Meski hilangnya telur makhluk mutan membuat Han Sen punya banyak dugaan, tapi itu masih sebatas hipotesis belaka karena tidak bisa dikonfirmasi.
Setelah membagi daging makhluk darah ilahi dengan Ye Yufeng, Han Sen sambil kembali ke perlindungan sambil memakan dagingnya. Saat tiba di perlindungan, Gen Tuhan-nya bertambah dua poin menjadi total 85 poin.
Baru setelah masuk ke ruangannya sendiri, Han Sen dengan gembira memanggil roh binatang Gu Xuan Lang.
Gu Xuan Lang: Roh binatang super dewa, tipe senjata.
Sebuah pisau belati hitam seperti baja mistis muncul di tangan Han Sen. Dengan panjang sekitar satu kaki, pisau ini terasa lebih berat daripada pedang besar biasa saat digenggam. Bilahnya yang hitam dan tipis seolah menyatu dengan kehampaan, memancarkan aura dingin yang menusuk tulang.
Dengan sekali ayunan santai, blok baja Z langsung terpotong tanpa perlawanan. Ketajamannya membuat hati bergetar.
Karena tidak ada target yang memadai, Han Sen belum bisa menguji seberapa dahsyat sebenarnya kekuatan pisau belati Serigala Kuno ini.
"Roh senjata super... Roh senjata super..." Meski begitu, Han Sen sudah dilanda euforia, hampir ingin tertawa histeris ke langit.
Roh binatang senjata tingkat dewa super - inilah roh binatang super yang paling ia butuhkan saat ini. Dengan pisau belati Serigala Kuno ini, membunuh makhluk dewa super bukan lagi mimpi, melainkan harta tak ternilai yang tak terbayangkan sebelumnya.
Dengan pisau belati Gu Xuan Wolf, Han Sen mutlak bisa membunuh anak Roar Emas jika bertemu lagi, tidak ada lagi keraguan.
Hanya saja ingin kembali ke pulau itu bukanlah hal mudah, apalagi Han Sen tak yakin apakah anak Roar Emas masih ada di sana. Akhirnya dia menyerah karena jaraknya terlalu jauh.
Meski Makhluk Dewa Super langka, tapi kalau dicari dengan sungguh-sungguh pasti bisa ditemukan. Tak perlu pergi ke wilayah sejauh itu.
Yang utama sekarang adalah meningkatkan kekuatan diri. Bagaimanapun, setiap Makhluk Dewa Super punya ciri khas unik. Hanya mengandalkan pisau belati roh binatang super masih kurang aman. Kemampuan diri sendiri juga harus ditingkatkan sebisa mungkin.
Selain itu, melacak keberadaan Makhluk Dewa Super juga butuh waktu. Bukan seperti membalik telapak tangan bisa langsung dibunuh.
Mengeluarkan esensi gen kehidupan Gu Xuan Lang, Han Sen menjulurkan lidahnya dan menjilat kristal hitam itu. Kristal hitam meleleh menjadi cairan hitam yang mengalir ke dalam perut Han Sen. Aliran esensi kehidupan menyatu ke dalam tubuhnya, membuat sel-sel di raganya seolah berbinar-binar, mengalami transformasi sulit dipahami yang meningkatkan berbagai aspek kemampuan fisiknya secara signifikan.
"Mengkonsumsi Esensi Gen Kehidupan Gu Xuan Lang, Gen Super Tuhan +1."
Mendengar suara memabukkan yang bergema di kepalanya, Han Sen merasa seperti melayang-layang seperti dewa.
Esensi gen kehidupan Gu Xuan Lang ternyata memberikannya delapan poin Gen Super Tuhan, membuat total Gen Super Tuhan-nya mencapai angka fantastis 43.
Tapi ada SATU HAL yang membuat Han Sen merasa aneh: Selain Golden Roar yang sendiri melontarkan esensi gen kehidupan dan fisiknya tidak terurai dan menghilang, semua makhluk dewa super yang dibunuhnya tidak meninggalkan jejak daging maupun darah. Ini membuatnya agak bingung.
Namun persoalan-persoalan ini belum bisa dipahaminya sementara. Data di tangannya terlalu minim, jadi lebih baik ia tidak memikirkannya lagi.
Kembali ke akademi militer, Han Sen sambil melakukan pencarian di jaringan pengawasan tentang informasi yang mungkin terkait makhluk dewa super, juga berusaha sebisanya meningkatkan kekuatan diri agar di masa depan lebih bisa mengendalikan Pemburuan makhluk dewa super.
Hanya saja menemukan makhluk dewa super bukanlah hal yang mudah. Han Sen terpaksa dengan susah payah setiap hari menyaksikan informasi Perlindungan Baja dan beberapa perlindungan di sekitarnya di platform atas, berharap bisa menemukan sesuatu.
