Han Sen terkejut, dengan gesit mundur, berusaha memanggil Malaikat Perang Suci dan Raja Cacing Pasir Emas yang terluka parah untuk menghalangi serangan sementara. Nyawa jelas lebih berharga dari segalanya.
Namun setelah Han Sen mundur selangkah, ia menyadari gadis itu tidak menyerangnya. Dia hanya berdiri memandanginya dengan sepasang mata besar, tanpa ada tanda-tanda permusuhan di matanya.
Kilatan ide muncul di kepala Han Sen. Dia membatalkan niat memanggil Raja Cacing Pasir Emas dan Malaikat Perang Suci.
Seandainya gadis ini ingin bertarung, tentu sudah menyerang sejak tadi. Tapi malah mengabaikan Han Sen yang berada paling dekat, justru memukul Raja Cacing Pasir Emas. Ini menunjukkan mungkin dia tidak berniat melawan Han Sen.
Kalau sekarang Han Sen malah memanggil Raja Cacing Pasir Emas dan Malaikat Perang Suci untuk menyerangnya, bukankah itu sama saja dengan cari mati dan memancing amarahnya?
Han Sen berpikir demikian dalam hati, matanya terus mengawasi ketat sang gadis, tetap dalam kondisi siaga.
Meski terlihat gadis itu tidak memiliki permusuhan terhadapnya, itu hanya penampilan luar belaka. Hati manusia sulit ditebak, apalagi gadis ini memancarkan keanehan dari ujung rambut sampai kaki.
Benar saja sang gadis tidak menyerang Han Sen, hanya memandangi Han Lin dengan mata membelalak, seolah penuh rasa penasaran.
"Sang Adik Kecil, namaku Han Sen. Dengan panggilan apa aku harus memanggilmu?" Han Sen merasa kebuntuan ini harus diakhiri, namun bingung harus berkata apa, akhirnya memaksakan senyum dan mengucapkan ini.
"Zero." Han Sen sama sekali tidak berharap mendapat jawaban, namun di luar dugaan, gadis itu membuka bibir mungilnya dan menjawab pertanyaannya.
Suara gadis itu merdu seperti denting lonceng, justru membuat Han Sen bingung: apakah marga sang gadis adalah "Lin" atau bukan?
"Lin?" Han Sen menatap gadis itu dengan tatapan penuh kebingungan.
“Zero.” Gadis itu berjongkok di tanah, menuliskan karakter '' dengan jarinya. Ternyata itu adalah literasi Alliance yang sangat standar.
Melihat karakter '' ini, Han Sen merasa sedikit lega. Alliance telah berjuang melawan Suku Asura selama bertahun-tahun, sehingga pemahaman mereka terhadap budaya Asura juga cukup mendalam. Manusia pun mempelajari literasi Asura.
Meski Suku Asura memahami literasi manusia, bahkan bangsawan Asura sekalipun, mereka merasa tidak pantas menggunakan literasi manusia.
Penggunaan literasi Alliance yang standar oleh gadis ini secara alami menunjukkan kemungkinan besar dia adalah manusia.
"Zero, ini namamu kan? Nama keluarga apa?" Han Sen bertanya lagi.
"Hanya Zero." Gadis itu hanya menjawab singkat tanpa penjelasan lebih lanjut, tetap mengawasi Han Sen seolah ada bunga yang tumbuh di wajahnya.
Han Sen merasa otak Zero tidak begitu lancar. Ia menjilat bibirnya, lalu berkata dengan senyum palsu: "Kita teman, bukan musuh, kan?"
“Teman, bukan musuh.” Zero mengangguk pelan.
Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, membentangkan kedua tangan berkata: "Kita teman baik, tidak bertarung?"
"Teman baik, tidak bertarung." Zero mengangguk lagi, seolah sangat setuju dengan ucapan Han Sen.
Hati Han Sen semakin bersukacita, merasa Zero ini memang otaknya bermasalah, kecerdasannya tidak terlalu tinggi, mirip balita 3-4 tahun.
"Jangan-jangan saat tadi menghantam tanah dengan kepala, otaknya jadi rusak?" Dalam hati Han Sen bersukacita diam-diam, mencoba melangkah dua langkah sambil menunjuk Esensi Gen Kehidupan di tanah bertanya lagi: "Kamu bilang mau memberikanku, boleh aku ambil?"
Kali ini Zero tidak bicara, tapi mengangguk, jelas menyetujui perkataan Han Sen.
Han Sen hampir tak percaya dengan kegembiraannya. Awalnya mengira kali ini akan merugi besar - Raja Cacing Pasir Emas dan Zirah Hewan Peliharaan Super-nya mengalami kerusakan parah, belum lagi nyawanya sendiri masih dipertaruhkan, apalagi memikirkan Esensi Gen Kehidupan.
