Han Sen menumpang pesawat antariksa melintasi separuh wilayah Alliance, tiba di Galaksi Timur. Saat melihat Kapal Sang Dewi Penghiba di sebuah pelabuhan antariksa, dia membeku sejenak.
Sebelumnya Han Sen mengira, kapal dengan rekrut unit logistik berpangkat mayor seperti ini pasti termasuk kapal perang kelas tinggi Alliance, meski bukan yang paling top.
Tapi Kapal Sang Dewi Penghiba yang ada di depan Han Sen justru terlihat seperti fregat berukuran menengah-kecil. Meski tampak cukup canggih, tetap saja ini tidak bisa disebut sebagai kapal induk.
Belum lagi Han Sen belum pernah mendengar kapal perang berlabuh di pelabuhan antariksa sipil. Ada keanehan yang terasa dari cara Kapal Sang Dewi Penghiba ini beroperasi.
Namun Han Sen tidak punya pilihan lain selain melapor ke atas Kapal Sang Dewi Penghiba.
Seperti yang dibayangkannya, interior Kapal Sang Dewi Penghiba memang sangat mewah dan canggih. Kapal ini dilengkapi berbagai peralatan yang tidak dikenali Han Sen. Tapi hanya dengan melihat rompi anti peluru yang dipakai para prajurit di dalam, sudah jelas bahwa standar di sini sangat tinggi.
Prajurit biasa saja sudah dibekali rompi anti peluru biologis super produksi Di Gang. Produk Di Gang selalu berkualitas tinggi, apalagi ini versi militer. Tidak kalah dari Silver Killer, bahkan performa Silver Killer TS sama sekali tidak bisa dibandingkan. Dan ini baru perlengkapan standar prajurit biasa.
Prosedur pendaftaran sangat rumit, selain dokumen, Han Sen juga menjalani banyak tes. Terlihat jelas level kerahasiaan di sini memang sangat tinggi.
Setelah bergulat hampir seharian penuh, Han Sen akhirnya tiba di dapur.
"Rekrut Han Sen melapor." Han Sen memberi salam militer, sorot matanya menatap lurus ke ketua kelas dapur.
Usianya sekitar 30 tahun, tapi bentuk tubuhnya sangat khusus - tinggi delapan chi dan lebar delapan chi. Mungkin ini sedikit hiperbola, tapi Han Sen merasa deskripsi itu cukup cocok untuk menggambarkan ketua kelas ini.
"Sungguh langka ada anggota baru di dapur kita," Si Gendut menatap Han Sen sambil tersenyum. "Pernah belajar memasak sebelumnya?"
"Lapor Ketua, hanya belajar penanganan dan pengolahan daging mutan di sekolah," jawab Han Sen.
"Dapur kita berbeda dengan tempat lain. Biasanya tidak perlu terlalu kaku. Karena kamu baru datang dan belum belajar memasak, bantulah dulu dengan pekerjaan kasar." Si Gendut berkata sambil terus mengaduk masakan di wajan.
Han Sen berhasil tinggal di dapur. Selain Han Sen, ada lima orang di dapur: Ketua Kelas gemuk Luo Sanxin, Wakil Ketua Liu Mingliang, tukang kue Xu Ge, tukang persiapan bahan Li Jin, dan satu lagi petugas serba seperti Han Sen bernama Qiu Cheng yang sudah datang setahun lebih dulu.
Orang-orang di dapur relatif mudah bergaul. Karena sifat pekerjaannya, tidak seketat pasukan biasa. Latihan rutinnya juga jauh lebih sedikit dibanding kelas reguler.
Tapi setelah Han Sen melapor, pada malam itu juga Kapal Sang Dewi Penghiba langsung meninggalkan pelabuhan dan ternyata berlayar menuju sistem galaksi tandus, membuat Han Sen frustasi.
Prajurit biasa biasanya dibekali nutrisi cair yang mudah dibawa dan disimpan. Fungsi dapur di era ini sudah lebih condong ke peran ahli nutrisi.
Pekerjaan Han Sen sehari-hari sebenarnya sangat ringan. Sebagian besar tugas sudah diotomatisasi. Jika waktu memungkinkan, Han Sen bisa menggunakan perangkat teleportasi di pesawat untuk masuk ke dunia perlindungan.
Tapi Han Sen baru saja datang. Masih banyak hal yang perlu dipelajari, jadi belum sempat masuk ke dunia perlindungan untuk sementara.
Setelah beberapa hari mempelajari, Han Sen akhirnya tahu tugas utama Kapal Sang Dewi Penghiba. Ini adalah kapal ekspedisi milik Alliance.
