Han Sen terkejut luar biasa melihat pecahan kristal di lantai. Pada era planet, manusia percaya bahwa otak hanya telah dikembangkan sekitar sepuluh persen, masih menyimpan potensi besar yang bisa digali.
Namun seiring perkembangan teknologi ilmiah manusia, hal itu telah terbukti sebagai omong kosong.
Setiap area otak manusia memiliki fungsinya masing-masing. Tidak ada area yang belum berkembang. Untuk benar-benar memperkuat kemampuan otak, kita harus memacu perkembangan dan evolusi otak itu sendiri.
Evolusi di Shelter turut memicu evolusi otak. Di era sekarang, mereka dengan gen lebih maju memiliki otak yang lebih kuat, secara alami lebih cerdas.
Namun dibandingkan evolusi fisik, evolusi otak jelas lebih lambat. Kristal dari Kristus ini ternyata bisa memacu perkembangan otak - benar-benar luar biasa! Setidaknya hingga saat ini, manusia belum berhasil menciptakan obat atau instrumen yang bisa langsung merangsang perkembangan otak.
Hanya dari satu hal ini saja, sudah terlihat betapa ajaibnya teknologi ras Kristal. Namun yang sulit dipahami adalah, mengapa ras yang begitu luar biasa ini lenyap bagai debu dalam sejarah?
"Masih banyak benda-benda ajaib dalam teknologi kristal ras Kristal. Hanya saja reruntuhan mereka terlalu berbahaya, barang-barang yang berhasil ditemukan manusia masih sedikit, dan beberapa benda teknologi kristal juga belum diketahui fungsinya." Ji Yanran kembali memberikan penjelasan tentang pengetahuan ras Kristal kepada Han Sen.
"Bukankah ini semua termasuk rahasia negara? Tidak masalah memberitahuku?" Han Sen menatap Ji Yanran sambil bertanya.
"Memang benar ini rahasia, dan statusmu juga belum memiliki wewenang untuk mengetahuinya. Tapi siapa suruh kamu pacarku? Aku bukan kapten kapal yang terlalu kaku, hanya seorang wanita biasa saja. Tapi jangan bocorkan hal ini, kalau tidak aku akan mendapat masalah." Ji Yanran menjulurkan lidah kecilnya yang kemerahan dengan ekspresi jenaka.
"Bukannya kamu bilang di sini ada pantauan... Bagus, berani-beraninya mempermainkan aku... Akan kulihat bagaimana caraku menghukummu..." Han Sen langsung paham dirinya telah dipermainkan Ji Yanran, tangan raksasanya menggenggam sang gadis, membenamkannya ke meja kerja, dengan keras menampar pantatnya beberapa kali.
"Aku tidak menipu! Memang ada sistem pantauan, tapi sudah kumatikan sementara. Dari tadi sudah tahu kamu brengsek ini tidak ada sedikitpun keseriusan..." Ji Yanran memaksakan diri menahan rasa gemetar di pantatnya, berbisik.
"Bagus! Sekarang akan kutunjukkan apa arti ketidakseriusan yang sesungguhnya." Tangan besar Han Sen menyentak, celana putih seragam kapten Ji Yanran langsung tersingkap.
"Jangan... Hmm..."
Saat Han Sen keluar dari ruang kapten, seluruh tubuhnya terasa segar bak ditiup angin musim semi, mulus tanpa sedikitpun ganjalan.
Bayangan seragam kapten yang rapi dan kulit lembut Ji Yanran membuat darahnya kembali mendidih. Dorongan untuk berbalik dan bertempur 300 putaran lagi di ruang komando itu nyaris tak tertahankan.
Tapi jelas ini sulit terjadi. Ji Yanran sudah memberi tahu Han Sen beberapa informasi tentang Kapal Sang Dewi Penghiba. Meski Yanran adalah kapten, pertama kualifikasinya masih terlalu mentah. Sebagai evolusioner baru yang memimpin kapal perang sebesar ini, kalau bukan karena latar belakang identitasnya, mungkin dia bahkan tak bisa bertahan di posisi kapten.
Lagipula Kapal Sang Dewi Penghiba memiliki keunikan tersendiri. Ada seorang professor yang wewenangnya hampir setara dengan Yanran. Terkadang Yanran harus berkoordinasi dengan gerak-gerik sang professor, mengingat misi utamanya adalah mengeksplorasi reruntuhan kuno.
Selain itu anggota tim ahli semuanya orang-orang berpengaruh dengan status sosial tinggi. Mereka juga memiliki wewenang tertentu. Banyak keputusan penting tak bisa ditentukan sendiri oleh Yanran sebagai kapten.