Tapi siapa yang tahu perubahan dramatis, dia ternyata masih mendapatkan kesempatan untuk mengambil Esensi-Esensi Gen Kehidupan ini, bagaimana ini tidak membuatnya gembira.
"Apa aku benar-benar boleh mengambil barang-barang ini?" Han Sen menunjuk Esensi-Esensi Gen Kehidupan itu, lalu menunjuk dirinya sendiri, memandang Zero untuk memastikan kembali.
"Boleh." Zero mengangguk dengan mantap, terlihat dengan penuh keseriusan.
"Terima kasih... terima kasih... kamu benar-benar orang baik..." Sekarang Han Sen akhirnya bisa memastikan, otaknya pasti bermasalah, pasti rusak akibat benturan tadi, kalau tidak siapa yang akan asal membagikan Esensi Gen Kehidupan?
Han Sen masih tetap waspada, berjalan hati-hati mendekati sepotong Esensi Gen Kehidupan, sambil mengangkatnya dia melirik Zero yang sudah duduk di atas batu sambil menopang dagu bulatnya dengan tangan kecil, mengawasinya dengan penuh minat, sama sekali tidak menunjukkan niat untuk menyerang.
“Kamu beri aku, kalau begitu aku makan ya?” Han Sen menjulurkan lidahnya seolah-olah ingin menjilat Esensi Gen Kehidupan itu.
Zero memandangnya tanpa bicara, matanya menyipit seperti bulan sabit karena tersenyum.
“Aku benar-benar makan lho.” Han Sen berpura-pura menjilat Esensi itu. Zero tetap tersenyum manis, terlihat sangat senang.
Melihat Zero benar-benar mengizinkannya, Han Sen mulai menjilat beberapa kali. Zero hanya mengawasi dengan tenang, membuat Han Sen semakin yakin.
"Sepertinya kepalanya memang rusak akibat benturan. Lebih mudah seperti ini." Tanpa sungkan, Han Sen mulai menjilat dengan lahap.
"Mengkonsumsi Esensi Gen Kehidupan Kristal Beast, Super Gen Tuhan +1."
Tak lama, sebagian besar Esensi Gen Kehidupan biru itu telah dijilat Han Sen. Suara notifikasi "Super Gen Tuhan bertambah" terus bergema di kepalanya, membuatnya bersemangat.
Sekarang Han Sen akhirnya bisa memastikan bahwa Zero yang sepertinya memiliki masalah di otak ini tidak bermusuhan dengannya, sehingga pada dasarnya hatinya sudah tenang.
Faktanya, dengan kekuatan Zero, jika benar-benar ingin menyerangnya, Han Sen benar-benar tidak bisa memikirkan cara apa pun untuk lolos dari racunnya.
Kesenjangan kemampuan fisik memang agak terlalu besar. Kemampuan fisik yang menembus angka 100 bahkan di antara evolusioner pun termasuk petarung top, apalagi Han Sen yang masih evolusioner pemula.
Tapi ini juga membuat Han Sen bingung. Jika Zero adalah manusia, meskipun Super Gen Tuhan-nya sudah sempurna, mustahil memiliki kemampuan fisik tembus 100. Han Sen sendiri punya pengalaman ini. Dia memperkirakan bahkan jika menyelesaikan evolusi di kolam evolusi dan menjadi evolusioner, kemampuan fisiknya hanya sekitar 60-70, masih ada jarak dari angka 100.
Meski tidak sepenuhnya mengerti, tapi sekarang otak Zero sepertinya ada penyakit, tidak berniat jahat padanya, bahkan membiarkannya mengambil esensi gen kehidupan seenaknya. Keuntungan seperti ini tidak diambil sama saja bodoh.
Han Sen memanggil kembali Miao Jun dan mengumpulkan esensi gen kehidupan Badak Enam Kaki Giok, lalu menyimpan semua pecahan esensi gen kehidupan di punggung Miao Jun.
"Terima kasih nona cantik, jika ada jodoh bertemu lagi, pasti aku traktir makan enak. Aku duluan ya." Han Sen melambaikan tangan ke Zero sambil membawa Miao Jun keluar.
Meski Zero tidak berniat jahat, asal-usulnya misterius plus otaknya tidak normal. Siapa tahu kapan dia bisa gila lagi? Lebih baik Han Sen menjauh secepat mungkin.
Tapi saat Han Sen masuk ke saluran yang tadi dilewati, Zero ternyata mengikutinya diam-diam dari belakang.
