Rasa tak berdaya, kepasrahan, keengganan, dan keputusasaan saling berpadu, membuat pandangan mata Lu Botao perlahan menunjukkan ketakutan dan keinginan untuk mundur.
Tangan iblis itu seolah ada di mana-mana. Meski sudah mengalami jutaan kompetisi Tangan Tuhan, Lu Botao tidak pernah mengalami keputusasaan sebesar ini.
Tak peduli seberapa kuat lawannya, bahkan dalam kekalahan telak sekalipun, selalu ada secercah alasan untuk bertahan. Namun pertandingan ini adalah yang hampir tidak memiliki alasan sama sekali.
Tak peduli titik cahaya mana yang ingin dituju Lu Botao, lawan selalu lebih dulu mengena tepat sasaran. Setiap kali sama, tak ada satu pun kesalahan. Lu Botao tak pernah menyangka dirinya akan mengalami hari yang begitu memilukan, bahkan satu poin pun terasa mustahil diraih.
"Satu poin... Bagaimanapun harus dapatkan satu poin dulu..." Sebagai anggota Akademi Militer Pusat, ketahanan mental Lu Botao cukup tangguh. Jika orang lain mungkin sudah hancur, dia masih menggigit gigi bertahan. Meski cuma satu poin, sama sekali tidak boleh kalah telak seperti ini.
Tapi segera Lu Botao menyadari, betapa jauhnya jarak menuju satu poin itu.
Dor!
Saat titik cahaya terakhir hancur berkeping, seluruh tubuh Lu Botao membeku. Penghitung skor yang berkedip 100-0 membuatnya nyaris runtuh.
"Taozi, kau sengaja mengalah padanya?" Liang Yiming bertanya ragu. Dari sudut manapun dilihat, ini jelas bukan aksi pengorbanan. Tapi jika bukan itu, bagaimana mungkin seseorang bisa menutup rapat-rapat skor Lu Botao tanpa kebobolan?
Lu Botao tidak menjawab, tiba-tiba duduk tegak dengan raga yang kaku, matanya mengawasi ketat gambar holografik sambil cepat-cepat mengirimkan undangan pertarungan kembali ke lawan.
Lawan menyetujui undangan pertarungan. Pertandingan dimulai kembali. Seluruh tubuh Lu Botao tegang seperti binatang buas yang mengawasi ketat gambar holografik, bersiap serangan balik untuk melancarkan serangan paling dahsyat.
Namun ketika pertandingan dimulai, tubuh Lu Botao perlahan mulai mundur. Tak tertahankan, tak tertandingi. Telapak tangan Iblis milik lawan itu menghancurkan semua percaya dirinya.
Tak bisa diklik... Benar-benar tak bisa diklik...
Lu Botao hampir menghabiskan seluruh tenaga dan akalnya. Entah mencoba menang dengan kecepatan, atau menggunakan taktik mengecoh, semuanya sama sekali tidak berguna di hadapan telapak tangan Iblis itu.
Telapak tangan iblis itu seolah ada di mana-mana, bahkan seperti ada sepasang mata iblis yang tertuju pada jiwanya. Setiap kali dia memilih untuk memukul titik cahaya mana pun, lawan selalu berhasil menghancurkan harapannya tepat di ujung jari.
"Tidak mungkin... Ini mustahil..." Lu Botao merasakan telapak tangan itu semakin membesar, seakan menguasai seluruh ruang di sekitarnya. Sementara tubuhnya sendiri semakin menyusut, bagai boneka yang dipermainkan iblis di antara jemari.
Dor!
Pertandingan belum usai, tapi Lu Botao sudah lunglai di sandaran kursi. Keyakinan dirinya hancur lebur, bahkan keberanian untuk melanjutkan pun hilang.
Di sampingnya, Liang Yiming basah kuyup oleh keringat dingin. Sejak awal pertandingan kedua, dia mencoba membayangkan diri berada di arena - menganggap lawan itu sebagai musuhnya sendiri. Namun dalam sekejap, seluruh bajunya sudah lembap oleh peluh.
Karena Liang Yiming menyadari, dia juga tidak bisa mengklik, benar-benar tidak bisa. Ini bukan kesalahan Lu Botao, melainkan lawan benar-benar seperti iblis yang bisa membaca jiwa, sepenuhnya menguasai pertandingan dalam genggaman satu tangan.
"Botao, apakah ini benar-benar Ji Yanran dari Black Eagle? Kau yakin ini bukan evolusioner?" tanya Liang Yiming dengan tak percaya. Dia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa lawan mereka ternyata adalah sesama murid akademi militer, kekuatan seperti ini sudah cukup untuk menghancurkan level evolusioner pemula.
