Melihat gadis dalam pelukannya yang masih pingsan, selain bajunya yang sedikit robek, hanya ada bekas merah di tubuhnya. Ternyata tidak ada luka serius.
Han Sen mengerutkan kening halus, melirik badak putih yang sedang dikepung oleh Malaikat Perang Suci dan Raja Cacing Pasir Emas. Tampaknya sudah sepenuhnya dikuasai, tidak perlu dia turun tangan lagi.
Han Sen menggendong gadis remaja dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang Esensi Gen Kehidupan Blood Bone Demon King. Dia berlari 2-3 langkah menuju tenda yang sudah hancur diterjang batu. Tangannya meraih selimut dari dalam reruntuhan, meletakkan gadis itu di atasnya sebelum bergegas ke tumpukan Esensi Gen Kehidupan yang masih tertutup kain.
Dengan gerakan cepat, kain terpal itu disibaknya. Cahaya kristal yang berkilauan langsung menyilaukan matanya, membuat seluruh tubuhnya membeku tak percaya.
Tiga kristal tersusun rapi: satu kuning sebesar batu nisan, dua biru dengan ukuran berbeda - yang besar seperti genderang, yang kecil seukuran bola basket.
"Sukses besar... Benar-benar sukses besar ini..." Han Sen hampir melompat kegirangan, tangannya mengucek-ucek mata tak percaya.
Badannya langsung meniarap di atas kristal kuning. Lidahnya menjilat permukaannya, berusaha memastikan apakah ini benar-benar Esensi Gen Kehidupan asli.
Sejumput cairan kuning seperti nektar giok mengalir ke mulut Han Sen, menyebar ke seluruh pori tubuhnya. Bersamaan itu, sebuah suara terdengar di kepalanya.
“Mengkonsumsi Esensi Gen Kehidupan Makhluk Dewa Super Drakonid…”
Han Sen dilanda kegembiraan luar biasa. Akhirnya, kegelisahannya sirna. Semua ini memang benar-benar Esensi Gen Kehidupan asli.
“Milikku! Semua milikku!” Han Sen memanggil Miao Jun yang dalam status pertempuran. Setelah mengikatkan kantong di punggungnya, ia mulai memindahkan esensi-esensi tersebut.
Postur Golden Roar terlalu besar, akan merepotkan saat dibawa keluar nanti. Terpaksa Miao Jun harus membopongnya dengan susah payah.
Tiga unit Esensi Gen Kehidupan ini, ditambah Esensi Gen Kehidupan Raja Iblis Darah dan Tulang di tangan Han Sen serta badak putih yang hampir tumbang, hampir bisa dipastikan totalnya akan mencapai lima unit.
Lima buah esensi gen kehidupan, mungkin bisa langsung membuat Han Sen naik ke level Super Gen Tuhan yang sempurna. Ini bagai pai besar jatuh dari langit, dan tepat masuk ke mulut Han Sen.
"La la la... la la la... Aku ahli pindahan..." Han Sen yang sedang mati-matian memindahkan esensi gen ke punggung Miao Jun tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak beres.
Saat menoleh melihat, tubuhnya langsung membeku. Gadis remaja yang pingsan tadi tak tahu sejak kapan sudah bangun dan duduk, sambil memiringkan kepala kecilnya dengan sepasang mata hitam berkilau yang berkedip-kedip mengamati Han Sen.
Han Sen tadi terlalu gembira sampai lupa tentang gadis ini. Kini melihatnya sudah sadar dan teringat kemungkinan dia berasal dari keluarga kerajaan Asura, keringat dingin mulai mengucur deras di tubuhnya.
"Hai!" Han Sen tersenyum dipaksakan sambil mengulurkan tangan untuk menyapa gadis itu, dalam hati berpikir: "Seharusnya aku tidak akan bernasib sial seperti ini, gadis ini tidak terlihat seperti keluarga kerajaan Asura."
Gadis itu tetap mengacuhkannya, masih membelalakkan sepasang mata besar yang penuh rasa penasaran mengamati Han Sen, seolah belum pernah melihat manusia sebelumnya.
Han Sen merasa merinding dalam hati karena tatapan gadis itu, tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya. Ditambah lagi, di tangannya masih tergenggam esensi gen kehidupan biru, saat ini bingung apakah akan menaruhnya di punggung Miao Jun atau mengembalikannya ke tempat semula.
Tapi dua esensi gen lainnya sudah dipindahkan ke punggung Miao Jun. Kini sudah terlambat untuk berkilah, semua orang bisa melihat jelas bahwa dia sedang memanfaatkan situasi.
