"Kamu benar-benar berani melawanku?" Anne membeku sejenak, tak percaya Han Sen benar-benar berani bertindak. Dalam hal kemampuan tempur sebenarnya, Han Sen dan dirinya terpaut jarak seratus ribu li.
"Serang pasti akan kulakukan, tapi hanya serangan tangan." Han Sen tersenyum manis berkata.
Han Menjelaskan maksudnya dengan jelas. Yang ia maksud "serang" hanyalah permainan tepuk punggung tangan. Jika benar-benar harus bertarung dengan Anne, Han Sen memperkirakan apakah dirinya bisa bertahan 2-3 jurus saja masih sulit dipastikan.
"Baiklah." Anne langsung menyetujui tanpa berpikir panjang setelah mendengar penjelasan Han Sen.
"Baru saja tidak bisa menggunakan tenaganya sendiri sudah membuat Anne penuh kekesalan. Meski tepuk punggung tangan juga memiliki banyak batasan, tapi dia bisa menggunakan tenaga dan kecepatan diri sendiri, sekaligus sedikit menghukum Han Sen untuk meluapkan amarah yang terpendam dalam hati."
"Anne mutlak tidak percaya bahwa dirinya akan kalah dari Han Sen dalam situasi di mana dia bisa menggunakan kecepatan dan tenaga diri sendiri. Hal seperti ini mustahil terjadi secara mutlak."
"Baru saja kamu yang mulai duluan, sekarang seharusnya giliran saya yang memukul, kan?" Han Sen melihat Anne sambil berkata.
Anne tanpa basa-basi langsung menggantungkan tangan kanannya di atas tangan kanan Han Sen. Dia tidak percaya bahwa dengan kecepatan Han Sen, bisa memukulnya.
"Kamu tahu kenapa kamu kalah saat membongkar strategi tadi?" Han Sen tiba-tiba menanyakan.
“Untuk... Krek...” Anne masih menyimpan dendam atas kekalahannya dari Han Sen sebelumnya. Saat Han Sen menyebut hal itu, perhatian Anne langsung teralihkan. Baru saja ingin bertanya mengapa, Han Sen sudah menampar punggung tangannya.
“Kamu... kotor... tidak bermoral...” Anne mengatupkan gigi, sangat ingin menghantam Han Sen sampai mati.
“Main tepuk punggung tangan kan harus pakai gertak psikologis. Kalau tidak boleh, ngomong dari tadi dong. Jadi boleh atau tidak sih pakai taktik licik?” Han Sen bertanya sambil tersenyum.
“Sesuai ke... Krek...” Baru satu kata keluar dari mulut Anne, punggung tangannya sudah kena tepuk lagi.
Anne hampir muntah darah karena marah, matanya membelalak memandang tajam Han Sen. Sikapnya mirip macan betina yang ingin melahap Han Sen hidup-hidup.
Jika Han Sen sejak awal bermain tepuk punggung tangan dengan Anne, dengan kecepatan dan reaksi Evolusioner Anne, bahkan dengan serangan pembunuhan tanpa tanda sebelumnya milik Han Sen, mungkin tetap sulit mengenai Anne.
Tapi karena sebelumnya saat uji kemampuan membongkar strategi, Han Sen telah menghancurkan kondisi psikologis Anne, membuatnya tidak bisa tetap tenang, barulah sekarang bisa mengacaukan pikiran Anne dan mengejutkannya dengan memukul punggung tangannya.
Sekarang hati Anne sudah kacau balau, terus waspada terhadap Han Sen, tapi justru semakin berhati-hati, semakin mudah terkena serangannya.
Krek krek krek!
Anne membelalakkan matanya seperti melihat hantu, hati dipenuhi amarah dan kebencian, sama sekali tidak paham mengapa dengan kecepatannya sendiri ternyata tidak bisa menghindari pukulan Han Sen.
Semakin marah dan benci pada kelicikan, kekotoran, dan ketidakmoralan Han Sen yang terus membuatnya lengah, tidak bisa fokus untuk menghindari serangannya.
Sebutir kerikil telah dilemparkan, sumur kuno mana mungkin tak bergelombang.
Keajaiban hati manusia terletak pada saat-saat ketika kita jelas tahu apa yang benar, namun tetap tak kuasa mengendalikan amarah dan pikiran sendiri.
Anne jelas-jelas tahu harus tenang dan tak terprovokasi Han Sen, tapi kini kebencian memenuhi hatinya. Melihat senyum manis Han Sen, giginya nyaris remuk digigit, sama sekali tak bisa fokus.
Krek krek krek!
Sekali demi sekali Anne menerima pukulan, tak tahan lagi dengan hasutan Han Sen.
Boom!
Tiba-tiba tubuh Anne memancarkan kilatan listrik putih menyala-nyala, bagai manusia listrik terkristal. Telapak tangannya menghantam meja hingga langsung berubah menjadi abu hitam.
