Han Sen mengamati dengan cermat teknik gerak dan jurus pedang Kerangka Pucat. Selain gerakan-gerakan yang tak mungkin dilakukan manusia, teknik pedang dan gerakannya sendiri sudah sangat mengerikan dan tidak wajar.
Baik teknik gerak maupun jurus pedangnya sama sekali tidak mengikuti irama normal. Bahkan seseorang seperti Han Sen yang ahli dalam pra-penilaian, sulit menangkap momen aksi atau memprediksi pola pergerakan kerangka ini.
Tidak diragukan lagi, ini adalah teknik yang sangat unik. Selama beberapa hari terakhir Han Sen terus berusaha meniru dan mempelajari teknik khusus ini.
Untuk mengalahkan musuh, pertama-tama kita harus memahami musuh tersebut. Cara terbaik untuk memahami, tentu saja adalah dengan menguasai teknik unik sang lawan.
Dan teknik irama kacau kerangka ini merupakan tambahan yang sangat kuat bagi teknik percobaan pembunuhan Han Sen, inilah alasan mengapa Han Sen bersedia bekerja keras untuk meniru dan mempelajarinya.
Jika bisa menguasai teknik irama kacau ini, saat melakukan percobaan pembunuhan kita bisa mengendalikan titik irama target, memberikan serangan mematikan yang membuat lawan yang terjebak dalam irama sama sekali tidak sempat mengubah ritme dan menyusun strategi.
Selama beberapa hari ini turun ke bawah untuk bertarung dengan kerangka, Han Sen hanya bisa menggunakan Garpu Tiga Mata Pisau Darah Perak dengan bertangan tunggal, hal ini membuatnya merasa agak tidak nyaman.
"Seandainya masih ada pisau belati level darah suci." Han Sen diam-diam berharap.
Kemampuan jarak dekat kerangka benar-benar luar biasa, Pedang Malaikat Perang Suci dan tombak spiral sama sekali tidak berguna dalam pertarungan jarak dekat, justru menjadi beban saat menghadapi Kerangka Putih Giok dengan kemampuan jarak dekat super kuat.
Masalah Han Sen sekarang adalah sama sekali tidak mampu mencegah kerangka giok putih mendekat. Kerangka itu dengan mudah bisa berada di hadapannya saat transisi ritme serangan-pertahanannya, sama sekali tak terhalangi.
"Roh hewan bermutasi ada di sini. Berani tidak Kapten Han bertarung denganku? Jika Kapten menang, roh ini boleh diambil. Aku tidak minta apa-apa. Tapi jika Kapten kalah, tambahkan gratis satu Gui Yan Pi untukku bagaimana?" Seorang remaja mendatangi Han Sen sambil mengangkat pedang tebal bermutasi.
Han Sen melirik remaja itu. Jika tidak salah ingat, pemuda ini bernama Wang Junfeng, anak buah Xu Ruyan.
"Rupanya Xu Ruyan sudah tak tahan lagi, ingin menguji niat sebenarnya." Dalam hati Han Sen tersenyum sinis, sambil berkata dingin: "Mau main bagaimana?"
"Tentu tempur tangan kosong. Jatuh atau menyerah berarti kalah." Jawab Wang Junfeng.
Han Sen mencibirkan bibir, melirik Wang Junfeng dengan pandangan meremehkan, berkata penuh cibir: "Dalam kamusku tak ada kata 'kalah'. Pemenang hidup pecundang mati. Berani main? Ayo. Takut? Minggir dari sini."
Xu Ruyan ingin menguji kekuatannya, mana mungkin Han Sen mudah memenuhi keinginannya. Wanita ini punya niat terselubung. Sayangnya, Han Sen tak yakin bisa melawan Xu Ruyan dan Fu Shan sendirian. Lagipula sebagai anggota Kelompok Aksi Keamanan Khusus, membunuh klien di depan Fu Shan jelas melanggar protokol. Kalau tidak, dia lebih memilih langsung membunuh wanita ini.
Wang Junfeng mendengar ucapan Han Sen, langsung berubah pucat. Kepalanya menoleh ke arah Xu Ruyan yang berdiri di mulut gua. Ekspresi Xu Ruyan juga mulai masam.
Setelah ragu sebentar, Xu Ruyan mendekat sambil berkata: "Kapten Han, ini cuma permainan. Untuk apa terlalu serius?"
“Bermain?” Han Sen menatap Xu Ruyan dengan ekspresi ambigu: "Aku hanya bermain dengan nyawa. Jika kau ingin main, aku siap kapan saja."
Wajah Xu Ruyan berubah masam. Maksud Han Sen sudah jelas. Setiap kata tambahan hanya akan membuatnya malu sendiri. Ia hanya melototi Han Sen tanpa bersuara.