Tugas utamanya adalah mencari planet yang layak huni di sistem galaksi terpencil, serta mengeksplorasi dan mengembangkan reruntuhan peradaban ras lain.
Alam semesta hampir tak terbatas. Ras manusia dan Suku Asura hanya menguasai sebagian kecil galaksi yang sudah diketahui, masih banyak sistem galaksi terpencil yang belum terjamah.
Selain itu, ada banyak ras berbeda di alam semesta. Meski saat ini manusia dan Asura mendominasi, sebelumnya sudah ada banyak peradaban ras lain yang pernah mencapai kejayaan.
Tugas Kapal Sang Dewi Penghiba kali ini sepertinya adalah mengeksplorasi reruntuhan peradaban ras Kristal.
Ras Kristal telah membangun peradaban gemilang di alam semesta bahkan sebelum manusia menerobos era planet, pernah menjadi penguasa puluhan sistem galaksi. Namun entah kenapa kemudian menghilang tanpa jejak, hanya bisa merasakan kejayaan mereka melalui peninggalan yang ditinggalkan.
Ketika manusia memasuki era antariksa, ras Kristal telah lama menjadi debu sejarah, hanya menyisakan beberapa reruntuhan dan legenda.
Berbeda dengan manusia dan Suku Asura, ras Kristal memiliki mode kehidupan yang sama sekali berbeda. Tubuh mereka seluruhnya terbuat dari kristal, terlihat seperti berlian raksasa, tanpa sendi seperti tangan atau kaki. Namun, mereka memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa.
Kekuatan telekinetik yang sering muncul dalam karya visual manusia, seperti membuat benda melayang di udara, adalah hal yang sangat dasar bagi ras Kristal.
Tentu saja, ini hanya kesimpulan yang diambil manusia dari data ras kristal yang telah ditemukan. Karena belum pernah melihat ras kristal yang benar-benar hidup, apakah mereka benar-benar memiliki kekuatan spiritual seperti itu, tidak ada yang bisa memastikan.
Selain legenda energi spiritual, ras kristal juga memiliki banyak benda ajaib. Misalnya dalam catatan mereka, ras kristal yang kuat bahkan bisa mengendalikan sebuah planet, mengubahnya menjadi kapal perang mereka, mengubah orbit planet, memungkinkan mereka pergi ke mana pun di alam semesta sesuai keinginan.
Tentu, ini semua masih legenda. Tapi satu hal yang pasti, teknologi kristal memori manusia saat ini banyak berasal dari penelitian teknologi ras kristal.
Alliance tidak pernah berhenti mengembangkan reruntuhan ras kristal. Banyak temuan mereka dijaga ketat, rakyat biasa hanya tahu bahwa pernah ada ras kosmik bernama kristal.
Karena perjalanan antariksa membutuhkan waktu lama, jika tidak ada tugas khusus, kita bisa masuk ke ruang perlindungan. Cukup kembali sebelum waktu yang ditentukan.
Terutama dapur, kecuali beberapa hari khusus, alokasi waktu di waktu lain sebenarnya cukup bebas, lebih sering memasuki ruang perlindungan dibandingkan prajurit biasa.
Han Sen baru saja datang, wajar jika belum bisa langsung masuk ke ruang perlindungan, masih banyak hal yang perlu dia kenali.
"Ketua Gendut, kamu lihat apa?" Hanya dalam beberapa hari, Han Sen sudah cepat akrab dengan rekan seperjuangan di dapur. Saat istirahat melihat si gendut memeluk alat komunikasi sambil menonton gambar, dia bertanya penasaran.
"Lagi nonton rekaman Delapan Pembunuhan Pasti. Ketua Gendut kita punya idealisme luar biasa, dia ingin menjadi Si Gendut yang bisa terbang." Wakil Ketua Liu Mingliang tersenyum sinis.
"Apa itu Delapan Pembunuhan Pasti?" Han Sen bingung melirik gambar, langsung ternganga. Rekaman yang sedang diputar si gendut adalah pertarungannya melawan Lu Bin.
“Apa maksudnya orang gemuk yang bisa terbang, aku cuma ingin menguasai Jurus Tendangan Maut Tanpa Batas itu saja.” Si Gendut memprotes.
Han Sen memandang tubuh bulat dan kaki pendek ketua kelasnya, sulit membayangkan bagaimana pemandangan jika raga seperti ini melonjak ke langit sambil menggunakan Jurus Pembunuhan Tujuh Lapis.
Pemandangan itu terlalu absurd, Han Sen pun tak bisa membayangkannya saat itu juga.
"Xiao Sen, antarkan laporan rencana nutrisi bulan depan ke ruang kapten kapal, minta tanda tangan beliau." Si Gendut menyodorkan setumpuk dokumen ke tangan Han Sen.
