Han Sen ingin menyelidiki dasar danau, tapi makhluk itu sama sekali tidak mau menjauh dari wilayah perairan, membuatnya kehilangan kesempatan baik.
Dan Han Sen juga tidak tahu apakah ada sesuatu yang berbahaya di dalam danau, tidak berani gegabah turun.
"Lebih baik selesaikan dulu Makhluk Darah Ilahi itu, baru periksa apa sebenarnya isi danau." Han Sen bersikeras ingin mengalahkannya.
Sekarang dia sudah mulai menguasai penggunaan tenaga yin dan yang, asal semakin familiar dalam pertarungan nyata, membunuh makhluk itu pasti tidak sulit.
Tapi segera Han Sen sadar, membunuh makhluk ini sama sekali tidak mudah. Meski setiap kali kemampuannya pulih langsung dicari, bahkan setelah menguasai tenaga yin/yang bisa melukainya,
Begitu makhluk itu masuk danau untuk berendam, luka seberat apapun langsung sembuh. Kecuali Han Sen bisa langsung membunuhnya, sama sekali tidak ada kesempatan.
"Ingin langsung membunuhnya lebih mustahil. Makhluk Darah Ilahi itu begitu terluka akan masuk ke status Amuk, tenaga dan kecepatannya meningkat drastis. Han Sen dalam situasi seperti itu sama sekali tidak berani menghadapinya frontal, hanya bisa kabur."
"Sepertinya harus menyelidiki dulu keanehan di dalam danau, kalau tidak mustahil membunuhnya." Han Sen terbang di udara sambil mengamati danau itu.
"Bagian terlebarnya sekitar 20 meter, tampaknya tidak terlalu dalam. Airnya jernih, di siang hari bisa langsung melihat tumbuhan air di dasarnya, kedalamannya sekitar satu meter lebih."
Makhluk Darah Ilahi itu menunggangi kuda bertanduk tunggal turun, kepala kuda itu masih terlihat di permukaan.
Tapi Han Sen melihat ke kiri dan kanan, tidak melihat ada apa-apa di dalam air selain tumbuhan air.
Saat makhluk itu terluka dan masuk ke air, Han Sen juga mengamati - makhluk itu hanya berendam di air tanpa melakukan apapun, tidak lama lukanya sembuh total.
“Apakah air danau itu memiliki keistimewaan tertentu? Sehingga makhluk Darah Ilahi ini enggan meninggalkan tempat ini?” Han Sen menebak dalam hati, tapi segera menyadari ketidaklogisannya.
Di Rawa Kegelapan, danau semacam ini sangat umum. Semuanya terisi air hujan, bukan mata air bawah tanah. Danau lain tak bermasalah, mengapa hanya danau di sini yang begitu ajaib.
“Pasti ada sesuatu di dalam danau ini.” Gumam Han Sen dalam hati.
Setelah pengamatan intensif yang lama, tetap tak terlihat sesuatu apa pun di danau. Setidaknya di area yang terlihat jelas pasti kosong, kecuali mungkin tersembunyi di balik tumbuhan air atau di bawah tanah.
Makhluk Darah Ilahi tentu tak akan memberinya waktu untuk menyelami danau dan mencari perlahan. Setelah berbagai pertimbangan, satu-satunya jalan tetap harus membunuh makhluk itu terlebih dahulu.
“Aku tak percaya tak bisa mengalahkannya.” Han Sen bertekad bulat, melanjutkan pertarungan hariannya dengan makhluk Darah Ilahi tersebut.
Sejak kejadian hampir tertembak tombak panjang waktu itu, Han Sen menjadi lebih berhati-hati. Bahkan saat terbang di langit, tangannya tetap erat menggenggam Pedang Malaikat Perang Suci dalam kondisi siaga penuh. Jika makhluk darah ilahi itu mencoba menembaknya lagi dengan senjata, dia bisa membelah peluru tersebut dengan satu sabetan pedang, jadi tidak takut serangan serupa terulang.
Hampir dua bulan berada di sini, Han Sen sudah mampu menguasai tenaga yin dan yang dengan lancar. Percepatan perkembangannya berkali lipat lebih cepat dibanding relawan tentara pilihan Bai Yishan lainnya.
Relawan tentara unggul yang dipilih Bai Yishan sebelumnya membutuhkan setidaknya dua tahun baru bisa masuk ke babak awal. Tapi Han Sen hanya butuh dua bulan sudah mencapai tahap menguasai tenaga yin dan yang dengan mahir.
Han Sen tidak tahu apakah ini karena bakat istimewa yang dimilikinya, tingkat penyelesaian gennya yang tinggi, atau mungkin karena pengaruh dari 《Ilmu Tulang Giok dan Otot Es》.
Sekarang Han Sen sudah bisa menghadapi Makhluk Darah Ilahi itu dalam pertempuran frontal. Teknik spiral tombaknya dikalahkan oleh 《Meriam Magnetis Yin-Yang Besar》, tak lagi bisa mendominasi Han Sen seperti dulu.
