"Ketua kelas!" Teriakan dua prajurit yang menyaksikan kehancuran rompi Li Lu, mereka seperti orang gila mengarahkan senapan railgun ke arah rompi kristal darah di belakang sambil menembak tanpa henti.
"Masuk! Segera mundur ke sini!" Ji Yanran berteriak pada kedua prajurit itu, namun sayangnya sudah terlambat.
Meski berhasil menghancurkan beberapa rompi kristal darah, kedua prajurit justru ditembus peluru dari lebih banyak rompi kristal darah yang menyerbu.
"Ayo pergi!" Gema teriak Han Sen sambil mengendalikan rompinya mendorong rompi Ji Yanran.
Mengawasi spesies sejenis mati, meski semuanya orang yang tidak terlalu akrab, Han Sen tetap merasa tersentuh. Tapi sekarang bukan saatnya berduka, dia tidak bisa membiarkan Ji Yanran juga mati seperti pasukan-pasukan itu.
Ji Yanran baru saja sadar, mengatupkan gigi mengendalikan rompi anti peluru menuju ke dalam reruntuhan. Mereka harus segera lepas dari kejaran simulasi inti kristal, kalau tidak dia dan Han Sen sama-sama akan tewas.
Di balik gerbang kristal hitam terdapat saluran kristal. Ji Yanran membawa Han Sen terus maju, tapi malah tidak berani bergerak terlalu cepat. Tak lama kemudian mereka menyaksikan rompi anti peluru kristal darah hasil simulasi inti itu mengejar dari belakang.
"Jangan urusi itu! Cepat kabur!" Han Sen tahu Ji Yanran khawatir dengan mekanisme perangkap di dalam reruntuhan. Tapi kalau sekarang mereka tidak segera lari, nyawa akan hilang dalam sekejap.
Lagipula tim ahli sebelumnya seharusnya sudah masuk ke reruntuhan. Jika ada mekanisme perangkap, pastinya sudah mereka aktifkan sebelumnya.
Ji Yanran yang diteriaki Han Sen itu langsung paham. Ia mengaktifkan rompi anti peluru dan melesat kencang ke depan. Namun baru berlari beberapa ribu meter, mereka sudah masuk ke sebuah bangunan besar mirip bunker. Di dalamnya terdapat banyak saluran yang menjalar ke segala penjuru, seperti jendela pagoda Buddha berbentuk segi delapan.
"Kita harus ke mana?" tanya Ji Yanran sambil melirik sekeliling. Semua saluran itu tampak sama persis, mustahil menentukan arah yang tepat.
Selain itu, tinggi saluran-saluran itu terlalu rendah sehingga rompi anti peluru pun tak bisa lolos.
"Ikuti aku!" Han Sen mengatupkan giginya. Ia keluar dari rompi yang seketika berubah menjadi koper, lalu langsung berlari masuk ke salah satu saluran.
Ji Yanran meniru gerakan Han Sen. Dengan membawa koper rompinya, ia pun mengikuti dari belakang.
Begitu masuk ke saluran, Han Sen langsung memanggil roh binatang Serigala Taring Salju. Seekor serigala salju muncul di hadapannya, namun Han Sen sama sekali tidak berniat menungganginya. Dia hanya memerintahkannya untuk berlari ke depan.
Han Sen berniat menggunakan Serigala Taring Salju sebagai pengintai. Pengetahuannya tentang reruntuhan bangsa kristal sangat terbatas. Tapi melihat Ji Yanran tidak punya ide, dia harus membuat keputusan. Meski tidak tahu apakah keputusannya benar atau salah, dia harus bertindak. Keraguan hanya akan menjerumuskan mereka ke dalam krisis yang lebih besar.
Serigala Taring Salju berlari di depan. Han Sen dan Ji Yanran membawa kotak rompi anti peluru sambil mengikuti dari belakang. Saluran yang menjalar ke segala penjuru ini memang tidak berbahaya, tapi tak lama kemudian keduanya sudah sama sekali kehilangan arah.
"Sepertinya tidak ada suara dari belakang. Mari kita berhenti sejenak." Saat tiba di area yang mirip jembatan penyeberangan, Han Sen mengamati patung-patung kristal mengerikan di bawah jembatan, lalu menghentikan langkahnya.
Ji Yanran mendengarkan dengan seksama, memang tidak ada suara lagi terdengar. Diam-diam dia menghela nafas lega, mengikuti sorot mata Han Sen yang tertuju pada patung-patung kristal setinggi belasan meter di bawah.
Patung-patung itu dibuat dari kristal berbagai warna, berbentuk benda-benda aneh yang tidak menyerupai manusia maupun hewan, memberikan kesan penuh cahaya aneh yang magis.