"Aku... aku tidak tahu..." Sekarang Lu Botao juga mulai ragu, menatap ID lawan dengan ekspresi bodoh: "ID-nya benar, seharusnya ini ID Ji Yanran. Lagipula ini area evolusioner pemula, evolusioner seharusnya tidak bisa mendaftar di sini kan?"
Liang Yiming juga tertegun mendengarnya. Perkataan Lu Botao memang masuk akal. Jika berstatus evolusioner, saat masuk game seharusnya akan dialokasikan ke area lain. Mereka seharusnya tidak bisa bertanding dengan evolusioner pemula.
Tapi ada juga kasus di mana seseorang yang baru menjadi evolusioner belum mendaftarkan identitas evolusioner ke Alliance, sehingga sistem pertarungan masih menganggapnya sebagai evolusioner pemula dan tetap membagikannya ke area pertandingan evolusioner pemula.
"Jika lawan benar-benar hanya evolusioner pemula, itu sungguh mengerikan. Mungkin hanya monster di sekolah kita yang bisa melawannya." Ekspresi Liang Yiming berubah masam.
"Siapa kau..." Ucapan Liang Yiming ini tiba-tiba menyadarkan Lu Botao. Dengan tubuh tegak, ia mengirimkan informasi ke lawan dengan cepat.
Keduanya lalu mengawasi ketat gambar holografik, menunggu tanggapan lawan.
Di aula holografik Akademi Militer Black Eagle, Ji Yanran duduk di pelukan Han Sen, tertegun seperti patung menyaksikan Han Sen yang sedang bermain game dengan satu tangan sambil memeluknya.
Sekarang dia akhirnya mengerti bagaimana dirinya bisa kalah dari Han Sen di pesawat ruang angkasa. Pria ini benar-benar Iblis - kecepatan tangan dan kemampuan pra-penilaiannya sama sekali tidak seperti manusia.
Namun dari sudut pandang Ji Yanran, jari-jari yang bergerak bebas itu bagaikan seorang pianis sedang memainkan komposisi piano indah, dengan penjarian elegan dan megah yang mengalir deras, tampak memesona bak pesta visual yang hidup.
"Kamu benar-benar mengerikan." Baru setelah Han Sen menyelesaikan pertandingan, Ji Yanran menghela napas panjang, menjulurkan lidah merah mudanya yang hijau sambil berkata.
"Di mana sisi mengerikanku?" Han Sen mendekatkan bibirnya ke daun telinga Ji Yanran, bertanya sambil tertawa ringan.
"Lihatlah, kamu sampai memaksa orang lain tak bisa melanjutkan permainan. Bukankah itu mengerikan?" Daun telinga Ji Yanran memerah, suaranya bercampur bahagia dan kesal.
"Siapa suruh dia berani mengincar pacarku? Itu tak termaafkan." Han Sen menatap daun telinga merah muda yang transparan itu, akhirnya tak tahan menunduk dan menciumnya.
Seluruh raga Ji Yanran gemetar hebat seakan tersambar listrik.
"Saat itu, pesan Lu Botao memantul keluar." Han Sen meliriknya, lalu langsung membalas tanpa ragu: "Aku pacar laki-laki Ji Yanran."
Anjing pun masih harus buang air kecil sambil mengklaim wilayah, Han Sen sedang menyatakan status kontrol wilayahnya.
"Apa kamu murid Akademi Militer Black Eagle?" Pesan Lu Botao kembali melonjak muncul.
"Ya." Setelah membalas, Han Sen langsung keluar dari ruangan dan platform pertarungan God Hand. Gadis cantik sudah dalam pelukannya, mana mungkin dia berminat mengobrol dengan jantan busuk.
Ji Yanran mulai menyadari sesuatu. Pipinya semakin merah, wajah putihnya memancarkan kemerahan muda yang tak terkatakan memikat. Han Sen sudah tak tahan lagi, langsung mencium wajah itu.
Meski di tengah keramaian aula tak bisa benar-benar 'bermain', tetap saja ini cukup memuaskan bagi Han Sen.
“Dua orang, kalian terus-terusan memberi makanan anjing di tempat umum sambil menganiaya hewan kecil lajang seperti ini tidak baik lho.” Qu Lili muncul di samping dengan waktu yang sangat tidak tepat.
Ji Yanran langsung memerah karena malu, buru-buru kabur dari pelukan Han Sen.
Qu Lili memandangi Ji Yanran yang wajahnya merah padam dan Han Sen yang berdiri dengan tenang, lalu berkata sambil tersenyum: "Yanran, Dewa Game adik tingkat, aku bukan sengaja mengganggu kalian. Yanran sendiri yang sudah janji hari ini akan menemaniku memilih teknik gen super nuklir. Waktu yang kita sepakati sudah lewat."