"Barang ini... tidak berguna untukmu kan... aku ambil ya..." Han Sen mengangkat esensi gen kehidupan biru di tangannya sambil menunjukkan emoticon senyum kepada gadis itu.
Gadis remaja kali ini ternyata sedikit menganggukkan kepala kecilnya, langsung membuat Han Sen dilanda kegembiraan luar biasa. Sambil memasang Esensi Gen Kehidupan di punggung gadis itu, ia berkata: "Barusan kamu pingsan, makhluk mutan itu ingin memakanmu, Akulah yang menyelamatkanmu..."
Gadis ini memancarkan aura keanehan, Han Sen juga tidak bisa memahami asal-usulnya. Mengucapkan kata-kata baik terlebih dahulu tentu tidak ada ruginya.
Seperti pepatah mengatakan, tangan tak akan memukul orang yang tersenyum. Lagipula Han Sen bisa dibilang pernah menyelamatkannya, meski terlihat dia tidak terlalu membutuhkan pertolongan.
Gigitan galak Raja Iblis Tulang Darah itu, ternyata bahkan tidak mampu menggores kulitnya yang putih seperti susu. Hanya menyisakan beberapa jejak tipis di permukaan kulit, kira-kira setara dengan bekas merah yang ditinggalkan kuku jari saat menggaruk kulit sendiri.
Gadis remaja itu mengedipkan matanya, tapi tidak berbicara, hanya memperhatikan Han Sen memasukkan semua esensi gen kehidupan ke punggung Miao Jun.
Roar!
Di kejauhan, badak putih mengeluarkan lolongan memilukan. Han Sen menoleh dan melihat kepala badak putih itu telah dipenggal oleh Malaikat Perang Suci, terbang ke langit bersama percikan darah.
Sementara itu, Raja Cacing Pasir Emas masih menempel di tubuh badak putih. Duri ekornya menusuk dalam ke dagingnya, delapan cakarnya mencengkeram erat perut sang badak, seluruh raganya membelit tubuh mangsanya.
"Pemburuan Makhluk Dewa Super Badak Putih Enam Kaki Giok. Tidak memperoleh roh binatang. Dapat mengumpulkan esensi gen kehidupan. Daging tidak dapat dikonsumsi."
Di otak Han Sen kembali terdengar suara aneh. Ini pertama kalinya dia berhasil membunuh dua Makhluk Dewa Super dalam satu hari. Sekalipun diungkapkan, mungkin tak ada yang percaya.
Tapi di detik berikutnya, ekspresi Han Sen langsung berubah. Gadis remaja itu tiba-tiba bergerak.
Kecepatannya sulit dipahami. Meski penglihatan Han Sen tajam, ia hampir tak bisa mengikuti aksi gadis itu. Dengan satu langkah, gadis itu seolah teleportasi ke hadapan Raja Cacing Pasir Emas, menghantamkan tinju giok ke tubuh sang raja.
Serangan itu terlalu cepat. Raja Cacing Pasir Emas yang masih melilit mayat Badak Enam Kaki Giok bahkan tak sempat menghindar. Han Sen pun tak sempat menyimpannya kembali ke laut jiwa.
Dor!
Tinju gadis itu yang tampak lembut menghujam tubuh Raja Cacing Pasir Emas. Zirah Hewan Peliharaan Super dan tubuh sang raja langsung tertembus, meninggalkan lubang besar.
Zirah super dan Raja Cacing Pasir Emas Super itu seolah terbuat dari kertas tipis, sama sekali tak berdaya.
Han Sen akhirnya menyimpan Raja Cacing Pasir Emas, Malaikat Perang Suci, dan Miao Jun ke dalam laut jiwa. Tanpa basa-basi, dia langsung berbalik dan kabur, bahkan meninggalkan esensi gen kehidupan yang jatuh di tanah.
Saat ini Han Sen masih belum tahu apakah gadis ini berasal dari keluarga kerajaan Asura. Tapi kemampuannya fisik yang mutlak melampaui angka 100 sudah pasti. Mengingat dia sudah mulai menyerang, Han Sen hanya punya satu niat: kabur menyelamatkan diri.
Kecuali evolusioner setingkat Ratu yang datang sendiri, jumlah manusia biasa berapa pun tidak ada artinya. Tapi di Perlindungan Pertama ini, mana mungkin ada evolusioner sejati? Paling-paling cuma pemula yang baru saja berevolusi.
Baru dua-tiga langkah Han Sen berlari, tiba-tiba sosok gadis itu melesat dan sudah menghadang di depannya. Wajah mereka hampir bertabrakan, nyaris saling menempel.
