Bulan menggantung di pucuk pohon willow, manusia berkencan di balik senja.
Di tepi Danau Bulan yang berkilauan cahaya bintang, di bawah sebatang pohon willow, berdiri dua siluet muda - pria dan wanita.
“Tutup matamu.”
“Kenapa harus menutup mata?”
“Tutup atau tidak?”
“Tidak.”
“Kalau tidak tutup, aku pergi.”
“Jangan ingkar janji.”
“Jadi tutup atau tidak?”
“Baiklah.”
“Dilarang membuka mata mengintip.”
“Aku tidak mengintip.”
Melihat Han Sen berdiri di sana dengan mata tertutup, Ji Yanran yang pipinya memerah perlahan mengangkat ujung kakinya, malu-malu mendekatkan bibir kecil kemerahan ke pipi Han Sen.
Tapi sebelum bibirnya menyentuh pipi Han Sen, tiba-tiba Han Sen membuka matanya dan menatapnya dengan ekspresi ambigu. Ji Yanran langsung tersipu malu ingin mundur.
Namun tangan besar Han Sen sudah melingkari pinggang rampingnya, menariknya ke dalam pelukan, dan langsung menutupi bibir kemerahan itu dengan bibirnya sendiri.
"Hmm..."
Saat Han Sen sedang menikmati kehangatan tubuh lembut itu, tangannya merayap ke bokong montok yang lama diidamkannya, tiba-tiba alat komunikasi berbunyi keras merusak suasana.
Han Sen ingin langsung mematikan alat itu, tapi Ji Yanran sudah lebih dulu menekan tombol penerimaan.
Tiba-tiba muncul sosok wanita seksi dalam piyama putih bergaya sensualitas bertali, memperlihatkan pasang belahan putih lembut yang luar biasa montok dan bulat sempurna hingga membuat mata berkunang-kunang di gambar holografik.
"Maaf Han Sen, sepertinya aku mengganggumu. Aku akan memutus komunikasi dulu." Ucap wanita sensual itu dengan wajah masam, lalu layar pun gelap.
"Brengsek kau...!" Ji Yanran menginjak punggung kaki Han Sen dengan geram sebelum berbalik dan pergi.
"Yanran, dengarkan penjelasanku!" Han Sen buru-buru mengejar.
"Tidak mau dengar!" Ji Yanran pura-pura tak kabur, tetap memalingkan muka dengan sikap sombong.
Han Sen terpaksa terus menjelaskan sambil mengikuti Ji Yanran, sementara dalam hati membenci mati-matian Huangfu Pingqing – semua tindakannya tampak sengaja.
Di asrama, Huangfu Pingqing saat ini sedang bersenandung kecil dengan hati riang. Tentu saja ini sengaja. Dia menerima kabar bahwa Han Sen dan Ji Yanran pergi ke tepi danau, lalu menghitung waktu tepat untuk berganti baju, memilih sudut fotogenik sebelum menelepon nomor Han Sen.
"Kamu takkan bisa kabur dari telapak tangan si nona tua." Huangfu Pingqing berendam busa sambil membanggakan diri.
Lawan Black Eagle di babak kedua adalah tim legendaris Hitam-Putih. Meski Han Sen dan Ouyang Xiaosan masing-masing menang satu ronde, kekuatan menyeluruh Black Eagle terlalu buruk. Akhirnya mereka kalah dalam pertandingan.
Han Sen tak bisa berbuat apa-apa. Semua upaya telah dilakukan. Penonton ramai-ramai membela kehormatan Black Eagle, mengecam keras penyelenggara yang mengubah sistem pertandingan secara dadakan sebagai tindakan sangat tidak adil.
Tapi takdir sudah ditetapkan. Tak ada yang bisa diubah lagi.
Karena Black Eagle dan Santo sudah tersingkir, sementara Akademi Militer Pusat tidak ikut kompetisi, bisa dikatakan daya tarik pertandingan kali ini sudah sangat sedikit. Setelah Black Eagle tersingkir, jumlah penonton tiba-tiba merosot drastis, membuat panitia penyelenggara terus-menerus mengeluh kesulitan.
Kecuali pertandingan Black Eagle melawan Santo dan satu pertandingan Black Eagle berikutnya, lomba-lomba lainnya diboikot banyak orang dengan rating yang menyedihkan.
Sebenarnya ini bukan boikot yang disengaja. Kecuali bagi orang yang punya minat khusus pada pertandingan Hitam-Putih, tidak ada yang tertarik menyaksikan pertandingan sisa tim.
Namun rekaman pertandingan Han Sen melawan Santo justru ditayangkan berulang kali. ID "Kaisar Pukulan Hitam" mulai populer di kalangan pecinta Hitam-Putih.
Han Sen sendiri tidak ambil pusing. Memang benar Hitam-Putih adalah metode latihan yang bagus untuk melatih penerapan kekuatan ilusif versus nyata serta membaca psikologi lawan. Tapi fokusnya bukan di sini. Keikutsertaannya dalam kompetisi hanya karena ajakan teman sekelas, tanpa niat menjadi peserta profesional.