Tapi Han Sen tetap kesulitan membunuhnya. Kekuatan makhluk itu jauh superior, bahkan tanpa teknik spiral tombak. Ditambah kuda bertanduk tunggal yang ditungganginya sangat gesit, selalu melancarkan serangan mematikan di saat genting, memaksa Han Sen mengurungkan niat menyerang.
Dulu Han Sen tak paham arti "manusia-kuda menyatu". Setelah menyaksikan koordinasi sempurna dua Makhluk Darah Ilahi ini, bahkan dia sendiri tergoda mempelajari seni menunggang kuda.
Pelajaran menunggang kuda memang ada dalam pendidikan terpadu, tapi hanya menggunakan kuda biasa untuk latihan dasar. Dibandingkan dengan keahlian Makhluk Darah Ilahi ini, tingkatannya bagai langit dan bumi.
“Han Sen juga pernah berkhayal dirinya menunggangi Miao Jun dengan tombak panjang di tangan, melakukan sprint untuk menghempaskan musuh dari punggung kuda. Tapi untuk mencapai level seperti itu, jelas membutuhkan latihan intensif yang memakan waktu lama - sesuatu yang belum ia miliki saat ini.
"Sepertinya harus mengambil risiko." Han Sen kembali mencari masalah dengan makhluk darah ilahi itu.
Namun kali ini ia tidak menggunakan transformasi Sang Pembantai Berdarah maupun baju zirah kumbang hitam. Memanfaatkan kesempatan saat sepi, ia langsung memanggil roh binatang Ratu Iblis dan menyatukannya dengan raganya. Seketika penampilannya berubah: rambut pirang dengan zirah merah menyala. Bahkan Pedang Malaikat Perang Suci pun ia tinggalkan, menyerang makhluk itu dengan tangan kosong.
Makhluk darah ilahi itu sudah membenci Han Sen sampai ke tulang sumsum. Melihatnya mendekat, tanpa basa-basi langsung menusukkan tombak panjangnya dengan kekuatan penuh, berniat menembus raganya.
Han Sen malah melangkah selangkah, bagai lidah ular berbisa menjulur. Akselerasi Aliran Partikel Ultra digunakannya hingga batas maksimal, hampir dalam sekejap berhasil menghindar dari tusukan itu dan berpindah ke sisi Makhluk Darah Ilahi.
Kuda Bertanduk Tunggal tanpa basa-basi mengarahkan kepalanya ke Han Sen. Tanduk spiral di kepalanya menusuk tajam ke arah mata pria itu.
Serangan ini begitu cepat dan mematikan. Jangankan Han Sen yang saat ini tak memakai Baju Zirah Darah Suci, bahkan jika mengenakannya pun pasti akan tertembus sampai berlubang.
Tapi Han Sen sejak awal tak berniat bertarung frontal. Di matanya, serangan Kuda Bertanduk Tunggal ini terlihat agak lambat. Dengan langkah gesit, ia kembali menghindari tanduk itu, barulah mengirimkan pukulan dahsyat ke titik vital di pinggang makhluk itu.
Karena tak menggunakan transformasi Sang Pembantai Berdarah, tinggi badannya hanya bisa mencapai area pinggang Makhluk Darah Ilahi tersebut.
Tombak besar Makhluk Darah Ilahi sudah ditarik kembali, menyapu ke arah Han Sen dan memaksanya menarik kepalan tangan serta merapatkan tubuh untuk menghindari serangan tombak itu.
Sorot mata Han Sen dipenuhi cahaya ilahi berkilauan, berulang kali melancarkan serangan ke Makhluk Darah Ilahi. Namun bahkan setelah belasan kali percobaan, ia tetap gagal mendekati makhluk itu.
Dalam wujud transformasi Ratu Iblis, Makhluk Darah Ilahi sulit melukainya. Tapi tanpa tenaga dan kecepatan Sang Pembantai Berdarah, Han Sen tak bisa bertarung habis-habisan, membuatnya sama sulitnya melukai makhluk tersebut.
Akhirnya Han Sen terpaksa mundur. Dua Makhluk Darah Ilahi ini sangat tangguh di segala aspek, bukan karakter yang bisa dibunuh sembarangan.
Setelah dua minggu berlalu, Han Sen masih gagal membunuh Makhluk Darah Ilahi. Memperhitungkan waktu, makhluk mutan yang dipelihara di rumahnya hampir berevolusi ke level darah suci. Han Sen pun tak mau terus berurusan di sini.
Setelah lebih dari dua bulan proses kejadian ini, Han Sen bisa dikatakan telah menguasai seluk beluk kedua makhluk Darah Ilahi tersebut. Di Perlindungan Pertama Tuhan, mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan mereka sendirian dalam pertarungan frontal.
Namun, Han Sen masih memiliki satu trik terakhir.
