Hampir semua orang merasa menyesal untuk Han Sen. Dalam keunggulan sebesar itu, dia gagal mengeliminasi Kyōgiri Kiri. Kini dalam duel satu lawan satu, dengan busur 11.0 di tangan Han Sen, kesempatan untuk menang sudah sangat kecil.
Busur kuat Kyōgiri Kiri sudah memiliki daya hancur yang mengancam Han Sen bahkan dari jarak 200 meter. Sementara busur Han Sen, meski dia mendekat ke posisi 50 meter, belum tentu bisa mengenai kecepatan luar biasa Kyōgiri Kiri.
Justru semakin spektakuler performa Han Sen di lapangan, semakin dalam rasa sesal yang dirasakan semua orang untuknya.
"Tahun depan... Tahun depan... Kami pasti akan kembali lagi..." Tatkala Han Sen semakin terjepit ke Area Balok Horizontal tanpa bisa melepaskan diri dari Kyōgiri Kiri, Xu Tianhao merasakan kegeraman yang tak terucapkan.
Dia benar-benar tidak rela. Tiga tahun berturut-turut kalah, bahkan belum pernah merantau sampai babak kedua. Tahun ini akhirnya sampai di tahap ini, dia sangat-sangat ingin menang.
Tapi lawan mereka adalah Akademi Militer Pusat dan Kyōgiri Kiri. Meski sudah mencapai level ini, mereka tetap hanya bisa menyaksikan kemenangan akan dihancurkan oleh Kyōgiri Kiri.
Xu Tianhao berbicara tentang tahun depan, tapi tiba-tiba tersadar: Dia tidak punya tahun depan lagi. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di akademi militer. Dia harus berpamitan dengan Liga Akademi Militer.
Perasaan yang tak tertahankan memuncak di hatinya. Secara tak sadar, kilauan kecil mulai muncul di mata Xu Tianhao.
"Bahkan jika harus mengorbankan sepuluh tahun nyawaku, berilah dia sedikit keajaiban." Xu Tianhao merasakan amarah tertahan yang menyiksa di dadanya.
Mata indah Situ Xiang berkilauan, hatinya pun sulit kembali tenang.
Bahkan dia sendiri tak menyangka Black Eagle benar-benar bisa mencapai tahap ini. Rencana berisiko itu ternyata sukses, bahkan bisa bertarung melawan Akademi Militer Pusat dalam pertarungan raja vs raja. Tapi yang dipegang Han Sen adalah busur 11.0.
Pada detik ini, Situ Xiang sangat ingin menerobos masuk ke lapangan dan menyerahkan sebuah busur kuat kepada Han Sen, tetapi hal itu mustahil dilakukan.
Han Sen telah mengikuti rencananya, mengambil busur yang paling cocok untuk rencana tersebut, dan memang memberikan fungsi yang sangat bagus. Namun sekarang Situ Xiang sangat menyesal karena tidak menyuruh Han Sen membawa busur kuat.
Ji Yanran dan Qu Lili sama-sama mengepalkan tinju dengan cemas, mata mereka tak berkedip memandangi rekaman pertandingan, dalam harapan yang kompleks antara ingin menyaksikan Han Sen menang namun takut untuk melihat.
"Lili, Han Sen akan menang, bukan?" harap Ji Yanran ingin mendapat jawaban afirmatif dari Qu Lili.
"Pasti menang! Dewa game ini pasti menang!" kilatan cahaya di mata Qu Lili berbinar sambil berkata dengan penuh keyakinan.
"Han Sen sudah melakukan yang terbaik. Dia hanya menggunakan busur yang salah di waktu yang salah. Jika dia juga murid kelas empat dan memiliki busur kuat 16.0, ini akan menjadi pertarungan super yang belum pernah terjadi sebelumnya," ucap Wen Xiuxiu sambil menghela napas, menyaksikan Han Sen terdesak ke Area Balok Horisontal.
Mayoritas setuju dengan pernyataan Wen Xiuxiu. Han Sen memang kuat, tapi dibandingkan Kyōgiri Kiri, dasar yang dimilikinya masih kurang.
"Sepertinya Kyōgiri Kiri tetap harus dikalahkan olehmu sendiri, Lao Lin," kata Tang Zhenliu sambil juga menghela napas. Meski tidak ahli memanah, dia bisa melihat kelemahan Han Sen saat ini.
Lin Feng berkata datar, "Belum tentu. Orang itu belum menyerah. Di matanya, aku belum melihat keraguan."
"Tapi aku benar-benar tidak bisa membayangkan kesempatan apa lagi yang dia punya. Di Area Balok Horisontal tanpa penghalang, bertarung frontal... Apakah busur 11.0 mungkin mengalahkan busur 16.0?" tanya Tang Zhenliu penuh kebingungan.
