Ekspresi Zheng Guoxiong berubah rumit menyaksikan siluet Han Sen yang berlari ke arah kawanan makhluk mutan. Dua puluh tahun lalu, dirinya pun pernah berada di puncak kejayaan seperti Han Sen.
Di Perlindungan Pertama, dengan usaha mati-matian, bakat luar biasa, dan khusus dari latar belakang keluarganya, di era saat memburu makhluk darah ilahi masih sangat sulit bagi manusia, dia berhasil mencapai Gen Tuhan penuh dan berevolusi menjadi evolusioner darah suci.
Tapi saat memasuki Perlindungan Kedua, ketika sedang bersiap mengembangkan sayap, ternyata dia justru terdampar di tempat angker ini.
Tanpa dukungan rekan kuat, tanpa roh binatang yang bisa dipakai, bahkan untuk membunuh makhluk purba pun harus bertaruh nyawa, belum lagi harus menghindari tempat perlindungan makhluk aneh dan gerombolan makhluk mutan.
Di tahun-tahun permulaan, Zheng Guoxiong masih bertarung habis-habisan dengan secercah harapan. Namun segera ia menyadari, di tempat ini bahkan mencapai gen dasar penuh saja hampir mustahil, apalagi gen purba yang sempurna.
Bukan berarti Zheng Guoxiong tidak bisa memburu makhluk biasa. Makhluk biasa bisa ia bunuh, namun jenisnya hanya terbatas beberapa spesies saja. Setelah terlalu banyak memakannya, makhluk-makhluk biasa itu berhenti memberikannya gen dasar. Mencari varietas makhluk mutan biasa lain mengharuskan menerobos blokade tempat perlindungan makhluk aneh - sesuatu yang mustahil baginya.
Situasi makhluk purba pun serupa. Ini membuat Zheng Guoxiong merasakan keputusasaan yang mendalam. Dengan gen dasar dan purba yang stagnan, sementara makhluk bermutasi tak terjangkau, seluruh harapannya punah.
Kegelapan ini berlangsung dua puluh tahun. Ketika Han Sen muncul, Zheng Guoxiong seolah melihat bayangan dirinya dua dekade silam - penuh kepercayaan diri, kesombongan, keteguhan visi, dan semangat di puncak kejayaan.
Zheng Guoxiong secara tidak sadar ingin menyangkal Han Sen, seperti menyangkal dirinya di masa lalu. Namun ketika Han Sen sekali demi sekali menciptakan keajaiban yang mustahil, tiba-tiba Zheng Guoxiong menyadari: di kedalaman hatinya, ia sangat mengharapkan Han Sen bisa sukses.
Karena secara bawah sadar, Zheng Guoxiong telah memandang Han Sen sebagai dirinya di era dulu. Ia tidak rela menerima kegagalannya, tidak ingin benar-benar hancur seperti ini. Yang lebih ia inginkan adalah menyaksikan keberhasilan.
Maka, Zheng Guoxiong bergabung dengan Legiun Sang Dewi. Di tengah desakan banyak orang yang menyarankannya mundur, ia tetap memilih mengikuti Han Sen ke Tempat Perlindungan Makhluk Aneh. Ia hanya ingin memberikan satu kesempatan pada Han Sen - sekaligus pada dirinya sendiri. Mungkin di dunia ini masih ada keajaiban, mungkin ia benar-benar bisa memulai dari awal lagi.
Usia empat puluh tahun lebih, mungkin sudah tidak muda lagi, tapi juga belum tua. Zheng Guoxiong merindukan dirinya bisa bangkit kembali, merasakan lagi nikmatnya mengejar sesuatu tanpa peduli apapun, dan memulai perjalanan menuju mimpinya sekali lagi.
"Aku belum tua..." Zheng Guoxiong berkata pada dirinya sendiri.
Saat melihat Han Sen menerjang kawanan makhluk bermutasi itu, Zheng Guoxiong seolah langsung kembali ke dua puluh tahun silam di era penuh semangat membara, saat dirinya belum hancur.
Di detik ini, Zheng Guoxiong baru menyadari dengan mendalam: darahnya belum membeku, jantungnya masih membara, dan dia masih haus untuk berdiri sebagai lelaki sejati di puncak gunung-gunung.
"Bunuh!" Zheng Guoxiong mengaum keras, mengayunkan kapak panjangnya dengan garang ke arah Binatang Armor Es yang menerobos masuk, memenggal kepala makhluk itu dengan gemilang.
Dengan bentakan marah Zheng Guoxiong, Han Sen juga maju ke medan tempur menghadapi belasan makhluk bermutasi.
Seekor burung api keemasan kemerahan mengembangkan sayap indahnya di dalam aula, menyelimuti semua roh binatang dengan cahaya redup keemasan kemerahan yang memukau.