Han Sen memandangi Anne dengan ngeri, juga sedikit ketakutan. Kekuatan seorang Evolusioner benar-benar mengerikan hingga tak terlukiskan. Jika serangan Anne itu mengenai tubuhnya, mungkin dia akan langsung berubah menjadi abu hitam.
Tapi untungnya ini terjadi di dalam wilayah Alliance. Seberapa marah pun Anne, pasti dia tidak berani menyerang Han Sen. Sambil menatap Anne yang gemetar ketakutan dengan kilatan listrik menyala-nyala di tubuhnya, Han Sen tersenyum bahagia: "Kalau kalah main langsung mau pukul orang ya?"
Anne mengawasi ketat Han Sen dengan tatapan mematikan selama beberapa saat. Perlahan kilatan listrik di tubuhnya mulai mereda. Tanpa sepatah kata pun, dia berbalik dan pergi. Dia takut jika terus berbicara dengan Han Sen, dirinya tak akan tahan lagi untuk membunuhnya.
"Brengsek... brengsek... brengsek... kotor... tidak bermoral... jorok... dekil..." Anne tidak kembali ke kamarnya. Langsung menuju akademi pelatihan virtual. Di sana dia meluapkan amarah dan kekesalan hati tanpa ampun.
Han Sen melihat meja paduan logam yang sudah berubah menjadi abu-abu gelap, tidak tahan menjulurkan lidah secara provokatif. Ia memutuskan untuk tidak lagi menantang raja iblis cabang itu. Bagaimana jika dia nekat bertindak, Han Sen sama sekali tak mampu menahan satu serangannya.
"Evolusioner yang mengerikan, benar-benar sudah bukan manusia biasa," gumam Han Sen. Tapi hatinya semakin penuh harapan terhadap tingkat penguasaan evolusioner.
Setelah menghabiskan seluruh tulang ikan ular raja, Han Sen mendapatkan tambahan 9 point Gen Tuhan. Total Gen Tuhan-nya kini mencapai angka mencengangkan 21 point.
Tapi ketika Han Sen ingin mengajak Yi Dongmu berburu makhluk darah ilahi, bayangan Yi Dongmu sama sekali tak ditemukan.
Tanpa makhluk darah ilahi lain yang bisa diburu, Han Sen kembali memusatkan perhatian pada kepiting emas. Meski cangkang kepiting itu keras, Han Sen yang telah berlatih tenaga yin bisa menembuskan gaya langsung ke dalam cangkang. Bukan tidak mungkin dia bisa membunuhnya.
Masalah utamanya adalah apakah tenaga cukup atau tidak. Jika tidak cukup pun tak masalah. Han Sen berencana menyelinap masuk ke Crystal Palace terlebih dahulu, lalu memburu ikan makhluk mutan level purba di dasar danau untuk memenuhi gen purba.
Memburu ikan makhluk mutan di dasar danau jauh lebih mudah daripada memancing.
Han Sen kembali datang ke dasar Danau Beku. Dengan mount sisik perak, ia dengan mudah mencapai Crystal Palace.
Kepiting emas mendengar gerakan lalu merangkak keluar. Melihat Han Sen, langsung menyusut kembali ke ruang kargo. Tak menghiraukan aktivitas Han Sen di luar, ia tetap berjaga di dalam ruang kargo.
Han Sen juga tidak mencari masalah. Memandangi berbagai ikan makhluk mutan yang berenang di dasar danau, diam-diam berpikir: "Setelah aku dapatkan Crystal Palace, nanti langsung berlayar ke laut dalam untuk berburu makhluk mutan. Apa masih khawatir kekurangan sumber daya makhluk mutan?"
Karena Crystal Palace tak dapat dihancurkan, Han Sen pun tidak takut menemukan makhluk mutan berbahaya di dasar laut. Paling-paling dia bisa bersembunyi di ruang kargo dan tidak keluar.
Yang terpenting sekarang adalah merebut kapal Crystal Palace ini, kalau tidak kita tidak bisa kemana-mana.
Berdiri di tepi air, rasanya seperti berada di taman laut. Di atas kepala berenang-renang berbagai makhluk mutan ikan, hanya saja tanpa kaca pembatas. Han Sen bisa langsung mengulurkan tangannya ke dalam air dan menyentuh mereka.
Setelah menunggu sebentar di samping, ketika melihat seekor ikan pisau emas berenang mendekat, Han Sen tiba-tiba menggapai tangannya lalu langsung menggenggam dan menarik ikan itu ke darat.
Ikan pisau emas itu langsung terjatuh di tanah. Setelah terpisah dari air, kemampuan bertarungnya nyaris hilang. Ia hanya bisa melompat-lompat di tanah berusaha kembali ke air.
Tentu saja Han Sen tidak memberinya kesempatan. Langsung diinjaknya sampai mati.
“Membunuh ikan pisau emas purba, mendapatkan roh binatang ikan pisau emas. Memakan dagingnya bisa mendapatkan 0 hingga 10 point gen purba secara acak.”
