Han Sen meninggalkan Perlindungan Bintang Roda untuk berburu makhluk mutan. Karena Golden Roar belum selesai berevolusi, sementara ini belum bisa memberi makan Violence Ape dan Snow Wolf.
Tujuan Han Sen kali ini adalah Danau Beku. Danau ini sudah dekat dengan lautan, mungkin terhubung dengan laut melalui bawah tanah. Tapi karena dingin yang terlalu ekstrem, permukaan danau membeku sepanjang tahun, bahkan pasukan berkuda pun bisa berjalan di atasnya.
Pemain biasa cukup membuat lubang di es, menggunakan umpan khusus berpeluang memancing makhluk mutan ikan keluar. Begitu makhluk air ini kehilangan habitatnya, kemampuannya akan melemah drastis sehingga lebih mudah dibunuh.
Han Sen khusus membeli tali pancing dan umpan buatan Alliance, setelah tiba di Danau Beku, baru tahu di sini sama sekali tidak berbeda dengan wilayah gletser, di bawah kaki terdapat lapisan es yang sangat tebal, bagian yang tipis pun memiliki ketebalan 1-2 meter.
Banyak orang di Danau Beku, karena sumber daya di dataran es sendiri sudah sedikit, di sini kadang masih bisa memancing makhluk bermutasi, pantas disebut sebagai wilayah sumber daya yang cukup bagus.
Tapi memancing di sini membutuhkan kesabaran, kalau hoki mungkin dalam sehari sudah dapat makhluk bermutasi, kalau sial, 10-15 hari pun belum tentu bisa mendapat satu ekor makhluk bermutasi.
Untungnya tujuan utama Han Sen kali ini adalah mengisi ulang gen purba-nya, kebanyakan ikan yang bisa dipancing di Danau Beku adalah level purba, posturnya juga tidak terlalu besar, sangat cocok untuk kebutuhannya.
Tentu saja, jika bisa mendapat makhluk bermutasi akan lebih baik, tapi kalau tidak dapat juga tidak terlalu berpengaruh.
Di area luas Danau Beku, terlihat banyak orang menjaga lubang air berdiameter sekitar satu meter di permukaan es sambil memancing.
Han Sen juga tidak berniat menggali sendiri. Ia menemukan lubang es yang telah dibuka dan dikesampingkan orang lain di sekitarnya, sedikit merapikan lapisan es tipis yang membeku kembali, memasang umpan di kailnya, lalu menurunkannya ke dalam air melalui lubang es tersebut.
Ia membuka kuda kecilnya dan duduk, mengenakan baju zirah serigala salju sehingga tidak merasa dingin. Dari dalam tas, ia mengeluarkan sebuah buku teks klasik, sambil menunggu ikan menyambar kail sambil membaca literatur kuno.
"Kamu?" Baru sebentar Han Sen duduk, seseorang yang membawa barang lewat di sebelahnya langsung terkejut dan mendekat begitu melihatnya.
Han Ser menegakkan kepala. Ternyata itu Guan Tong, wanita bertubuh besar dan tinggi itu. Melihat barang yang dibawanya, sepertinya dia juga datang untuk memancing di sini.
"Kamu juga datang memancing?" Han Sen tersenyum pada Guan Tong.
"Kamu... Terima kasih untuk waktu itu..." Guan Tong membuka mulutnya, tiba-tiba bingung harus berkata apa.
“Apa?” Han Sen membeku sejenak, tiba-tiba tidak menyadari apa yang dimaksud Guan Tong dengan ucapan terima kasih itu.
“Terima kasih telah menyelamatkan Perlindungan Bintang Roda.” Guan Tong cepat berkata.
“Hanya angkat tangan saja, tidak perlu berlebihan. Justru aku yang harus berterima kasih atas bantuanmu menggendongku pulang hari itu.” Han Sen tersenyum.
Guan Tong yang biasanya terus terang mendadak malu mendengarnya. Kini dia paham bahwa Han Sen pasti baik-baik saja saat itu, bukan seperti yang dikira. Orang itu sama sekali tidak perlu diselamatkannya, tapi dia malah memaksakan diri menggendong Han Sen pergi.
“Ayo cepat memancing. Nanti posisi bagus habis diambil orang.” Han Sen menunjuk ke arah lubang es di sebelah.
Guan Tong mengangguk, buru-buru menuju ke sana. Dia bingung harus berkata apa lagi. Karakternya yang blak-blakan memang kurang cocok untuk suasana seperti ini.
Di lubang es berjarak tujuh meter, Guan Tong menjatuhkan tali pancingnya. Sesekali matanya melirik ke arah Han Sen yang sedang asyik membaca.
Han Sen terus membaca buku, tidak memperhatikan dia.
Setelah lebih dari setengah jam, Han Sen yang sedang membaca tiba-tiba merasakan tali pancing yang menempel di jarinya perlahan bergerak. Han Sen meletakkan buku di tangannya dan menatap pelampung pancing di lubang es, melihat pelampung tersebut bergetar halus.
