"Yanran, cepat buka Komunitas Tianwang sekolah!" Ji Yanran yang sedang serius mendengarkan kuliah tiba-tiba ditusuk jari oleh Qu Lili yang duduk disampingnya, "Suaranya dibuat berbisik sambil mencondongkan badan."
“Jangan usik lagi, lagi dengar kuliah.” Ji Yanran sedang tidak mood, belakangan ini sama sekali tidak melihat bayangan Han Sen, sampai gigi gerahamnya ngilu.
“Persoalan Yu Mingzhi dan Tang Zhenliu datang ke Departemen Seni Bela Diri Kontemporer-Kuno sekolah kita untuk program pengajaran kolaboratif, kamu tahu kan?” Qu Lili menunjukkan ekspresi bersemangat sambil melanjutkan.
“Tahu sih, aku tidak tertarik mengejar selebriti.” Ji Yanran berkata dengan setengah hati.
“Saat Yu Mingzhi demo Black-White Fist di panggung, dia memilih Dewa Game untuk naik. Hasilnya si Dewa dihajar habis-habisan, dipukul tiga kali berturut-turut dengan pukulan hitam!” Qu Lili bergosip dengan antusias.
“Dewa Game? Dewa yang mana? Ouyang Xiaosan?” Ji Yanran terdiam sejenak, reaksi pertamanya langsung tertuju pada Ouyang Xiaosan dari Departemen Seni Bela Diri Kontemporer-Kuno, di Akademi Militer Black Eagle dialah yang paling jago.
“Ouyang Xiaosan ya tetap Ouyang Xiaosan. Yang kumaksud Dewa Game, beneran Dewa!” Qu Lili berkata dengan wajah serius.
“Dewa game yang mana sih?” Ji Yanran masih belum menyadari maksudnya.
“Yang mana lagi kalau bukan dia yang menghancurkan segalanya di Lomba Rompi Anti Peluru? Selain dia, siapa lagi di sekolah kita yang pantas disebut dewa game?” Qu Lili melirik sinis ke arah Ji Yanran.
“Han Sen?” Ji Yanran tertegun sejenak, lalu dengan cepat mengaktifkan alat komunikasinya dan terhubung ke komunitas virtual kampus, langsung masuk ke siaran langsung pengajaran Professor Yan.
Saat membuka siaran, tepat terlihat Yu Mingzhi mengayunkan tinju ke arah Han Sen. Han Sen sama sekali tidak menghindar, hanya mengulurkan satu telapak tangan untuk menahan pukulan itu.
“Inilah kepercayaan diri sejati! Dewa game benar-benar terlalu keren. Tapi Yu Mingzhi terlalu lemah. Sayang idola saya Tang Zhenliu tidak turun, kalau tidak pasti akan sangat spektakuler.” Qu Lili bersemangat berkomentar. Sebagai penggemar Tang Zhenliu, sejak awal dia terus mengikuti perkembangan idolanya sehingga tahu tentang Han Sen. Tapi sekejap kemudian dia menambahkan: “Kenapa wajah dewa game ini terasa familiar? Sepertinya pernah melihatnya di suatu tempat?”
“Kamu pasti pernah melihatnya, kan waktu Piala Xingyu juga sudah lihat.” Wajah Ji Yanran memerah, cepat-cepat dia berkata.
"Benarkah? Kok aku merasa pernah melihatnya di tempat lain ya?" Qu Lili agak bingung, tapi segera mengabaikannya: "Yu Mingzhi menyerang lagi."
Ji Yanran dalam hati menghela nafas lega. Untung malam itu di depan asrama sangat gelap, Qu Lili tidak melihat jelas wajah Han Sen, hanya mendengar ucapannya langsung kabur ketakutan.
Tapi saat melihat gambar virtual Han Sen, gigi taring kecil Ji Yanran kembali menggeretak: "Han Sen kamu ini, ternyata malah main gaya di klub ilmu bela diri baru lagi! Mau menggoda cewek siapa sekarang?"
Ji Yanran melirik profesor tua yang sedang menulis di papan tulis, lalu diam-diam mengumpulkan barang-barangnya dan menyelinap keluar ruang kelas.
“Yanran, kamu mau untuk apa?” Qu Lili terkejut melihat Yanran yang ingin kabur.
Ji Yanran melambaikan tangan memberi isyarat diam, lalu diam-diam keluar dari kelas dan bergegas menuju ruang kuliah tempat Professor Yan berada.
Tentu saja dia ingin mencari Han Sen si anggota kejam itu untuk menagih hutang, harus mencegah penipu itu menipu cewek lain lagi.
Tapi ketika sampai di depan ruang kuliah Professor Yan, dia mendapati koridor atas pun penuh sesak, sama sekali tidak bisa masuk, bahkan tak bisa melihat situasi di dalam.
Ji Yanran terpaksa terus menonton siaran pengajaran via alat komunikasi sambil menunggu Han Sen keluar.
"Siswa Han Sen telah memberikan contoh Bergaya Buku Panduan dalam Perang Penyerbuan hitam-putih..." Professor Yan setia pada tugas pendidikannya, menganalisis performa Han Sen dengan tingkat kesempurnaan tertinggi, benar-benar pertahanan dan serangan hitam-putih yang sempurna ala buku panduan.
