Han Sen tertegun menatap tebing terjal di bawahnya, wajahnya dipenuhi keterkejutan. Ekspresi Professor Sun dan Kim Il-sung tak jauh berbeda, sama-sama menunjukkan wajah yang tercengang.
Mereka mengikuti kura-kura tua di dalam gua ini selama lebih dari dua hari. Kura-kura itu semakin turun ke bawah, dan ketika mereka mulai merasa ada yang tidak beres, kura-kura itu sudah merangkak masuk ke bawah tebing terjal bawah tanah.
Han Sen dan yang lain bisa melihat jelas bahwa di bawah tebing itu terdapat kolam lava mendidih yang menggelembung. Dengan santainya, kura-kura tua itu merangkak masuk ke dalam kolam lava dan langsung tenggelam.
Mereka menunggu setengah hari di atas tebing, tapi kura-kura tua itu tak kunjung muncul kembali.
"Jangan-jangan kura-kura tua itu terbakar mati di dalam lava?" kata Jin Mingli tak tahan lagi.
"Menurutku meski makhluk mutan tidak terlalu cerdas, mereka takkan sengaja cari mati," Jin Rijie menggelengkan kepala.
Tiba-tiba Professor Sun menepuk paha dan berteriak, "Aku tahu!"
"Apa yang Professor temukan?" Han Sen cepat-cepat menatap Professor Sun dan bertanya.
“Kalian seharusnya ingat, aku pernah mengatakan padamu bahwa makhluk mutan yang memakan tumbuhan umumnya bertujuan untuk reproduksi keturunan. Kura-kura tua ini merangkak keluar dari laut, memakan begitu banyak tumbuhan di pegunungan tembaga merah. Mungkin ia datang ke sini untuk bereproduksi.” Professor Sun berkata dengan semangat.
“Bereproduksi? Di sini?” Jin Mingli menunjuk ke kolam lava di bawah dengan ekspresi tak percaya.
“Lava memang berakibat fatal bagi manusia, tapi belum tentu bagi makhluk mutan. Tidakkah kalian perhatikan pola di punggung kura-kura tua itu? Mirip dengan tekstur lava. Bisa jadi dia memang tercipta dari lava ini. Seperti kura-kura laut di beberapa planet - meski hidup di lautan, mereka bertelur di pantai dengan mengubur telurnya dalam pasir...” Professor Sun menjelaskan dengan antusias.
Han Sen sambil mendengarkan Professor Sun berbicara, matanya tak lepas dari kolam lava. Dia merasa teori Professor Sun sangat masuk akal. Perilaku kura-kura tua ini sangat mirip dengan Golden Roar, sangat mungkin memang datang ke sini untuk bertelur.
Tapi jika makhluk ini seperti Golden Roar yang mati setelah melahirkan dan memuntahkan Esensi Gen Kehidupan, berarti dia akan mati di dalam lava. Meski Han Sen punya kemampuan luar biasa, mustahil baginya melompat ke lava untuk mengambil Esensi Gen Kehidupan.
Ekspresi Han Sen terlihat rumit. Meski mereka mungkin secara tak sengaja menemukan tempat bertelur kura-kura tua, di wilayah seperti ini sama sekali tidak ada kesempatan untuk merebut Esensi Gen Kehidupan.
"Sepertinya kita harus mencari jalan keluar lain." Jin Rijie mengerutkan kening, jelas-jelas tidak ada jalan keluar di sekitar sini.
Professor Sun merenung sejenak: "Sepanjang perjalanan kemari tidak ada bahaya berarti. Keluar dari sini seharusnya tidak sulit. Mari kita tinggal sebentar lagi, mungkin setelah bertelur kura-kura tua itu akan merangkak keluar dan kembali ke lautan."
Han Sen sangat setuju dengan hal ini. Jika pergi begitu saja, dia merasa agak tidak rela. Setelah susah payah menemukan Makhluk Dewa Super, dan kebetulan bertemu saat bertelur, terlalu dini untuk menyerah sekarang.
Setidaknya Han Sen harus memastikan kura-kura tua itu tidak akan keluar lagi dari lava. Jika benar-benar tidak ada cara lain, baru menyerah pun belum terlambat.
Kim Il-sung dan yang lain menganggap ini masuk akal. Sepanjang perjalanan, bahkan tidak bertemu satu pun makhluk mutan, memang tidak ada bahaya besar.
Persediaan yang mereka bawa cukup untuk bertahan selama sebulan atau setengah bulan. Akhirnya Kim Il-sung dan Kim Myeong-ri pun tidak menentang.
