Melihat tidak ada hal berbahaya terjadi, Han melangkah 2-3 langkah mendekati kotak kristal. Dia mencondongkan kepalanya untuk melihat ke dalam.
Han Sen mengedipkan mata, belum sepenuhnya menyadari situasi. Di dalam kotak terlihat seorang wanita meringkuk. Bagian bawah tubuhnya berupa ekor ikan, sementara bagian atas tubuhnya yang putih lembut telanjang, hanya ditutupi sepasang cangkang berbentuk kipas yang menutupi payudaranya yang montok.
Rambut panjang birunya terurai seperti air terjun, telinganya menyerupai sirip ikan kecil biru muda di kedua sisi, terlihat cantik namun juga mengerikan.
"Barang ini adalah putri duyung?" Han Sen mengawasi wanita di dalam kotak, tiba-tiba melihat ada dua benda lain di sebelahnya.
Sebuah tongkat kerajaan biru yang mirip karang dan sebutir batu permata yang memukau.
"Tongkat Makhluk Roh... Batu Jiwa... Jangan-jangan anggota yang mirip putri duyung ini adalah makhluk roh?" Setelah melihat jelas kedua benda itu, Han Sen menatap kaget ke arah putri duyung dalam kotak.
Menurut prinsip, begitu perlindungan ditaklukkan, makhluk roh mustahil kabur - pilihannya hanya tunduk atau dihancurkan bersama Batu Jiwa. Tapi kenapa makhluk roh berbentuk putri duyung ini malah disimpan dalam kotak?
Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benaknya, mata Han Sen bersinar terang: "Kapal layar kristal ini sama sekali tidak terlihat seperti buatan manusia, mungkinkah sebenarnya ini adalah sebuah perlindungan?"
Suara sudah terdengar dari luar, Kepiting Emas sepertinya telah kembali. Han Sen segera mengulurkan tangan dan menggenggam Batu Jiwa itu.
Jika Putri Duyung benar-benar seorang makhluk roh, Han Sen hanya perlu mengambil Batu Jiwa-nya, maka makhluk itu pasti akan menjadi miliknya.
Baru saja Han Sen menggenggam Batu Jiwa, Kepiting Emas sudah menerobos masuk ke aula. Melihat Han Sen, makhluk itu menunjukkan taringnya dan mengayunkan capit sambil menyerbu ke arahnya.
Han Sen berlari kocar-kacir di sekitar aula sambil memegang Batu Jiwa, menggunakan teknik pergerakan dari Jing Dongxuan untuk bermanuver di antara pilar-pilar dan benda-benda magis lainnya sambil menghindari serangan Kepiting Emas.
Satu manusia dan satu kepiting berlarian di dalam kapal kristal, kepiting emas tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Han Sen.
Han Sen terus berlari, tiba-tiba mendengar suara-suara yang berasal dari kotak yang mengurung makhluk roh putri duyung.
Saat menoleh, terlihat putri duyung telah duduk sambil mengusap mata dengan tangan kecil putih lembut, lalu merentangkan pinggangnya seolah baru bangun dari tidur nyenyak yang bagus.
Setelah sadar sepenuhnya, mata biru besar putri duyung membeku saat melihat Han Sen dan Batu Jiwa di tangannya, menatap dengan ekspresi bodoh cukup lama.
Kepiting emas masih mengejar Han Sen yang hendak kabur lagi, tapi putri duyung mengangkat tongkat kerajaan dan mengarahkannya ke kepiting itu, membuatnya langsung mundur patuh ke samping tanpa melanjutkan pengejaran.
Putri duyung memegang tongkat kerajaan keluar dari dalam kotak kristal. Saat ia berjalan, ombak kecil tiba-tiba muncul di bawah ekor ikannya, menopang raganya untuk maju.
Putri duyung terus berjalan hingga di hadapan Han Sen, barulah ia menutup dada kanan dengan satu tangan, membungkuk memberi hormat sambil berkata: "Putri Dewa Laut berkeinginan mendedikasikan jiwa yang setia kepada tuan, menjadi pelayan paling loyal milikmu."
"Putri Dewa Laut, ternyata putri duyung ini adalah roh keluarga kerajaan!" Han Sen mendengar itu kegirangan. Tak disangka malapetaka berubah menjadi berkah, asal berputar-putar di bawah air, ternyata bisa mendapatkan roh bangsawan tingkat tinggi.
Roh keluarga kerajaan terbagi dua jenis: satu tingkat putri untuk perempuan, dan satu tingkat pangeran untuk laki-laki. Putri duyung yang mengaku sebagai putri ini pastilah roh keluarga kerajaan tanpa keraguan.
