Han Sen sama sekali tidak punya ruang untuk menghindar. Serangan lutut Ratu ini bahkan lebih mengerikan daripada gigitan kura-kura tua, dalam sekejap mata sudah mencapai dadanya.
Hampir tanpa berpikir panjang, kedua tangan Han Sen langsung menyilangkan diri menekan lutut Ratu. Gaya Kata Melepas dan Gaya Kata Menempel dipakai melalui seluruh otot tubuhnya, berusaha mengimbangi sebagian tenaga serangan lutut Ratu sambil memanfaatkan momentum ini untuk mundur.
Namun semua sia-sia. Teknik pelepasan gaya membutuhkan kemampuan menguasai gaya lawan, teknik penempelan gaya juga harus bisa menyesuaikan diri dengan gaya lawan.
Tapi serangan lutut Ratu memberi Han Sen sensasi ketajaman yang tak terbendung, seolah pedang pemotong besi yang sanggup membelah emas melesat dengan kecepatan di luar nalar. Bagaimana mungkin melepas atau menempelkannya?
Dor!
Lutut langsung menghantam kedua tangan Han Sen yang bersilangan, lalu menekan dada Han Sen. Seluruh tubuh virtualnya hancur berantakan, raga digitalnya musnah dalam sekejap.
Pembunuhan seketika, dan itu bukan di titik vital. Sistem hanya memberikan satu kemungkinan penilaian: perbedaan level tenaga keduanya terlalu besar, sama sekali tidak seimbang.
Han Sen kembali ke area tunggu, mengawasi sang Ratu di arena, lalu mengirimkan permintaan pertemanan secara sembarangan.
Jika ada kesempatan lain, Han Sen masih ingin bertarung lagi dengannya. Tapi jika sang Ratu menolak pertemanannya, toh tidak ada kerugian berarti.
Di luar dugaan, sang Ratu langsung menyetujui permintaannya. Melihat nama "Ratu" bersinar di daftar teman, Han Sen merasa girang bukan main.
Saat hendak mengirim undangan duel, tiba-tiba nama sang Ratu di daftar teman menjadi redup. Jelas-jelas dia sudah meninggalkan Komunitas Gladiator, membuat Han Sen menyesal dalam-dalam.
“Sayang sekali, tapi karena dia sudah menambahkan aku sebagai teman, seharusnya masih ada kesempatan untuk mengajaknya bertarung nanti.” Han Sen menjilat bibirnya, masih belum puas.
Kekuatan Ratu melebihi makhluk super dewa itu. Jika bisa berlatih beberapa kali dengannya, akan sangat menguntungkan bagi Han Sen dalam membunuh Makhluk Dewa Super.
Mengapa Ratu mencari dirinya, Han Sen juga malas memikirkannya. Informasi pendaftaran yang digunakannya bukan identitas aslinya, ditambah sistem pengaburan wajah, seharusnya tidak ada yang tahu identitas sejatinya. Ratu pun tak mungkin tahu dia adalah Han Sen.
Han Sen hendak meninggalkan ruangan, tapi tiba-tiba teringat sesuatu. Dengan cepat dia mengeluarkan sistem, menggunakan fitur berbayar untuk mengambil rekaman pertarungan tadi dan mengirimkannya ke alat komunikasinya.
Han Sen bersiap kembali untuk mempelajari lebih lanjut, bagaimana sebenarnya teknik gerak sang Ratu itu. Mengapa meski dia hanya melakukan penghindaran, pada akhirnya justru berhasil memojokkan dirinya yang terus-menerus menyerang ke sudut ruangan.
Sang Ratu meninggalkan arena gladiator, langsung mengambil alat komunikasi dan menggeser nomor. Dengan ucapan yang ringkas, dia mengakhiri panggilan.
Sang Ratu melaporkan hasil analisisnya kepada Huangfu Xiongcheng: "Prajurit Kecil di Kapal Perang menurutku memiliki kemampuan setara dengan Qianhe Zhen. Meski dalam pertarungan tadi aku menghancurkan Han Sen dengan mudah, banyak performanya yang membuatku sedikit terkejut."
Karena itu, ketika Han Sen mengirimkan permintaan pertemanan, sang Ratu sempat ragu sejenak sebelum akhirnya menyetujui permintaan tersebut.
Di daftar teman sang Ratu, hanya terpampang satu ID "Prajurit Kecil di Kapal Perang". Bahkan rekan seperguruan dari Dewa Perang Dojo pun tidak ada yang ditambahkan.