Setelah lama terdiam, Xu Ruyan berbalik menuju gua dengan wajah pucat pasi. Wang Junfeng buru-buru mengikutinya, tak berani mengambil tindakan terhadap Han Sen.
Han Sen justru berharap mereka berani menyerang. Karena wanita ini sudah berniat jahat padanya, tak perlu lagi ia beri ampun. Satu nyawa terbunuh berarti satu ancaman berkurang.
Jika mereka yang lebih dulu menyerang, Fu Shan dan kawan-kawan pun takkan bisa protes.
Han Sen memanggang daging tiga kali sehari di sekitar gua, berturut-turut selama setengah bulan. Siapapun akan jengah. Xu Ruyan tak muncul lagi, tapi Fu Shan datang sendirian tanpa membawa anggota lain dari Tim Kecil Grant.
“Berbalut seekor Guiyan Pi.” Fu Shan langsung mengirimkan sebuah roh hewan bermutasi ke Han Sen.
Han Sen melirik roh hewan mutasi itu—sebuah roh yang bisa berubah menjadi tombak panjang. Ia tersenyum: "Tidak masalah, Kapten Fu. Tunggu setengah hari, besok pagi akan kukirimkan."
Fu Shan mengangguk, tapi tak pergi. Justru duduk di batu di sebelah Han Sen. Nada bicaranya datar: "Entah apakah kau anggota Kelompok Aksi Keamanan Khusus kami, tapi di sini, satu-satunya harapanmu adalah tim penyelamat Grup Xingyu. Jadi jangan terlalu memancing Xu Ruyan."
Han Sen tahu ini nasihat realistis. "Kalau aku bentrok dengannya, pasti Kapten Fu akan membelanya?"
“Saudara-saudara ini adalah yang kubina, sudah ada satu yang mati, sisanya harus kubawa pulang dalam keadaan hidup.” Fu Shan tidak menjawab, hanya berkata dengan tenang.
Han Sen mengangguk. Keraguan Fu Shan dipahaminya. Seandainya berada di posisi itu, dia juga akan melakukan hal yang sama. Alasan Han Sen tidak berkonfrontasi total dengan Xu Ruyan adalah karena mempertimbangkan lapisan ini - mengingat Xu Ruyan adalah klien Kelompok Aksi Keamanan Khusus, Fu Shan dan timnya tidak bisa berdiri di luar. Han Sen pun tidak bisa mempertanggungjawabkan kepulangannya.
Meski Tim Kecil ini bisa disebut sebagai pasukan terlatih, saat terjadi masalah di perlindungan, bahkan petinggi Kelompok Keamanan Khusus yang ingin menyelamatkan mereka pun sama sekali tidak memiliki cara untuk bertindak.
Pertama, Tim Kecil ini sendiri sudah merupakan kemampuan tempur tertinggi di perlindungan ini. Kedua, kemungkinan besar anggota Kelompok Keamanan Khusus tidak tahu bahwa mereka mengikuti Xu Ruyan berlayar ke sini, jadi mustahil bisa menyelamatkan mereka.
“Satu-satunya yang bisa datang ke sini hanyalah orang dari perusahaan Xingyu. Hanya mereka yang tahu ke mana Xu Ruyan pergi, baru punya kesempatan mengumpulkan personel untuk menyelamatkan Xu Ruyan, atau mengirim lagi orang ke sarang makhluk mutan.”
“Jika kamu percaya padaku, aku bisa membantu berdamai dengan Xu Ruyan. Setelah tim penyelamat datang, aku jamin kamu bisa pergi bersama kita.” Kapten Fu Shan berkata dengan kesungguhan.
“Aku hargai niat baik Kapten. Tapi kebiasaanku tidak pernah menunduk pada orang lain. Paling-paling cuma mati tua di pulau ini, tak perlu merengek pada Xu Ruyan.” Kata-kata Han Sen yang keras kepala ini muncul karena dia sama sekali tak butuh kapal Grup Xingyu untuk pulang.
Fu Shan menatap Han Sen sejenak dengan serius, lalu berdiri: “Pikirkan lagi. Jika ada kebutuhan, temui aku.”
Han Sen mengawasi Fu Shan pergi tanpa ambil pusing, terus merenungkan kerangka dengan raga mengerikan dan jurus pedangnya.
Mengenai usulan Fu Shan yang mungkin merupakan kebaikan, tapi Han Sen sama sekali tidak mempertimbangkannya. Baik Xu Ruyan maupun Grup Xingyu, keduanya sangat dia benci. Malah dia ingin memerasnya secepat mungkin, mana mungkin mau berdamai dengannya.
"Jika tidak membuatnya bangkrut total, aku tidak pantas disebut telah menerima perhatian khusus dari Shen Tianzi selama ini." Han Sen diam-diam tersenyum dingin dalam hati.