Semua orang terkejut menemukan kemampuan roh binatang mereka meningkat signifikan, menghadapi kawanan makhluk jadi lebih mudah.
"Roh binatang aura! Apa ini roh binatang aura suci?" Zhu Ting tak bisa menyembunyikan kekagumannya sambil memandang Han Sen yang sudah menerjang belasan makhluk mutan.
Sayangnya Han Sen tak sempat menjawab. Sorot matanya tajam bagai kilat, mengawasi ketat belasan makhluk mutan dan bangsaawan wanita roh itu. Setiap batu, kayu, dan makhluk di aula tercetak jelas dalam memorinya.
Otak Han Sen berputar kencang, menghitung segala kemungkinan. Transformasi Ratu Iblis membuat sorot matanya semakin mengeras. Kecepatan makhluk-makhluk bermutasi itu di matanya melambat, memberinya waktu yang cukup untuk berpikir.
Kaki diayunkan, seluruh raga Han Sen telah berubah menjadi Tulang Giok dan Kulit Es. Seandainya ada yang bisa melihat tubuh di balik zirahnya saat ini, pasti akan kagum ini adalah karya seni yang sempurna.
Kres!
Saat Han Sen berpapasan dengan serigala salju di udara, bahu makhluk itu terluka parah sepanjang 30 cm. Darah mengotori langit, tapi telapak tangan es-jadenya tak ternodai setetes pun. Pertunjukan Han Sen baru saja dimulai.
Di tengah serangan belasan makhluk mutan dan roh bangsawan, postur Han Sen tetap tenang. Seolah melintasi ribuan bunga tanpa satupun daun menempel, gerakannya penuh ketenangan.
Namun jika diamati lebih dalam aksi Han Sen, akan terlihat setiap langkah dan gerakannya mengandung tujuan tertentu yang kuat, tanpa gerakan sia-sia sedikit pun. Seluruh dirinya bagai mesin berkinerja tinggi yang memaksimalkan kemampuan fisiknya secara optimal.
Roh bangsawan itu mati-matian mengayunkan tombak panjang kristal es berpola darah untuk membunuh Han Sen, sementara belasan makhluk bermutasi mengepungnya. Namun Han Sen secara tak terduga menemukan secercah harapan di tengah jalan buntu, menyelinap di antara kepungan makhluk-makhluk mutan itu, dan melesat menuju patung dewa raksasa.
Paman Qing dan yang lain hanya bisa terpana, hampir tidak percaya itu adalah kemampuan manusia biasa. Belasan makhluk bermutasi ternyata sama sekali tidak bisa menghalangi Han Sen, bahkan tidak mampu menghentikan langkahnya.
Di belakang, roh bangsawan itu gemetar antara takut dan marah. Ternyata dia tak bisa mengejar langkah kaki Han Sen, hanya bisa menonton Han Sen melintas dengan tenang melewati kepungan makhluk-makhluk bermutasi satu demi satu.
Hanya dalam hitungan detik, Han Sen telah berhasil menembus kepungan belasan makhluk mutasi secara tak terduga, lalu melompat ke bahu patung dewa.
Bangsaawan wanita roh itu bahkan tak sempat mengejar Han Sen. Seluruh dirinya membeku di tempat, menatap bodoh ke arah Han Sen yang berdiri di bahu patung dewa sambil mencongkel Batu Jiwa dari dahi patung.
Segala sesuatu terjadi terlalu cepat. Sangat cepat sampai-sampai bangsaawan wanita roh dan pasukan Sang Dewi tak sempat menyadari apa yang terjadi.
Saat Han Sen merebut Batu Jiwa, tiba-tiba dia merasakan aliran tenaga aneh mengalir dari telapak tangannya ke dalam batu itu. Seketika Batu Jiwa itu memancarkan kilatan cahaya menyilaukan.
“Bangsawan Es——Xue Ji, mempersembahkan kesetiaan terakhir kepada Yang Mulia, menjadi pelayan paling setia.” Makhluk roh cantik berwibawa itu ternyata menundukkan kepala mulianya, berlutut dengan satu lutut di hadapan Han Sen.
Han Sen mengulurkan Batu Jiwa di tangannya, menerakannya di ubun-ubun makhluk roh perempuan itu. Seketika kilatan dari batu itu semakin terang menyilaukan mata, hingga hampir tak bisa membuka kelopak. Saat cahaya itu berpencar, baik batu maupun Xue Ji telah menghilang tanpa jejak.
"Makhluk Roh Mengakui Tuan!" Xu You dan kawan-kawannya tertegun menyaksikan kejadian ini. Lama baru tersadar, wajah mereka dipenuhi ketidakpercayaan. Entah seberapa sulitnya membuat makhluk roh takluk - bukan sekadar andal kekuatan fisik, tapi lebih sering bergantung pada hoki semata.