Lelang Huangfu Pingqing, Han Sen juga ikut menghadiri. Namun dua roh hewan suci darah ilahi dibanderol dengan harga yang menakutkan, sama sekali tidak ada modal untuk ikut lelang.
Seekor roh binatang terbang level darah suci dibeli Lin Beifeng seharga 178 juta. Sedangkan lelang trisula perak tiga mata lebih sengit, akhirnya dibeli Shen Tianzi dengan harga 230 juta. Han Sen diam-diam menjulurkan lidah kagum.
Awalnya dia berniat menggadaikan armor Silver Killer TS dari hadiah kompetisi mendominasi Di Gang, lalu menambahkan tabungan pribadi untuk bertarung habis-habisan.
Tapi begitu melihat dinamika lelang yang gila, terpaksa membatalkan niat karena selisihnya sudah terlalu banyak.
Melihat harga lelang yang gila itu, Han Sen sangat ingin menjual semua roh binatang sucinya. Dengan begitu dia bisa langsung menjadi konglomerat.
Sekalipun satu ekor dijual 100 juta, total asetnya bisa mencapai beberapa ratus juta.
"Tapi uang sebanyak ini belum cukup bagi orang kaya untuk membeli sebuah pesawat ruang angkasa. Kalau dipikir lebih dalam, ini tak ada artinya."
Setelah mengikuti acara lelang, Han Sen sedang menghitung rencana berburu makhluk mutan. Baru saja keluar dari Perlindungan Baja, tiba-tiba ia merasakan kondisi di luar berubah gelap secara drastis.
"Ini masih pagi hari, kenapa tiba-tiba gelap? Jangan-jangan akan hujan?" Hati Han Sen dipenuhi keheranan. Baru saja langit masih bersih tanpa awan, mengapa sekejap mata menjadi suram?
Namun saat menengadah, Han Sen hampir melonjak kaget. Di langit sama sekali tidak ada awan hitam, melainkan sebuah pulau melayang raksasa berbentuk puncak gunung terbalik yang mengapung di atas Perlindungan Baja, menghalangi matahari hingga menyelimuti area seluas belasan kilometer di sekitar perlindungan dengan bayangan.
"Pulau Bidang Ilahi... Ini Pulau Bidang Ilahi..." Tiba-tiba seseorang di sebelahnya berteriak penuh kejutan.
Han Sen tentu saja mengenali itu adalah bidang ilahi. Barang ini sebelumnya hanya pernah ia lihat di data jaringan pengawasan. Bidang ilahi yang sesungguhnya masih pertama kali ia saksikan.
Istilah bidang ilahi merujuk pada pulau-pulau mengambang yang kadang muncul dari langit. Setiap bidang ilahi dijaga oleh Makhluk Darah Ilahi. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, memenggal makhluk tersebut pasti akan mendapatkan roh hewan suci darah ilahi.
Jadi menemukan bidang ilahi berarti ada roh hewan suci darah ilahi. Namun naik ke bidang ilahi yang tingginya lebih dari sepuluh ribu meter bukanlah hal yang mudah.
Sayap level purba maupun tingkat mutasi tidak bisa terbang setinggi itu. Hanya sayap level darah suci yang mampu mencapainya. Ini juga menjadi batas minimum untuk naik ke pulau.
Han Sen diam-diam senang. Roh terbang di sekitar Perlindungan Baja memang langka. Level darah suci bahkan belum pernah didengar - sepertinya hanya dirinya yang memiliki Zi Yu Lin Long. Ini sangat menguntungkan baginya.
Dan selain Zi Yu Lin Long miliknya, sayap level darah suci yang diketahui hanya ada satu, yaitu yang baru saja dilelang oleh Huangfu Pingqing dan sekarang berada di tangan Lin Beifeng.
Han Sen diam-diam menertawakan: "Mungkin Kakak Botol Susu sekarang menyesal sampai ususnya menghitam. Jika dia menunda lelang hingga sekarang, mungkin harga sayap darah suci itu akan melampaui Garpu Tiga Mata Darah Perak. Pasti si brengsek Shen Tianzi juga menyesal tidak mengincar sayap darah suci dan malah membidik garpu perak itu?"
Untuk menghindari malam panjang mimpi banyak, Han Sen langsung mencari tempat tersembunyi. Dengan memanggil baju zirah kumbang hitam darah dewasa yang hampir pulih total dan sayap Zi Yu Lin Long, dia terbang menuju pulau ilahi di langit.
Barulah terbang kurang dari separuh, dari kejauhan terlihat seseorang di arah lain juga mengepakkan sayap menuju bidang ilahi.
"Aksi Lin Beifeng ini cepat sekali." Han Sen mendekati siluman itu, tapi saat terbang lebih dekat, ternyata itu bukan Lin Beifeng melainkan Shen Tianzi.
