Han Sen mengawasi ketat lubang batu besar dan retakan di dinding tebing yang dihantam makhluk mutan. Awalnya dia mengira semua noda di dinding itu adalah darah makhluk tersebut.
Tapi setelah diamati lebih dalam, ternyata di dinding tebing tak hanya ada darah mutan. Dari celah-celah hasil hantaman, terlihat cairan merembes keluar perlahan.
Dibawah sorotan cahaya merah membara dari lava, cairan itu terlihat kemerahan. Namun Han Sen menyadari itu bukan darah - teksturnya jauh lebih encer daripada darah, lebih mirip air.
"Air!" Han Sen tersadar tiba-tiba, akhirnya memahami maksud gerakan makhluk itu.
Di balik dinding tebing itu mungkin terdapat cabang sungai bawah tanah. Dengan menghancurkan tebing, sang mutan jelas ingin mengalirkan air dari dalam dinding tebing ke kolam lava! Aduh!
“Sial, makhluk mutan ini kejam betul, ternyata mau memancing air masuk ke kolam lava!” Han Sen dalam hati merasa resah.
Jika di Alliance, air yang masuk ke lava biasanya akan menguap. Tapi jika volumenya cukup, lava akan membeku menjadi batuan.
Meski kura-kura tua bisa bertahan di lava, belum tentu dia bisa hidup terkungkung batu. Jika sampai terperangkap dalam batuan, Han Sen tak tahu apakah masih ada kesempatan mendapatkan Esensi Gen Kehidupan-nya.
“Keluarkan masker gas dan pakai sekarang!” Han Sen berteriak pada Professor Sun sambil buru-buru mengenakan masker gas di wajahnya sendiri.
Meski Professor Sun dan yang lain bingung maksud Han Sen, melalui interaksi belakangan ini mereka sudah sangat mempercayainya. Tanpa minta penjelasan, mereka pun terbahak-bahak mengenakan masker gas masing-masing.
Mereka baru saja memakai topeng, tiba-tiba suara "kres" dan gemericik air terdengar di telinganya.
Retakan di dinding tebing yang dihantam makhluk mutan semakin membesar. Aliran air sebesar lengan menyembur keluar dari celah-celahnya, membanjiri lava di sekitarnya. Kabut kelabu beraroma menyengat langsung mengepul membumbung tinggi.
"Mundur! Jangan sampai tersiram uap panas!" Han Sen menarik Professor Sun sambil bergegas menjauh.
Dor!
Baru beberapa langkah mundur, suara gemuruh batu pecah menggelegar diikuti deru air terjun yang memekakkan telinga.
Dess!
Suara kulit terbakar terdengar jelas. Tebing terjal di bawah mereka diselimuti kabut kelabu pekat. Suhu dalam gua melonjak drastis, udara panas menyengat membuat semua orang mengerang kesakitan.
Han Sen dan yang lain kabur mati-matian ke belakang. Untung kabut kelabu itu menyebar tidak cepat, butuh waktu untuk mengalir ke atas dari tebing terjal.
Saat mereka sampai di gua kecil yang jauh, tubuh mereka sudah penuh debu kelabu. Mereka berwajah kelabu dan berdebu seperti patung batu yang baru dikeluarkan dari gudang yang terkubur dalam debu.
Untung mereka memakai zirah roh binatang dan masker anti racun. Meski terlihat kacau, tidak ada luka serius.
Mereka menunggu lama di gua kecil itu. Kabut kelabu perlahan menghilang, udara sekitar mulai dingin kembali, hanya suara gemuruh air yang tersisa.
"Aku akan melihat." Han Sen enggan menerima. Persiapan panjangnya untuk memenggal kura-kura tua itu sia-sia? Jangan-jangan monster itu sudah tewas dalam lava?
Setelah sampai di tepi tebing terjal, Han Sen melihat ke bawah. Meski masih ada kabut tipis, berkat cahaya yang menembus dari dinding tebing yang retak akibat hantaman makhluk mutan, kondisi di bawah sudah bisa terlihat jelas.
Kolam lava besar di bawah sudah tak tersisa percikan api sama sekali. Area di bawah tebing terjal kini menjadi genangan air, dengan aliran deras dari sungai bawah tanah yang menyembur keluar melalui retakan yang dibuat makhluk mutan.