“Di dunia ini, kekuatan dan kelemahan tenaga tidak mewakili segalanya.” Sorot mata Lin Feng mengawasi ketat Han Sen dan Kyōgiri Kiri yang bergerak cepat di Area Balok Horizontal, berkata dengan tenang: "Dua orang seperti itu, kecuali salah satunya diskualifikasi, selamanya jangan menarik kesimpulan dengan gegabah."
Meski Tang Zhenliu tahu Han Sen memang bukan orang biasa, tapi dalam kelemahan seperti ini, dia tidak melihat kesempatan apa lagi yang tersisa bagi Han Sen.
Terjepit di Area Balok Horizontal hampir pasti mengarah pada kekalahannya. Dalam duel frontal tanpa penghalang, pemegang busur yang lebih kuat akan menang - ini adalah kebenaran mutlak yang tak terbantahkan.
Baik dari segi jarak tembak maupun kecepatan panah, busur di tangan Han Sen masih terlalu jauh ketinggalannya.
Jika lawannya adalah orang lain, mungkin masih ada secercah harapan bagi Han Sen. Tapi lawannya adalah Kyōgiri Kiri. Tang Zhenliu sama sekali tidak melihat ada harapan tersisa bagi Han Sen.
Setelah memasuki Area Kayu Melintang, Han Sen tidak melanjutkan pelariannya. Dia sudah berada dalam jarak tembak Kyōgiri Kiri tanpa ada penghalang apapun. Berlari lebih jauh pun takkan bermakna.
Kyōgiri Kiri memasuki area kayu dengan langkah tenang sambil menggenggam busur. Alih-alih langsung menembak, matanya menatap tajam: "Kau memang luar biasa. Sayang aku takkan memberi kesempatan lagi. Semua harus berakhir hari ini."
"Untuk apa menunggu? Sekarang saja sudah bagus." Wajah Han Sen tetap dingin sambil perlahan mengangkat busurnya.
Tanpa sepatah kata, Kyōgiri Kiri hanya mengangguk lalu mengarahkan panahnya ke arah lawan.
Dua sosok dengan dua busur terentang. Di bawah lampu langit-langit yang memukau, mereka bagai patung saling mengunci pandang selama sekejap. Tiba-tiba keduanya bergerak serempak.
Panah melesat dan tubuh mereka bergerak dalam sinkronisasi sempurna. Pelepasan anak panah dan penghindaran terjadi dalam satu tarikan napas.
Panah Kyōgiri Kiri jelas jauh lebih cepat daripada panah Han Sen. Baru saja melepas tali busur, anak panah sudah menghujam di hadapan Han Sen yang dengan gesit menyampingkan badan, menghindari anak panah mematikan itu dengan selisih tipis.
Sementara Kyōgiri Kiri terlihat jauh lebih santai. Pada jarak seperti ini, kecepatan panah Han Sen terlalu lambat untuk menjadi ancaman baginya.
Namun Kyōgiri Kiri tetap mendekati Han Sen dengan kecepatan tinggi sambil kembali mengarahkan busurnya, melepaskan panah kedua ke arah Han Sen.
Han Sen tak mau kalah. Sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan, ia membalas dengan menarik busur dan melepaskan panah balasan.
Para penonton tertegun seperti patung. Kedua petarung ini saling berhadapan sambil menghujani lawan dengan panah, namun ajaibnya tak satupun mengenai sasaran. Terutama pola gerakan Han Sen yang mengerikan itu, bahkan membuat Kyōgiri Kiri gagal mengenai sasaran selama tiga tahun berturut-turut.
“Ya Tuhan, busur 16.0 dengan jarak 200 meter ternyata tiga panah berturut-turut tidak mengenai sasaran. Haruskah kukatakan hoki A Wu terlalu buruk, atau anak muda itu terlalu beruntung?” Seorang anggota Tim Akademi Militer Pusat berkata dengan berlebihan.
“Bukan masalah hoki A Wu yang buruk, juga bukan hoki Han Sen yang baik. Ini karena daya godaannya terlalu kuat.” Qin Cheng justru menjelaskan dengan serius.
“Daya godaan? Apa maksudmu? Dia kan bukan wanita cantik, A Wu juga bukan kaca. Dari mana datangnya godaan?” Anggota tim sekolah itu membelalakkan matanya.
“Yang kumaksud dengan daya godaan adalah dalam pola pergerakan Han Sen terdapat banyak ilusi. Saat dia terlihat akan melangkah ke satu arah, setelah kaki diayunkan ternyata dia bergerak ke arah yang sama sekali berbeda. Penuh dengan tipuan menggoda yang membuat penilaian A Wu mengalami penyimpangan.” Qin Cheng menjelaskan.
"Terlihat seperti asal goyang ke kiri dan kanan, ternyata sehebat itu?" Para anggota tim sama-sama memandang Han Sen di lapangan dengan ekspresi sulit percaya.