"Itu adalah dewa-dewa yang disembah bangsa kristal. Reruntuhan peradaban mereka biasanya memiliki patung semacam ini," jelas Ji Yanran sambil terus mengamati sekeliling.
Namun Han Sen tampak tidak memperhatikan penjelasannya. Matanya menatap tajam sebuah patung kristal tertentu.
"Keluar, kalau tidak jangan salahkan aku tidak segan-segan!" Han Sen menggenggam erat kotak rompi anti peluru sambil membentak ke arah patung itu.
Ji Yanran bingung melihat patung tersebut, awalnya tidak menemukan sesuatu. Namun tiba-tiba terlihat seseorang muncul dari balik patung itu.
“Tang Xin? Kenapa kamu di sini? Yang lain mana?” Ji Yanran langsung mengerutkan kening setelah melihat jelas orang itu.
“Tidak tahu, kami terpisah. Kenapa kalian juga datang ke sini?” Tang Xin terus berjalan mendekat sambil berkata.
“Berhenti, kalau tidak aku tidak akan segan-segan.” Han Sen tiba-tiba mengeluarkan senapan railgun mini dari pinggangnya, menunjuk Tang Xin dengan dingin.
“Kenapa harus berhenti?” Tang Xin mengabaikan Han Sen, terus melangkah mendekati mereka.
“Dor!”
Tanpa keraguan, Han Sen menembak kepala Tang Xin. Satu tembakan langsung menghancurkan separuh kepalanya.
“Han Sen, kamu ini untuk apa?” Ji Yanran terkejut, tidak mengerti kenapa Han Sen melakukan ini.
Tapi Ji Yanran tahu pasti Han Sen punya alasan. Meski Tang Xin dan Han Sen agak berselisih, Ji Yanran tahu Han Sen bukan tipe orang yang akan membunuh hanya karena perselisihan kecil seperti ini.
Tanpa perlu penjelasan Han Sen, Ji Yanran langsung menyadari keanehan. Kepala Tang Xin yang setengah hancur itu tidak membuatnya tumbang, hanya membuat tubuhnya berputar 180 derajat.
Seketika terlihat di punggung Tang Xin sebuah kristal merah muda seukuran telur bebek tertanam di tengah punggungnya. Dari kristal itu menjalar ratusan helai serat kristal berwarna darah sehalus rambut, berjejal rapat menancap di daging punggung Tang Xin. Kristal itu berkedip-kedip memancarkan cahaya merah redup, mengikuti irama seperti detak jantung, terlihat mengerikan sekaligus memuakkan.
"Kristal Parasit!" Ekspresi Ji Yanran langsung berubah pucat. Dengan sigap dia mengarahkan pistolnya ke kristal di punggung Tang Xin, bersiap menembak.
"Ji Yanran belum sempat menembak, dia sudah melihat kristal darah sehalus rambut bermunculan dari inti kristal—entah ada ribuan atau puluhan ribu helai—seperti rambut berdarah yang dalam sekejap membungkus seluruh tubuh Tang Xin, membuatnya terlihat seperti mumi yang terbungkus urat darah.
Dor! Dor! Dor!
Ji Yanran dan Han Sen bersama-sama menembak beberapa kali ke arah Tang Xin yang mirip mumi, namun sama sekali tidak berguna. Peluru railgun yang mengenai jalinan darah itu hanya memutus sebagian urat, tapi segera tumbuh kembali.
"Senapan railgun tidak berguna, pakai senjata roh binatang!" Tiba-tiba suara terdengar. Han Sen dan yang lain menoleh melihat Profesor Li Mingtang bersama beberapa remaja muncul dari saluran tak jauh. Yang berbicara tadi adalah Li Mingtang.
Han Sen belum sempat memanggil roh binatang, tiba-tiba seseorang melesat keluar dari samping Professor Li Mingtang. Orang itu menggenggam pedang roh binatang panjang, dengan gesit menerjang ke depan Tang Xin. Pedang di tangannya berkelebat cepat, langsung membelah Tang Xin beserta jaring darah kristal. Inti kristal parasit itu pun hancur berkeping-keping oleh tebasan pedangnya.
"Ini bukan wilayah untuk prajurit dapur." Wang Hou menyimpan kembali pedang roh binatangnya, memandang Han Sen dengan dingin.
"Prajurit dapur tetaplah prajurit." Han Sen berkata dengan datar.
"Kalau ingin bunuh diri, silahkan." Wang Hou berkata dengan meremehkan, lalu mengabaikan Han Sen. Ia menghampiri Ji Yanran, "Kapten, kenapa Anda turun ke sini? Ini bukan tempat yang pantas untukmu."