Saat keempat orang sedang berdiskusi, tiba-tiba terdengar suara aneh di telinga mereka. Mereka langsung terdiam, sorot mata tertuju ke arah sumber suara.
Seekor raksasa berenang keluar dari sebuah gua. Tubuhnya bergesekan dengan batuan menimbulkan suara pecah berderit-dertit - ternyata makhluk mutan yang muncul dari sungai bawah tanah itu.
“Profesor Sun dan yang lain terkejut, tak berani bergerak, bahkan napas pun ditahan. Tapi tak lama mereka sadar, makhluk mutan itu ternyata bukan menyerang mereka, malah berenang menuju kolam lava di bawah tebing terjal.”
“Tidak mungkin, jangan-jangan barang itu juga termasuk makhluk hidup di kolam lava?” Han Sen diam-diam merasa aneh, tapi penasaran. Ia tiarap di tepi tebing sambil mengintip ke bawah.
Profesor Sun dan yang lain juga menghela nafas lega. Seperti Han Sen, mereka penasaran dan sama-sama tiarap mengamati apa yang ingin dilakukan makhluk mutan itu.
Tak lama, makhluk itu sampai di tepi kolam lava. Tapi berbeda dari dugaan Han Sen, ia tidak masuk ke dalam lava.
Tubuh raksasanya hanya berputar beberapa kali mengelilingi kolam, lalu berenang menuju dinding tebing di samping kolam lava.
Keempat orang termasuk Han Sen melihatnya merasa agak mengerikan. Dinding tebing itu gundul sama sekali tidak ada apa-apa, hanya sebuah jalan buntu. Mereka juga tidak tahu untuk apa makhluk mutan itu pergi ke sisi tebing.
Saat keempat orang itu masih bingung, tiba-tiba mereka melihat makhluk mutan itu tiba-tiba seperti ular yang terprovokasi, mengangkat tubuh besarnya lalu menghantam dinding tebing dengan keras.
Dor!
Batuan di dinding tebing banyak yang runtuh akibat hantaman makhluk mutan itu. Tapi bagaimanapun itu adalah tebing, sekuat apapun tenaga makhluk mutan itu, kecil kemungkinan bisa menembus batuan gunung.
Namun makhluk mutan itu terus menghantam dinding tebing seperti orang gila, berulang kali menggunakan tubuhnya untuk menabrak hingga semakin banyak bagian batuan yang remuk.
Tubuh makhluk mutan itu sendiri juga terluka di banyak tempat, terlihat berdarah-darah dan sangat menakutkan.
Tapi makhluk mutan itu tetap tidak berhenti, terus mati-matian menghantam dinding tebing, seakan dinding tebing adalah musuh bebuyutan yang membunuh ayah dan merebut istrinya.
Jin Mingli tertegun seperti patung: "Makhluk ini benar-benar gila, dia sedang bunuh diri ya?"
Professor Sun kali ini juga diam, sama tertekunnya. Beliau tak paham apa tujuan makhluk mutan itu, sehingga tak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal.
Han Sen pun tak mengerti maksudnya, namun diam-diam bersukacita. Awalnya dia ragu karena tubuh anggota ini terlalu besar, sementara tangan kosong tanpa senjata besar sulit untuk membunuhnya.
Tapi sekarang dia sendiri yang cari mati. Tunggu sampai hampir tewas, baru ambil keuntungan - rencana yang bagus.
Lihat semangat mengerikannya, bahkan berhasil meruntuhkan area luas dinding tebing. Bisa jadi ini adalah Makhluk Dewa Super, walau sulit dipastikan.
Empat orang itu tiarap di tepi tebing terjal mengawasi makhluk mutan yang sedang mengamuk. Tiba-tiba mereka semua merasakan aura mengerikan. Jika kura-kura tua masuk ke dalam lava masih mungkin untuk bereproduksi, lalu makhluk mutan yang menabrak dinding tebing secara bunuh diri ini, jangan-jangan juga untuk berkembang biak?
Bagaimanapun Han Sen dan yang lain berpikir, mustahil ada cara reproduksi seperti ini.
"Sebenarnya apa yang diinginkannya?" Han Sen mengawasi ketat makhluk mutan yang terus menghantam dinding tebing sambil berkontemplasi diam-diam. Berkat cahaya dari lava yang menyala, gerak-gerik makhluk itu terlihat jelas.
Dinding tebing telah retak besar-besaran akibat tabrakan, sementara tubuh makhluk itu sendiri juga penuh luka. Darah segar mengalir membasahi tebing, membuat pecahan batu terlihat merah darah.
Tiba-tiba, pupil Han Sen menyempit.
