Di sebuah ruangan Perlindungan Baja, Han Sen menatap Zero yang duduk di hadapannya. Kepalanya terasa tiga kali lebih besar.
Saat itu di dalam lubang batu di perut gunung, Zero terus mengikutinya tanpa sepatah kata pun. Han Sen berjalan, dia ikut berjalan. Han Sen berhenti, dia ikut berhenti. Begitu Han Sen memasak, dia langsung menyantapnya tanpa sungkan. Ketika Han Sen bertanya, dia hanya menggeleng atau mengangguk.
Han Sen sama sekali tidak berhasil mendapatkan informasi apapun, namun "ekor kecil" ini bagai melekat erat tak bisa dilepaskan.
Bahkan jurus kabur dengan menunggangi Golden Roar pun sudah dicobanya. Bahkan kabur di tengah malam saat Zero tertidur. Tapi setelah Han Sen mempertahankan gengsi menunggangi Golden Roar kabur hampir seharian penuh, saat berhenti untuk memasak, Zero sudah berjongkok di sebelah panci dengan mata membelalak penuh harap.
Sepanjang perjalanan, Han Sen sudah mencoba segala cara untuk melepaskan ekor ini. Di matanya, ini adalah bom waktu besar yang sama sekali tidak boleh dipertahankan di sisinya. Namun semua jurus yang bisa dipikirkan Han Sen sudah dicoba, tetap saja tak bisa menyingkirkan ekor ini.
Satu-satunya cara untuk melepaskan diri darinya, mungkin hanya dengan menggunakan kekuatan. Tapi mengingat tenaga mengerikan Zero yang bisa menghancurkan Raja Cacing Pasir Emas dan Zirah Hewan Peliharaan Super dengan satu pukulan, Han Sen langsung membatalkan niat ini.
Demikianlah, Han Sen membawa Zero kembali ke perlindungan. Awalnya niatnya adalah "Mati Rekan Seperguruan Bukanlah Kematianku" - di Perlindungan Baja yang memiliki banyak orang, mungkin suatu saat Zero akan tertarik pada orang lain dan mengikuti mereka. Paling-paling nanti dia membantu melaporkan ke Alliance agar mereka mencari solusi.
Tapi siapa sangka Zero seperti sudah menganggapnya sebagai satu-satunya. Ke mana pun Han Sen pergi, dia selalu mengikuti, persis seperti bayangan yang tak terlepaskan.
“Kamu bilang dia polos, tapi dalam banyak hal dia sepertinya paham. Setidaknya saat Han Sen pergi ke kamar kecil, Zero dengan sadar tidak mengikutinya.”
Akhirnya Han Sen terpaksa membawanya kembali ke ruangannya di Perlindungan Baja. Ia duduk memandangi Zero sambil diam-diam mengkhawatirkan keadaan.
Dari mulut Zero, ia tak berhasil mendapatkan informasi apapun. Saat meninggalkan gua, Han Sen juga memeriksa barang-barang milik Zero—semuanya hanyalah produk manusia biasa yang tak memberikan petunjuk. Sama sekali tak bisa dinilai siapa sebenarnya Zero ini, maupun alasan dia terus mengikuti dirinya.
“Sekarang kita sudah sampai di tempat perlindungan. Kamu bisa berteleportasi pulang sendiri.” Han Sen pasrah berkata pada Zero yang duduk dihadapannya.
Zero menatap Han Sen, mata hitamnya yang mengkilap berkedip-kedip: “Aku lapar.”
Han Sen spontan menutupi dahinya, merasakan dirinya telah membawa pulang masalah besar.
"Wanita cantik kecil, aku beri tahu kamu, aku segera akan naik level menjadi evolusioner, lalu meninggalkan Perlindungan Pertama. Kamu tetap bertahan di sini percuma." Han Sen mengatakan yang sebenarnya.
Sepanjang jalan ini dia terus memakan esensi gen kehidupan. Sekarang Super Gen Tuhan sudah mencapai 82 point, masih tersisa dua setengah esensi gen kehidupan. Setelah habis dimakan, Super Gen Tuhan seharusnya bisa mencapai kesempurnaan.
Zero tetap diam, matanya jernih bagai air mata air tanpa kotoran, memandang Han Sen penuh harap sambil berkata lagi: "Aku lapar."
Han Sen merasa dirinya hampir gila, tapi tetap tak berdaya merebus air dan memasak.
Saat makan, Han Sen memandang Zero yang sedang menyendok nasi ke mulutnya: "Katakan, sebenarnya kenapa kamu terus mengikutiku?"
