sparing antar teman sekalipun, selama ada keinginan untuk menang dalam pukulan, pasti akan ada sedikit niat membunuh. Mustahil sama sekali tidak terasa olehnya.
"Bai Quan!" Yu Mingzhi mengukuhkan penilaiannya. Namun secara tidak sadar, dia tidak berani sembrono hanya menggunakan satu lengan seperti sebelumnya. Kali ini dia menyilangkan kedua lengannya di depan dada untuk menangkis pukulan Han Sen.
Dor!
Wajah Yu Mingzhi pucat seperti tanah, mundur berturut-turut beberapa langkah baru berhasil menstabilkan tubuhnya. Dengan ekspresi tak percaya menatap Han Sen, padahal jelas-jelas dia mengawasi pukulan Han Sen yang sama sekali tidak mengancam dan hanya gaya kosong. Bagaimana mungkin ini ternyata pukulan hitam lagi?
Sementara teman sekelas di bawah panggung sudah bersemangat hampir berteriak. Tak menyangka Han Sen ternyata kembali mengalahkan Yu Mingzhi.
Andai saja ini bukan jam pelajaran, mereka sangat ingin berlari ke panggung untuk menggendong Han Sen. Ini sungguh membanggakan nama Akademi Militer Black Eagle! Anak Dewa keenam yang terhormat datang untuk demonstrasi pengajaran di akademi mereka, malah dikalahkan tiga kali berturut-turut oleh siswa Black Eagle. Kalau kisah ini tersebar, betapa tingginya harga diri mereka!
"Nanti siapa yang berani pamer ke kami soal nonton pertandingan eksibisi Anak Dewa Keenam Yu Mingzhi, kami bisa dengan angkuh mendongak 45 derajat ke langit, mencibirkan bibir: 'Anak Dewa Keenam? Hebat apanya? Waktu ke sekolah kami, dia sampai babak belur dibuatnya oleh seorang teman sekelasku. Waktu itu kalau aku yang turun, pasti lebih parah lagi. Apa? Tidak percaya? Bilang aku ngibul? Coba tanya ke sekolah kami, tuh si Anu...'"
Profesor Yan tetap menjalankan tugasnya, menjelaskan kelebihan serangan Han Sen dan teori di baliknya dengan detail ke para siswa. Sayangnya sekarang hampir tidak ada siswa yang fokus mendengarkan penjelasannya.
Tang Zhenliu sendiri sudah merasa malu melihat Yu Mingzhi. Tapi Yu malah tidak tahu diri, tidak terima dipermalukan, sampai nekat minta ganti posisi jadi pihak penyerang.
Tang Zhenliu menggeleng pelan: "Yu Mingzhi ini kelapangan hatinya sesempit ini. Tidak tahu kapan harus mundur. Pantas saja sampai terpojok begini."
Han Sen menyetujui permintaan Yu Mingzhi, bertukar peran menjadi pihak bertahan. Yu Mingzhi menatap tajam Han Sen, langsung menghantam keras dengan satu pukulan tinju.
Melihat ekspresi khawatir di wajah teman-teman di bawah panggung, Yu Mingzhi dalam hati berbangga diri: "Sekarang kalian semua pasti mengira aku sudah marah malu dan ingin balas dendam, pukulan ini pasti tinju 'hitam' bermuatan gaya api maksimal? Jika kalian berpikir begitu, berarti sangat keliru! Bapak sengaja memanfaatkan titik lemah ini, akan memberikan tinju 'putih'. Nanti selain memenangkan ronde ini, juga bisa menunjukkan kelapangan dada Bapak, setidaknya memulihkan sedikit malu yang tertoreh tadi."
Pukulan yang diyakini Yu Mingzhi pasti berhasil ini, dikiranya pasti akan dihindari oleh Han Sen. Siapa sangka Han Sen sama sekali tidak berniat menghindar, bahkan tidak mengangkat kedua lengannya untuk menahan, tidak juga menggunakan satu lengan. Dia hanya mengulurkan satu telapak tangan, menghadang di depan tinju Yu Mingzhi.
Ekspresi Yu Mingzhi langsung berubah pucat, sementara tinjunya sudah digenggam erat oleh tangan Han Sen. Keduanya membeku dalam posisi itu seolah adegan difreeze.
"Sial, keren banget! Tadinya kukira pukulan Yu Mingzhi pasti hitam, ternyata putih. Benar-benar dewa game, satu kata: keren."
"Itu namanya sikap anggun."
"Memang jago bener si dewa, percaya dirinya gak ada lawannya."
"Kukira jagoannya cuma di operasi rompi anti peluru, ternyata teknik hitam-putihnya juga level dewa!"
Professor Yan masih tekun melakukan analisis dan pengajaran, sementara murid yang mendengar kabar terus berdatangan sampai memenuhi area luar jendela.
Yang tidak kebagian tempat kini menyaksikan rekaman holografik pengajaran secara real-time melalui perangkat pintar.