Di dasar genangan air tersebut, bekas lokasi kolam lava telah berubah menjadi hamparan batu hitam aneh. Batu vulkanik yang membeku itu permukaannya halus mengkilap, membentuk banyak tonjolan bulat hitam seperti gelembung, membuat permukaan tanah batuan hitam terlihat bergelombang penuh benjolan.
Sementara makhluk mutan itu dengan penuh semangat memutar-mutar tubuhnya di dalam genangan air, terlihat sangat gembira, sambil mengeluarkan jeritan-jeritan aneh berulang kali.
“Apakah kura-kura tua itu begitu saja selesai?” Han Sen tak bisa menyembunyikan rasa tidak percayanya. Sebuah Makhluk Dewa Super ternyata mati dengan cara seperti ini.
Tapi setelah dipikir-pikir, rasanya mustahil. Lava di sini bukan hasil pemanasan buatan. Pasti ada sumber panas di bawah. Selama sumber panas itu belum padam, mustahil lava di bawah bisa membeku dan menjadi batu seluruhnya.
"Makhluk mutan ini terlalu licik. Tidak menyangka dia bisa menemukan metode seperti ini. Entah permusuhan apa yang terjadi antara dia dan kura-kura tua itu?" Profesor Sun dan yang lain mendekat. Jin Mingli mengamati situasi di bawah sambil berkomentar.
Profesor Sun hendak berbicara ketika tiba-tiba terdengar suara retakan batuan dari bawah. Area batuan hitam yang membeku akibat air sungai bawah tanah itu mulai menunjukkan retakan-retakan yang dengan cepat menyebar ke segala arah.
Makhluk mutan itu terkejut oleh suara retakan. Tubuhnya melengkung seperti ular yang siap menyerang, matanya mengawasi ketat permukaan batuan hitam yang terus pecah.
Boom!
Tanah batu hitam tiba-tiba pecah berkeping-keping. Dari bawahnya muncul kura-kura raksasa berwarna hitam pekat, tubuhnya masih membawa lava yang masih beterbangan, bagaikan Raja Iblis yang kembali dari Neraka.
Sesaat setelah kura-kura hitam raksasa itu melesat keluar, ia langsung menengadahkan kepalanya sambil mengeluarkan jeritan ganas ke arah makhluk mutan itu. Sekejap kemudian, kura-kura itu menyembunyikan kepalanya lalu terbang menghantam makhluk mutan dengan keras.
Makhluk mutan yang besar itu memutar tubuhnya untuk menghindar dari hantaman. Namun di udara, kepala kura-kura tua itu menjulur seperti naga beracun, langsung menggigit tubuh makhluk mutan itu.
Makhluk mutan itu langsung menjerit kesakitan. Tubuhnya melingkar sambil mengikat erat kura-kura di dalamnya. Mulut buayanya yang besar juga menggigit erat leher kura-kura tua itu.
Kedua makhluk mutan itu bergulat dan berguling-guling tak karuan, membuat percikan air beterbangan sambil menghantam bebatuan gunung hingga pecah berantakan.
Han Sen dan ketiga temannya yang tiarap di atas terlihat seperti sedang menonton film monster besar, semua tertegun seperti patung. Suasana mengerikan itu mencapai tingkat ekstrim yang mustahil dicapai tenaga manusia biasa.
Namun mata Han Sen justru bersinar penuh harap. Makhluk mutan yang mampu bertarung seimbang dengan kura-kura tua ini kemungkinan adalah Makhluk Dewa Super. Jika benar, mungkin kali ini dia benar-benar bisa mendapat hadiah gratis besar.
Han Sen mulai berimajinasi tentang meraup keuntungan ganda: menaklukkan dua Makhluk Dewa Super sekaligus, melahap daging mereka, memotong-motong Esensi Gen Kehidupan, mencapai evolusi dewa super, meraih puncak kehidupan, membuat impian sukses finansial menjadi nyata.
Tapi segera Han Sen menyadari mimpinya ini sangat sulit. Dua makhluk mutan yang bergulat itu telah menjebol tanah hitam hingga lava menyembur. Ditambah guncangan air sungai bawah tanah, kabut abu tiba-tiba memancar keras. Raungan menggelegar kedua makhluk itu semakin menjadi-jadi saat mereka terus berguling-guling dalam pertempuran sengit.
Seluruh gua bawah tanah seolah gemetar tak henti dalam pertempuran dua binatang buas itu.