Yu Mingzhi tidak percaya dan melakukan tiga kali, namun selalu dihalangi oleh Han Sen. Wajahnya memerah seperti . Akhirnya Professor Yan yang tidak tahan lagi, demonstrasi berakhir dan menyuruh Han Sen kembali ke .
Wajah Yu Mingzhi . Awalnya ingin di , malah sampai ke . Kekalahan telak dari seorang ini merupakan bagi seorang .
Yang paling bagi Yu Mingzhi adalah, dari Han Sen hanya perintah Professor Yan dalam . Setelah , tidak terlihat sedikitpun ekspresi , seolah hanya mengalahkan seorang biasa tanpa apapun.
“Lao San, tidak menyangka kemampuan hitam-putihmu juga sehebat ini. Setelah pulang nanti kita...” Sorot mata Zhang Yang dipenuhi api semangat, namun baru setengah kalimat diucapkan, sisa ucapan itu malah ditelan kembali.
Zhang Yang teringat lagi pada sore paling mistis di Asrama 304. Setelah dipikir-pikir, lebih baik diurungkan saja. Di hadapan monster seperti Lao San, bara sekuat apapun sepertinya sulit berkobar.
Sisa pelajaran terasa agak aneh. Yu Mingzhi gelisah mondar-mandir dengan raut wajah masam, sementara para siswa tak henti melirik Han Sen. Meski para siswa memiliki kedisiplinan baik tanpa bergosip sembarangan, komunitas virtual kampus sudah nyaris penuh oleh kerumunan.
"Dewa game kembali tunjukkan level tertinggi, menghancurkan Shenzi ke-6 Yu Mingzhi dengan hitam-putih."
"Satu tangan kuasai langit, Shenzi tak bisa kabur dari jari kelingking."
"Tiga pukulan tiga tamparan bunuh Shenzi."
"Haha, Akademi Militer Black Eagle benar-benar dapatkan dewa! Rompi tempur hancurkan segalanya, jurus hitam-putih bunuh Shenzi."
“Sepertinya ingin melihat pertarungan Hitam-Putih antara Dewa Game dan Tang Zhenliu, tidak tahu siapa yang lebih kuat.”
“Masih perlu ditanya? Tentu saja Dewa Game.”
“Belum tentu. Tang Zhenliu bukan barang tiruan seperti Yu Mingzhi. Dia legenda sesungguhnya yang hampir memasuki alam semesta Perlindungan Ilahi kedua. Bukan lawan sembarang orang.”
“Setuju. Selain Lin Feng dan Dewa B, evolusioner pemula sepertinya tidak ada yang bisa menyaingi Tang Zhenliu.”
“Tang Zhenliu memang hebat, tapi Dewa Game kita juga bukan sembarang orang. Bisa menghancurkan Yu Mingzhi, masih ada kesempatan untuk bertarung habis-habisan dengan Tang Zhenliu. Aku sangat berharap mereka bisa bertempur.”
“Mungkin tidak ada kesempatan. Dari awal Dewa Game tidak berniat bertindak. Yu Mingzhi sendiri yang cari masalah, memaksa Dewa Game naik panggung. Tang Zhenliu bukan tipe orang seperti itu.”
“Sangat disayangkan tidak bisa menyaksikan pertarungan antara Dewa Game dan Tang Zhenliu.”
Ji Yanran juga memperhatikan diskusi di komunitas. Saat melihat teman sekelas memuji Han Sen, sudut bibirnya tak tahan sedikit terangkat, rasa kebahagiaan tanpa alasan muncul dari dalam hati, seolah dirinyalah yang dipuji.
Setelah kelas Professor Yan berakhir, Ji Yanran menyaksikan Han Sen keluar. Banyak teman sekelas di sisinya yang sedang berbicara dengannya. Ia ragu sejenak namun akhirnya tidak mendekat.
Melirik jam, Ji Yanran berbalik menuju kantin. Di titik waktu ini, Han Sen pasti akan ke kantin. Dan jus favorit Han Sen yang sama dengannya, hanya ada di kantin itu. Maka Ji Yanran yakin betul Han Sen akan ke sana.
Belum jauh Ji Yanran melangkah, tiba-tiba ditarik oleh Qu Lili yang terengah-engah berlari mendekat: "Yanran, bukannya kamu mau melihat si dewa? Kenapa sudah pergi?"
"Siapa bilang aku mau melihatnya?" Ji Yanran mencibirkan bibir, berkata dengan nada malu dan kesal.
“Kamu tidak pergi melihat dewa game, terus ngapain kabur dari kelas?” Qu Lili bertanya dengan kebingungan.
“Makan di kantin ga boleh ya?” Ji Yanran berjalan menuju kantin sambil berkata.
Qu Lili pun ikut. Sesampainya di kantin, Ji Yanran sengaja memilih posisi yang mencolok sambil bergumam dalam hati: "Brengsek itu kalau ga berani mendekat, aku takkan mengampuninya!"