Jari Han Sen menyentuh lembut tali pancing, seperti dokter tradisional yang memeriksa denyut nadi, merasakan getaran tali. Dia tidak langsung menariknya. Kemampuan persepsi otak Han Sen telah menjadi luar biasa kuat sejak mengintegrasikan blood crystal terakhir kali. Hanya melalui getaran tali, dia bisa membayangkan gambaran kasar situasi di bawah.
Kemampuan ini agak di luar dugaan Han Sen, tapi bagi dia ini tentu merupakan hal yang luar biasa.
Hanya melalui getaran tali pancing, Han Sen sudah tahu makhluk mutan di bawah belum menelan umpan, hanya menggigit tepian umpan sedikit demi sedikit.
Tiba-tiba, getaran tali pancing menjadi sangat ganas. Tanpa keraguan, Han Sen langsung menggenggam tali itu dan menariknya ke atas dengan kuat.
Tenaga pada tali pancing cukup besar. Han Sen tidak memaksakan untuk menariknya langsung. Ia sedikit mengendurkan tarikan terlebih dahulu, menunggu sampai tenaga pada tali melemah baru melanjutkan penggulungan. Saat tenaga tali kembali menguat, Han Sen mengendurkan lagi. Setelah beberapa kali seperti ini, tenaga pada tali akhirnya benar-benar melemah.
Barulah Han Sen menarik tali pancing dengan sekuat tenaga. Terlihat seekor ikan besar sepanjang 30 cm tergantung di kail, sisiknya memancarkan kilau kebiruan.
Tanpa basa-basi, Han Sen mengubah telapak tangannya menjadi pisau tajam. Teknik Pedang Kilat yang sedang ia latih langsung menghujam tubuh ikan besar itu, seketika memenggal kepalanya.
"Pemburuan makhluk purba Qinglinyu berhasil. Tidak memperoleh roh binatang. Memakan dagingnya dapat secara acak mendapatkan 0 hingga 10 point gen purba."
Meski hanya seekor makhluk purba, ini sudah membuat Han Sen sangat bahagia. Tanpa risiko berarti dengan keuntungan yang lumayan, ukuran makhluk mutan yang didapat juga mudah dimakan, pantas saja banyak orang datang ke danau beku.
Han Sen membagi-bagi ikan sisik hijau menjadi irisan tipis, dicocol dengan saus yang dibawanya sambil menikmati perlahan. Rasa manis gurih yang tak terduga membanjiri indera perasa, ternyata luar biasa lezat.
"Memakan daging ikan sisik hijau, gen purba +1."
Sambil membaca buku sambil memancing, dalam waktu kurang dari dua jam Han Sen sudah berhasil mendapatkan empat ekor ikan sisik hijau dan tiga ekor ikan pisau emas. Meski tak mendapat roh binatang, hasilnya sangat memuaskan.
Nasib orang-orang di sekitar Han Sen tak seberuntung itu. Dalam waktu yang sama Han Sen mendapat tujuh ikan, pencapaian terbaik di antara mereka hanya dua ekor saja.
Banyak orang memandangi Han Sen dengan iri, setiap kali dia menarik tali pancing, para pemancing di sekitarnya pasti tercengang.
Nasib Guan Tong jelas-jelas tidak seberuntung itu, sama seperti kebanyakan orang, sejak datang hingga sekarang bahkan belum mendapat seekor ikan pun.
Ini juga bukan sepenuhnya kesalahannya, tidak semua orang memiliki kemampuan persepsi Han Sen. Wajar saja kalau tidak bisa dapat ikan, kalau tidak pasti semua orang akan berbondong-bondong ke Danau Beku.
"Guan Tong, irisan ikan ini rasanya nikmat, coba cicipi." Han Sen melambaikan tangan ke arah Guan Tong.
Melihat Guan Tong yang sudah lama di sini tapi belum mendapat satu ekor ikan pun, Han Sen merasa agak tidak tega. Mengingat Guan Tong pernah membopongnya, dia pun mengajak Guan Tong menyantap sashimi. Lagipula, ikan yang dia tangkap terlalu banyak untuk dimakan sendiri.
"Aku sudah bawa bekal sendiri." Guan Tong agak malu-malu mengeluarkan sebotol nutrisi cair dari kantongnya.
"Kemarilah, makan sendirian tidak asyik. Banyak sekali ini, kalau tidak dihabiskan sayang terbuang." Han Sen berkata sambil tersenyum.
Guan Tong masih ragu-ragu mau mendekat, tapi beberapa orang di sebelahnya justru berjalan mendekati Han Sen. Salah satunya menatap Han Sen dan berkata: "Teman, nafsu makanmu memang bagus, sampai-sampai wanita jagoan seperti itu pun kau goda."