Setelah beberapa hari tidak masuk, Han Sen membuka kembali komunitas gladiator virtual dan langsung memeriksa daftar temannya. Ternyata tak satu pun dari Ratu, Orang Terbuang, dan Seribu Bangau Kertas sedang online. Padahal daftar temannya memang hanya berisi tiga orang itu.
Han Sen memilih sistem pencocokan acak. Bagaimanapun juga di bidang evolusi banyak jagoan berkeliaran, dia tidak takut kehabisan lawan.
Tak lama, sistem berhasil mencocokkan lawan untuknya. Han Sen pun masuk ke arena gladiator.
Kalah. Kalah. Terus-menerus kalah. Setelah belasan ronde berturut-turut, raganya sudah mencapai batas kemampuannya. Tapi bahkan satu kemenangan pun tak berhasil diraih.
Hari ini hokinya sedang apes. Lawan yang dicocokkan sistem semuanya evolusioner level tinggi dengan kemampuan fisik minimal 50-60. Di ronde terlama, Han Sen hanya bertahan kurang dari empat menit. Sedangkan di ronde tercepat, dia langsung dihancurkan hanya dalam beberapa gerakan.
Tapi Han Sen sama sekali tidak memusingkan menang atau kalah. Baginya yang penting bisa melatih diri, hasil akhir pertarungan tidak berarti apa-apa.
Keluar dari holografik, seluruh raga Han Sen sudah basah kuyup, tubuhnya masih menyebarkan aura panas membara, seluruh badannya terasa lemas, bahkan berjalan pun agak melayang.
Saat tubuh berada dalam kondisi kelebihan beban dalam waktu lama, biasanya akan muncul keadaan seperti ini. Tapi Han Sen sudah terbiasa, jadi tidak merasa aneh. Cukup beristirahat sebentar, menambah sedikit nutrisi, dengan konstitusi fisiknya, tenaga akan cepat pulih.
Dor!
Begitu Han Sen meninggalkan holografik dan melewati koridor menuju aula, tiba-tiba ada seseorang yang bergegas berjalan mendekat. Orang itu sepertinya punya urusan darurat, menundukkan kepala dan melaju cepat ke depan tanpa melihat sekeliling, hingga menabrak Han Sen.
Sebenarnya Han Sen ingin menghindar. Pertama, dia tidak menyangka orang itu akan langsung menubruk, jadi tidak waspada dalam hati. Kedua, jaraknya terlalu dekat. Kondisinya sekarang sangat lemah, kaki gemetaran, sama sekali tidak punya tenaga untuk menghindar. Akhirnya tertabrak keras hingga terjatuh duduk di lantai.
“Maaf... Maaf...” Orang itu terus meminta maaf, berjalan mendekati Han Sen dan dengan panik membantu Han Sen bangkit.
“Tidak apa.” Han Sen berdiri sambil melambaikan tangan, menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
“Senior Han?” Setelah melihat jelas wajah Han Sen, tiba-tiba wajahnya menunjukkan ekspresi penuh kejutan sambil terus menggenggam tangan Han Sen.
Han Sen mengamati pria ini - seorang teman sekelas biasa yang mengenakan seragam standar Akademi Militer Black Eagle, dengan rambut sedikit teracak dan wajah yang cukup tampan.
Tapi Han Sen memperhatikannya cukup lama, bagaimanapun ia melihat, ia sama sekali tidak mengenal teman sekelas ini. Tak tahu apa yang membuatnya begitu bersemangat melihat dirinya.
“Tolong aku, Senior Han.” Ekspresi gembira di wajah teman sekelas itu menghilang, malah menarik lengan Han Sen sambil memohon dengan panik.
Han Sen benar-benar frustasi. Apakah anak ini gila? Ini kan Akademi Militer Black Eagle, siapa yang berani membunuh orang di sini?
Lagipula area sekitarnya sekarang sama sekali tidak ada orang, juga tidak ada yang sedang mengejar pria ini, di mana perlu menyelamatkan nyawa?
"Sebenarnya ada apa, jelaskan dulu semuanya." Han Sen mengerutkan kening halus, melihat tangan pria itu yang mencengkeram lengannya terus gemetar tak henti, ia pun berusaha menghiburnya.
Pria itu memeriksa sekeliling, pada jam segini aula memang sepi, hampir semua orang berada di dalam holografik, tidak ada yang memperhatikan mereka.
Tapi pria itu tetap waspada, menarik Han Sen ke sudut ruangan, baru kemudian berbisik pelan menjelaskan akar permasalahannya.