Han Sen mana mungkin ragu, langsung menempelkan Batu Jiwa ke dahi Putri Dewa Laut. Di tengah pancaran cahaya biru, Batu Jiwa menyatu dengan Putri Dewa Laut, berubah menjadi aliran sinar yang masuk ke laut jiwanya.
Putri Dewa Laut: Roh keluarga kerajaan.
"Memang roh keluarga kerajaan." Han Sen membaca data Putri Dewa Laut. Meski sudah menduga sebelumnya, tetap saja dia berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Setelah Putri Dewa Laut tunduk pada Han Sen, Kepiting Emas itu tiba-tiba mengamuk tak terkendali. Tanpa ragu, makhluk itu kembali menyerang Han Sen.
Han Sen kabur dari ruang kargo, menghindari serangan Kepiting Emas. Dia terus berlari hingga mencapai bagian bawah kapal kristal. Barulah saat itu Kepiting Emas berhenti mengejarnya.
Han Sen menjauh sedikit dari kapal kristal, lalu memanggil Putri Dewa Laut. Dengan nada tegas, dia memberi perintah: "Kalahkan kepiting besar menyebalkan itu."
"Karena ini adalah roh keluarga kerajaan, maka kekuatan dasarnya seharusnya setara level Makhluk Darah Ilahi. Ditambah keunggulan kecerdasan bawaan roh, meski tidak bisa membunuh kepiting emas itu, setidaknya tidak akan dirugikan."
Namun Putri Dewa Laut mendengar perintah Han Sen tapi tidak bergerak. Dia menarik napas dalam-dalam perlahan, bagian montoknya yang tertutup kerang putih bergetar, lalu menjawab dengan patuh: "Tuan, aku tidak memiliki kemampuan untuk membunuhnya."
Han Sen tertegun, menatap Putri Dewa Laut bertanya: "Bukankah kau roh keluarga kerajaan? Meski tidak bisa membunuh kepiting sialan itu, setidaknya punya kemampuan bertarung kan?"
"Maaf Tuan, aku bukan roh pertempuran. Aku tidak memiliki kemampuan tempur," jawab Putri Dewa Laut.
"Lalu kemampuan apa yang kau miliki?" tanya Han Sen penasaran.
Tentang makhluk non-pertempuran memang pernah ia dengar, meski relatif jarang. Tapi ini terutama karena secara keseluruhan manusia jarang mendapatkan roh.
“Aku mampu mengendalikan Crystal Palace.” Putri Dewa Laut menunjuk ke kapal layar kristal itu.
“Apa gunanya itu?” Han Sen membeku memandang Putri Dewa Laut. Kemampuan roh keluarga kerajaan ini ternyata hanya mengendalikan sebuah kapal. Han Sen tidak menyangka apa manfaatnya.
“Perlindungan Crystal Palace bersifat abadi dan tidak bisa dihancurkan. Bisa berlayar di wilayah laut manapun, bahkan menyelam ke dasar laut. Kecuali tidak bisa meninggalkan air, Crystal Palace bisa mencapai tempat mana saja.” Putri Dewa Laut jelas tidak senang dengan keraguan Han Sen terhadap kemampuannya.
Han Sen merenung. Kemampuan ini sebenarnya bagus. Kapal ini sebagai Perlindungan Keluarga Kerajaan, dengan Putri Dewa Laut, Han Sen seperti memiliki benteng bergerak di laut. Dengan mudah bisa berlayar memburu makhluk mutan, memecahkan masalah kekurangan sumber daya makhluk mutan.
“Memikirkan ini juga tidak buruk,” Han Sen kembali memberikan perintah kepada Putri Dewa Laut, “Baiklah, sekarang segera bawa Crystal Palace Nomor itu ke sini untukku.”
“Maaf, Tuan. Aku tidak bisa melakukannya.” Putri Dewa Laut menjawab dengan pasrah.
“Kenapa malah tidak bisa? Bukannya tadi kamu bilang bisa mengendalikan Crystal Palace perlindungan itu?” Han Sen memandanginya dengan kebingungan.
“Aku harus berada di posisi kendali utama Crystal Palace untuk bisa mengoperasikannya.” Jawab Putri Dewa Laut.
Han Sen mulai merasa frustasi. Di dalam ruang kargo ada kepiting emas yang berjaga, bahkan jika ia nekat menerobos masuk pun percuma. Belum lagi siapa tahu ada makhluk mutan lain yang menjulang seperti elang hitam di dalamnya.
“Sudahlah. Tidak ada salahnya menunda pengambilalihan Crystal Palace sampai aku menemukan cara mengalahkannya.” Untuk sementara Han Sen mengurungkan niat merebut kapal tersebut.
Bagaimanapun, orang lain tidak memiliki Putri Dewa Laut, meskipun menemukan Crystal Palace juga tidak berguna, diletakkan di sini pun tidak ada yang bisa membawanya pergi.