Makanya meski Han Sen sangat ingin setiap hari memeluk Yanran sampai bangun alami, menikmati kehidupan mewah yang bahagia, tapi jelas ini sulit diwujudkan.
Jika orang lain tahu Han Sen adalah simpanan yang dibawa Ji Yanran lewat hubungan khusus, mungkin akan semakin merendahkan Ji Yanran dan membuatnya lebih sulit memimpin massa di kemudian hari.
Han Sen tahu tidak mudah bagi Ji Yanran membawanya masuk ke kapal, dan tidak ingin membuatnya terjebak masalah. Jadi terpaksa menyembunyikan hubungan mereka sementara, dengan polos menjalani peran sebagai prajurit dapur.
Beruntung mereka sekarang bersama di Kapal Sang Dewi Penghiba. Saat sepi, mereka bisa berkomunikasi lewat alat komunikasi kapal, atau diam-diam bertemu jika ada kesempatan. Hal ini malah membuat Han Sen mulai berharap-harap.
"Ini bisa disebut perselingkuhan, bukan?" Pikir Han Sen sambil bersenandung riang, tak bisa menahan kebanggaan.
Dor!
Han Sen masih terbuai kenangan mesra dengan Ji Yanran tadi, kehilangan kewaspadaan di dalam kapal. Saat belok tiba-tiba, badannya bertabrakan keras dengan seseorang.
Han Sen baru saja melakukan gerakan yang sengat, kakinya masih agak lemas, ditambah lagi pikirannya kemana-mana. Tertabrak sedikit saja, tanpa sadar tubuhnya mundur beberapa langkah. Untung reaksinya cepat, berhasil menstabilkan postur tanpa terjatuh.
"Kamu prajurit dari kompi mana? Kok asal jalan sembarangan di sini, masih bersenandung tidak karuan, seperti apa ini?" Lelaki berusia 20-30 tahun itu mengenakan seragam militer lengkap. Dari tanda pangkat di bahunya, terlihat dia seorang letnan kolonel.
Ketua Kompi Gemuk juga berpangkat letnan kolonel. Lelaki ini mungkin ketua kompi lain. Tapi karena bukan dari kompi dapur mereka, Han Sen tak merasa perlu menjelaskan apapun. Tanpa melirik sekalipun, dia langsung melangkah pergi, menganggap lelaki itu bagai udara.
"Hari ini Tuan Muda sedang kondisi hati baik, takkan berdebat denganmu." Dengan hati riang, Han Sen melanjutkan langkahnya.
"Kamu kenapa? Yang kubicara itu kamu! Tuli ya? Kamu dari kompi mana?" Lelaki itu langsung membentak marah, tangannya mencengkeram lengan Han Sen.
“Aku dari kelas mana ada hubungannya denganmu?” Han Sen mengerutkan kening berkata.
Meski sebelumnya pikirannya kemana-mana, dia tidak berjalan cepat. Mustahil sampai menabrak seseorang. Tabrakan ini terjadi karena pria itu sengaja tidak menghindar bahkan sama sekali tidak mengurangi kecepatan saat melihat Han Sen.
Dengan kemampuan reaksinya, Han Sen pasti bisa menghindar kalau pria itu tidak sengaja cari masalah.
“Prajurit tapi tidak punya sikap prajurit! Berdiri rapi!” pria itu membentak dengan suara dingin.
“Prajurit dapur kami tidak perlu diurusi kelas rompi tempur. Kapten Wang, urus saja anak buahmu sendiri.” Tiba-tiba Ketua Kelas yang Gemuk muncul, melototi pria itu dengan nada dingin.
“Kapten Luo, prajuritmu bersenandung kecil sambil menabrak orang di lorong. Aku tidak boleh menegur?” Wang Hou juga balas melototi ketua kelas gemuk dengan tatapan tajam.
"Kami suka, mau gigit aku?" Jawaban Sersan Gendut membuat Han Sen pun tercekat sejenak. Wajah Wang Hou langsung berubah merah padam seperti hati babi, tercekat tak bisa bicara sejenak.
"Masih belum kembali? Ngapain nongkrong di sini?" Sersan Gendut membentak Han Sen, lalu langsung menggiringnya pergi.
Wang Hou menahan amarah sampai wajahnya pucat. Setelah rombongan Sersan Gendut menjauh, ia memandang arah kepergian mereka sambil bergumam: "Ji Yanran ngapain menyimpan prajurit dapur di kantor begitu lama? Gara-gara si gendut Luo Sanxin ini, rencana interogasiku jadi gagal. Padahal mungkin bisa dapat informasi penting."