Zero yang jarang-jarang meletakkan mangkuk di tangannya, berdiri dan membuat Han Sen terkejut. Kemudian Han Sen melihat Zero ternyata mengulurkan tangan membuka baju atasnya lalu menariknya ke bawah.
"Jangan begini, aku bukan tipe orang seperti itu. Kau pikir dengan kecantikan bisa merayu ku? Mimpi di siang bolong! Kukatakan, aku ini teguh..." Han Sen menutupi matanya sendiri sambil mengintip dari celah jari-jarinya, berbicara dengan nada tegas.
Zero sudah menarik bajunya ke bawah. Tidak ada yang dipakai di dalamnya, tapi dia berbalik membelakangi Han Sen. Mata Han Sen langsung membelalak lebar.
Di punggung halus nan transparan Zero yang tanpa cacat, Han Sen melihat sebuah tato - tato berwarna darah.
Tato itu berbentuk binatang, mirip kucing tapi bukan, mirip rubah tapi juga bukan. Merah menyala seperti api, kepala dan ekornya menyatu membentuk pola aneh. Pola ini tentu saja tidak asing bagi Han Sen.
Liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa berwarna darah di tangan Han Sen itu sama persis dengan pola ini. Ning Yue pernah memberitahunya bahwa makhluk aneh ini bernama Kucing Darah Sembilan Nyawa. Liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa adalah barang bawaan Han Jingzhi di era dulu yang hampir tidak pernah lepas dari genggamannya.
Sekarang dia malah melihat pola Kucing Darah Sembilan Nyawa lagi di tubuh gadis remaja yang mengerikan ini, membuatnya benar-benar merasa terkejut dan curiga.
Zero menarik kembali bajunya, membungkus tubuh atasnya yang telanjang, lalu langsung berjalan ke hadapan Han Sen dan mengulurkan tangan ke arah dadanya.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Han Sen terkejut dan berusaha menghindar dari telapak tangan Zero.
Tapi kecepatan Zero terlalu realistis. Tangannya langsung menyusup ke dalam kerah baju Han Sen, menarik liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa yang dipakainya keluar dari balik baju, lalu melepaskannya sambil mundur dua langkah. Dia lalu menunjuk liontin di leher Han Sen.
“Kamu bilang kamu mengikuti aku karena liontin ini? Ada hubungan apa antara kamu dengan liontin ini?” Han Sen memandang Zero dengan ekspresi tak percaya.
Zero tidak menghiraukan Han Sen lagi. Ia kembali duduk dan melanjutkan makan dari mangkuknya, seolah tak mendengar pertanyaan Han Sen.
Kini Han Sen sangat curiga bahwa Zero sama sekali tidak polos. Jika dia tak mau bicara, Han Sen bahkan tak bisa mengorek satu kata pun. Melihat sikap Zero, Han Sen sama sekali tak punya niat untuk bertanya lagi.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa ada tato Kucing Darah Sembilan Nyawa di punggung Zero? Apa hubungan tato ini dengan liontin? Apa hubungannya dengan Han Jingzhi?” Han Sen memandang liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa yang tergenggam di tangannya dengan ekspresi rumit.
Tapi bagaimanapun Han Sen berpikir, dia merasa tidak mungkin ada hubungan antara Zero dan Han Jingzhi. Han Jingzhi kan sudah hidup seratus hingga dua ratus tahun yang lalu, sementara Zero masih sangat muda, mustahil ada kaitan.
"Mungkin ini cuma kebetulan. Kucing Darah Sembilan Nyawa juga bukan barang eksklusif milik Han Jingzhi." Han Sen terpaksa menghibur diri seperti ini.
"Aku mau keluar. Kamu bisa tinggal di sini atau teleportasi sendiri kembali." Han Sen menggunakan teleportasi di ruangan untuk kembali ke stasiun teleportasi.
Di kantongnya masih tersimpan kartu kristal memori dari gua itu. Membaca isinya mungkin bisa memberikan petunjuk.
Kotak paduan logam yang muncul di gua pasti bukan sekadar kebetulan. Mungkin di kartu kristal memori itu ada konten terkait Zero.
Han Sen baru saja keluar dari teleportasi dan hendak membaca konten kartu dengan alat komunikasi, tapi tiba-tiba dia membeku di tempat.
Di dalam teleportasi, muncul seorang gadis remaja cantik dengan wajah manis, rambut hitam panjang hingga pinggang, meski pakaiannya agak lusuh. Siapa lagi kalau bukan Zero.
"Tidak beres... Ini sama sekali tidak beres..." Han Sen menatap Zero dengan ekspresi seperti melihat hantu.
