Setelah kelas usai, Han Sen langsung menuju lapangan latihan ilmu bela diri kontemporer-kuno. Ji Yanran sedang melakukan latihan pertarungan nyata di sana. Mereka sudah berjanji untuk menjemputnya makan siang bersama.
Kini keduanya sudah menjadi pasangan kekasih yang diakui semua orang. Hubungan mereka pun tak lagi disembunyikan, malah berjalan dengan terbuka.
"Sering muncul berdua di kampus untuk membantai anjing lajang, tapi lama-kelamaan teman sekelas lain sudah terbiasa."
Saat Han Sen tiba di lapangan latihan, dia melihat Ji Yanran dan teman-teman masih berlatih di bawah pengawasan guru. Han Sen pun duduk di tribun luar.
Mereka dari jurusan kapal perang, tapi di era ini semua jurusan wajib mempelajari seni bela diri kontemporer-kuno, termasuk jurusan panahan tempat Han Sen.
"Ini Dewa Game! Datang menjemput si cantik Ji ya?"
"Pasti! Masa iya Dewa Game mau nontin kita latihan?"
"Kulit Dewa Game putih lembut banget, lebih dari cewek. Pengen cubit nih!"
……
Banyak yang berbisik-bisik. Sejak pacaran dengan Han Sen, pertahanan wajah Ji Yanran langsung naik. Tidak hanya tidak malu, malah ada rasa bangga kecil di hati.
“Yanran, menurutku kalian setiap hari menyiksa 'anjing' seperti ini apa menarik?” Qu Lili protes sambil menyentuh siku Ji Yanran.
“Menurutku sangat menarik.” Ji Yanran tersenyum bahagia: “Kalau kamu tak mau memakan makanan anjing, cari sendiri pacar laki-laki.”
“Mana mungkin aku seberuntung kamu, ada junior dewa game hijau putih bersih tangguh yang mengirim diri.” Suara Qu Lili terdengar asam.
“Nggak bisa disalahin. Kecantikan dan daya tarikku memang tak tertahankan. Aku juga tak mau, tapi ada yang nekat mengirim diri, aku bisa berbuat apa?” Ji Yanran menjawab dengan senyum nakal.
Qu Lili membelalak marah: “Yanran, sejak kamu bersama junior dewa game itu, kamu semakin tak tahu malu dan kehilangan rasa hormat. Sudah terpengaruh buruk oleh Sekolah Dewa Game!”
“Penelitian menunjukkan, pasangan yang sudah lama bersama akan perlahan terpengaruhi gen satu sama lain. Ini disebut mirip suami-istri. Tidakkah kamu merasa Han Sen belakangan semakin tampan?” Ji Yanran berkata sambil berkedip-kedip.
“Kalian berdua lebih baik cepat-cepat mati saja.” Qu Lili memutar mata putih, benar-benar tak bisa berbuat apa-apa menghadapi Ji Yanran sekarang. Dulu, cukup dengan menceritakan joke mesum saja sudah bisa membuat pipi Yanran memerah. Sekarang, ketika dia bercanda mesum, Yanran malah bisa membalas dengan joke yang lebih vulgar dan kekerasan.
“Han Sen yang kejam! Kembalikan Yanran kecilku yang polos seperti air!” Dalam hati, Qu Lili berpikir dengan penuh kebencian.
“Guru yang mengajarkan seni bela diri kontemporer-kuno kepada mereka, Chen Ling, adalah seorang wanita berparas molek yang baru menginjak 30-an. Melihat para murid tak lagi fokus berlatih sejak kedatangan Han Sen, ia tersenyum dan berkata: 'Begitu sang selebritas datang, suasana langsung berubah. Sepertinya kalian sudah tak berminat melanjutkan latihan. Bagaimana jika kita minta bintang kita turun ke podium untuk mempertunjukkan jurus Hitam-Putih?'”
“Bagus... Guru Chen, kamu yang terhebat...”
Sorak-sorai gegap gempita langsung memenuhi ruangan. Peristiwa Han Sen mengalahkan Yu Mingzhi dalam pertarungan Hitam-Putih di kelas Professor Yan telah menjadi legenda di Akademi Militer Black Eagle.
“Murid Han Sen, ini adalah aspirasi bersama. Maukah kau turun ke arena untuk mempertunjukkan jurus Hitam-Putih kepada teman-teman sekelas?” Chen Ling menyeringai ke arah Han Sen yang masih berada di tribun penonton.
“Perintah Guru Chen mana berani kulanggar.” Dengan senyum terkulum, Han Sen melangkah turun dari tribun.
Teman sekelas kembali bergemuruh sorak-sorai. Chen Ling menunggu Han Sen sampai di hadapannya, baru melanjutkan: "Kamu mau pilih lawan sendiri atau saya yang pilihkan?"