Kenyataannya, setelah Ratu naik ke arena gladiator, dia tak henti bertarung melawan orang dan sama sekali tidak akan mengobrol dengan siapapun. Oleh karena itu, dia tidak menambahkan teman sama sekali dan menolak seluruh permintaan pertemanan.
Persetujuan terhadap permintaan pertemanan Han Sen murni karena selama pertarungan dengannya, meski kekuatan Han Sen sangat lemah, beberapa tekniknya justru menyentuh hati Ratu.
Misalnya cara bertindak Han Sen yang baru bisa dirasakan niatnya oleh Ratu ketika jarak mereka sudah sangat dekat.
Contoh lain adalah pengendalian Han Sen terhadap irama yang memaksa Ratu mengubah irama sendiri untuk membalas.
Kontrol Han Sen terhadap gaya dan dirinya sendiri juga mengejutkan Ratu. Dengan kemampuan fisik selemah itu, bisa mencapai level seperti ini memang di luar perkiraan.
Mungkin karena melihat bayangan seseorang pada diri Han Sen, setelah ragu sebentar, Ratu tetap menyetujui permintaan pertemanannya - menjadi satu-satunya teman di komunitas arena gladiator.
Setelah pertarungan melawan Ratu, Han Sen sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menantang orang lain lagi. Setelah meninggalkan komunitas gladiator, dia kembali ke asrama dan berulang kali menonton rekaman pertarungannya dengan Ratu.
Tidak diragukan lagi, Ratu adalah sosok yang benar-benar mengerikan - petarung kuat tingkat atas di antara evolusioner. Setiap gerak-geriknya sama sekali tidak meninggalkan celah bagi Han Sen.
Tapi ini bukan fokus perhatian Han Sen. Yang paling membuatnya terpesona adalah teknik pergerakan Ratu.
Ya, pergerakan. Itu bahkan belum bisa disebut teknik gerak. Meski Ratu sama sekali tidak sengaja menggunakan teknik gerak, pilihan posisinya saat menghindari serangan Han Sen menciptakan ancaman besar, membuat Han Sen secara tidak sadar bergerak ke posisi yang telah Ratu tentukan sebelumnya.
Artinya, meski Ratu tidak bertindak, posisi tempatnya berdiri saja sudah memberikan ancaman besar dan tekanan pada Han Sen, membuat Han Sen secara tak sadar ingin menghindar. Padahal Han Sen yang menyerang, namun akhirnya malah Han Sen yang terdesak ke sudut ruangan.
Berdasarkan deduksi terbalik ini, keringat dingin pun menetes di tubuh Han Sen. Setiap posisi yang dituju Ratu setelah menghindar ternyata merupakan titik yang bisa membentuk ancaman bagi Han Sen—itulah letak celah pertahanannya sendiri.
Andai bukan karena pertarungan dengan Ratu ini, Han Sen tak pernah menyangka dirinya memiliki begitu banyak celah. Seandainya Ratu benar-benar musuhnya dalam pertarungan hidup-mati di dunia nyata, entah sudah berapa kali Han Sen mati tanpa disadarinya.
Penemuan ini membuat Han Sen merasa kagum sekaligus bersemangat terhadap ratu. Memiliki kesalahan tidak menakutkan, yang mengerikan adalah ketidakmampuan menemukan kesalahan diri sendiri. Kini ratu telah menunjukkan letak kesalahannya, memungkinkannya melihat cacat yang sebelumnya tak terlihat.
Mengetahui di mana letak kesalahan, maka ada kesempatan untuk perbaikan, ada kemungkinan kemajuan. Tidak ada yang lebih layak disyukuri daripada ini.
Sang ratu tentu tidak bermaksud demikian. Ia hanya ingin memaksa Han Sen mengeluarkan kekuatan sebenarnya, menguji apakah Han Sen layak menjadi lawan Qianhe Zhen.
Mungkin bahkan sang ratu sendiri tidak menyangka, Han Sen mampu memikirkan begitu banyak hal dalam pertarungan melawannya.
Han Sen mengamati berulang kali, semakin dilihat semakin nampak betapa mengerikannya sang ratu. Gerak-geriknya yang tampak spontan, pada akhirnya membuat Han Sen merasa seperti masuk dalam jebakannya.
Seperti jagoan Go yang terlihat hanya melakukan langkah-langen biasa, namun di saat genting justru memainkan peran krusial. Bukan langkah sia-sia, melainkan pengaturan visioner.
Saat menyaksikan pertarungan Ratu sebelumnya, Han Sen hanya melihat kekuatannya. Namun pengalaman langsung kali ini membuatnya menyadari kengerian sebenarnya sang Ratu.