"Bu Chen, ngapain dipilih-pilih lagi? Tentu saja Si Cantik Ji!" seru seorang teman sekelas sambil berteriak.
Seketika ruangan dipenuhi tawa riuh. Meski Ji Yanran sudah berlatih ketebalan muka, pipinya tetap memerah merona.
"Baik, mari kita mulai dengan Murid Ji." Chen Ling tersenyum kecut.
Dengan wajah merah padam dalam sorak-sorai teman sekelas, Ji Yanran maju ke depan untuk duel Hitam-Putih melawan Han Sen.
Semua mata tertancap menanti teknik legendaris Hitam-Putih yang tak terkalahkan. Tapi pertarungan mereka justru berakhir dengan Han Sen kalah terus menerus - bahkan tidak menang satu ronde pun. Pemandangan ini membuat semua yang hadir tertegun seperti patung.
"Rupanya dewa game pun takluk pada istri yang ditakuti! Jalan-Ku tidak sendirian..."
"Pendidikan keluarga Si Cantik Ji benar-benar sempurna."
“Dewa game jangan takut, pria sejati mana bisa menyerah pada kekuasaan tirani wanita, paling-paling pulang nanti berlutut minta ampun, tapi di depan umum harus jaga muka pria.”
……
Han Sen sama sekali mengabaikan candaan kakak kelas, dengan gemilang kalah 20-an ronde, ternyata benar-benar tidak memenangkan satu ronde pun.
Teman sekelas terhibur, tapi Chen Ling sangat terkejut. Memang sulit menang di Hitam-Putih, tapi sengaja kalah juga tidak mudah. Apalagi kekalahan Han Sen yang tanpa jejak seperti ini membutuhkan kemampuan menilai dengan akurat 100% apakah Ji Yanran menggunakan pukulan hitam atau putih, baru bisa kalah secara sempurna.
Sengaja kalah beberapa ronde itu mudah, tapi sama sekali tidak memenangkan satu ronde pun? Kemampuan seperti ini bahkan membuat gurunya sendiri merinding. Padahal Han Sen hanyalah evolusioner pemula belaka.
Setelah sesi pelatihan selesai, Han Sen sedang bersiap pergi ke kantin bersama Ji Yanran. Namun, Chen Ling mendekat sambil tersenyum dan berkata, "Han Sen, ada hal yang ingin kubicarakan. Bisakah kamu meluangkan sedikit waktu?"
Han Sen dan Ji Yanran sama-sama membeku. Dari beberapa jurusan yang diajarkan Chen Ling, tidak termasuk jurusan panahan tempat Han Sen berada. Bisa dikatakan mereka sama sekali tidak memiliki interaksi sebelumnya. Entah apa yang ingin dibahasnya dengan Han Sen.
"Bisakah kami ikut bersama?" tanya Han Ser sambil melirik Ji Yanran dan Qu Lili di sampingnya.
"Tidak ada masalah. Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Guruku yang traktir," ujar Chen Lang sambil sudah berjalan menuju pintu keluar.
Han Sen, Ji Yanran, dan Qu Lili segera mengikuti. Mereka semua penasaran, sebenarnya apa tujuan Chen Ling mencari Han Sen.
Chen Ling membawa mereka ke salah satu kantin sekolah, bahkan memesan ruang privat khusus. Setelah memastikan Han Sen dan yang lain tidak perlu sungkan dan memesan makanan,
barulah Chen Ling menatap Han Sen dan berkata: "Han Sen, beberapa hari lagi akan ada kompetisi Hitam-Putih di jaringan pengawasan, formatnya pertandingan tim. Sekolah kita sudah mendaftar, tapi karena alasan tertentu masih kekurangan satu orang. Bisakah kamu membantu ikut serta?"
Ji Yanran dan Qu Lili sama-sama terkejut. Tak menyangka Chen Ling akan mengajak Han Sen bertanding. Pertama, Han Sen bukan dari Departemen Seni Bela Diri Kontemporer-Kuno, kedua juga bukan anggota Klub Bela Diri Kuno. Biasanya peserta kompetisi seperti ini dipilih dari kedua kelompok tersebut.
"Xu Qian dan yang lain sudah menghubungiku. Aku sudah setuju ikut pertandingan melawan Akademi Militer Santo. Tapi untuk kompetisi lain, aku tidak bisa menjamin pasti punya waktu." Han Sen tersenyum sambil menjawab.
Chen Ling langsung berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya: "Xu Qian dan kawan-kawannya ternyata masih ada gunanya juga, bagus. Nanti harus kuberi mereka pujian. Sangat bagus kamu bisa ikut kompetisi ini. Untuk pertandingan melawan Akademi Militer Shengde, bagaimanapun juga kita tidak boleh kalah. Tim sekolah sepenuhnya mengandalkanmu!"
